15. Bisikan sang Pangeran

1.9K 274 24
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan komentar dan pencet bintang sebagai bukti kalian menyukai cerita ini!❤️

***

Tangan Pradita bergemetar ketika mulai memindahkan bunga dengan aroma yang semerbak tersebut ke kolam pemandian berbentuk persegi berukuran cukup besar yang ada di depannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tangan Pradita bergemetar ketika mulai memindahkan bunga dengan aroma yang semerbak tersebut ke kolam pemandian berbentuk persegi berukuran cukup besar yang ada di depannya. Bibirnya kini bahkan kering saking pucatnya ketika melihat jika Bandung masuk ke kamar pemandian itu.

Seketika ia langsung memalingkan wajah ketika melihat Bandung mulai masuk ke kolam. Meskipun masih menggunakan jarik, tapi tetap saja tindakannya membuat Pradita terkejut.

Pria itu sepertinya sudah tidak waras!

"Kenapa diam saja?"

Memangnya apa yang harus dilakukannya, wahai Pangeran?

Pradita merasa bingung sendiri.

"Apa kau terus-terusan berada di sini? Tidak menyiapkanku pakaian ganti?" Pria yang ada di depannya tampak menatapnya heran.

Pradita gelagapan. "Eh." Buru-buru ia menunduk pamit dan keluar dari kamar pemandian tersebut.

"Berlama-lama di sini membuatku kehilangan akal sehat." Pradita memejamkan mata sambil memukul pelan pelipisnya.

Sebelum pria itu keluar dari sana, Pradita harus sudah selesai mempersiapkan pakaian sehingga ia bisa keluar dari kamar tersebut secepatnya. Membuka kotak kayu yang fungsinya seperti lemari, Pradita dengan cekatan mengambil jarik dan juga selendang. Hal yang membuatnya bingung adalah aksesori apa saja yang akan digunakan oleh pria itu?

Lebih baik ia pikirkan belakangan. Ia harus mengantarkan selendang dan jarik ini dulu kepada sang Pangeran.

"Pakaian ganti Pangeran saya letakkan di sini." Pradita menunduk dan sedikit membungkuk. "Hamba pamit."

Lancar. Tak ada masalah yang berarti. Untung saja ia tak dimintai untuk menyiapkan aksesorinya juga.

Setelah menjauh dari pintu kamar Bandung, kedua alis Pradita bertaut. Keningnya kini juga mengernyit. Tunggu dulu! Kenapa juga ia mau disuruh-suruh seperti tadi?

Menggeleng, Pradita mencoba untuk ikhlas. Untuk sementara waktu, ia harus bersabar. Kenapa juga keluar dari istana harus banyak drama dulu, sih?

"Cari ke seluruh penjuru istana!"

Pradita mundur dan bersembunyi di belakang pilar besar yang ada di pinggir lorong istana ketika melihat segerombolan prajurit melewatinya dengan langkah terburu-buru.

"Keputusan Pangeran untuk mengeluarkan gadis itu salah besar. Setelah tertangkap nanti dia pasti akan dijebloskan ke penjara."

Pradita menelan ludahnya susah payah. Wajahnya pucat entah untuk ke berapa kalinya. Pradita pun semakin cemas ketika mendapati efek warna kunyit di kedua tangannya mulai memudar sehingga menciptakan belang yang cukup nyata.

Cinta Seribu CandiWhere stories live. Discover now