10. Bertemu Dengannya

2K 299 19
                                    

Pradita mengembuskan napas pasrah ketika mendapat gelengan dari ketoga dayang tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pradita mengembuskan napas pasrah ketika mendapat gelengan dari ketoga dayang tersebut. Di situasi seperti ini, menjelaskan siapa dirinya yang sebenarnya hingga tiga orang itu percaya adalah bukan pilihan yang tepat.

"Kita tidak bisa terus-terusan di sini." Batari menoleh ke arah Anggini dan Indurasmi. "Kalian berdua, pastikan jika Ndoro putri tetap aman sampai berhasil keluar dari istana ini. Aku pikir itu lebih baik daripada bersembunyi di kerajaan ini karena cepat atau lambat, mereka pasti dapat menemukan Ndoro Putri."

"Ke mana tujuan kami, Batari?"

"Pergilah ke perkampungan. Kalian menyamarlah jadi rakyat biasa supaya para prajurit Pengging tidak merasa curiga."

Pradita langsung mengerutkan kening ketika Dayang Batari mengamati penampilannya. Ia tahu jika pakaian yang tengah membalut tubuhnya memang sangat mencolok, terkesan sangat mewah dari ketiga dayang itu.

"Sebaiknya Ndoro putri melepas benda itu."

Pradita menunduk, mencari apa yang tengah dipandangi oleh Batari. "Gelang kaki ini?" tanyanya ragu.

Batari mengangguk pelan. "Dan juga segala perhiasan yang Ndoro pakai."

Pradita langsung menurut. Satu per satu gelang emas bergemerincing yang melingkar di kedua pergelangan kakinya mulai ia lepas. Namun, ketika hendak beralih untuk menyingkirkan segala perhiasan yang tengah ia pakai, suara keras seorang prajurit menginterupsinya. Mata Pradita seketika terbelalak saat menyadari dari kejauhan ada seorang prajurit yang melihat keberadaan mereka.

"Anggini, Indurasmi, bawa Ndoro putri pergi. Aku akan memancing mereka untuk tidak mengikuti kalian."

"Tap—"

"Bergegaslah!" Batari berujar tajam.

Anggini dan Indurasmi pun tersentak dan segera mengangguk patah-patah. "Baiklah. Hati-hati, Batari." Anggini berujar cepat.

Pradita hanya menurut ketika ia diminta untuk menggunakan selendangnya sebagai penutup kepala.

"Tangkap mereka!"

Sial. Pradita mulai mengumpat dalam hati kala prajurit itu berteriak keras dan membuat beberapa prajurit lain berlari cepat ikut mengejar mereka bertiga. Jika begini, maka sangat mustahil mereka dapat keluar dari istana dengan selamat.

Hingga pada akhirnya, dari arah kanan sebuah tombak melayang dan  berakhir menancap tepat di tanah yang akan Pradita pijak.

Pradita tak suka situasi ini. Ia tidak ingin terlibat dalam adegan laga. Nyawanya jelas dalam bahaya. Belum lagi dengan tombak yang melayang ke arah mereka bertiga tanpa pandang bulu. Bagaimana jika ia terkena ujung tombak tersebut? Jelas ia tak akan selamat.

"Lari, Ndoro!" Anggini berteriak ketika seorang prajurit berhasil menyeretnya dan memaksanya untuk bersimpuh di tanah. Demikian juga dengan Indurasmi. Gadis bertubuh sedikit gemuk itu sudah menyerah terlebih dahulu sebelum salah seorang prajurit menodongkan ujung tombak kepadanya.

Cinta Seribu CandiWhere stories live. Discover now