08. Pasukan Pengging

2.1K 326 7
                                    

"Sebaiknya Ndoro putri tetap di sini

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"Sebaiknya Ndoro putri tetap di sini. Ham-"

Suara teriakan beberapa pasukan dari arah luar kamar memotong kalimat dayang kurus tersebut. Suara kegaduhan serta teriakan ampun yang berasal dari luar membuat Pradita heran.

Jangan tanyakan dayang gemuk itu, wajahnya kini sudah pucat seperti kekurangan.

Dalam hati Pradita terus bertanya-tanya, sebenarnya ada masalah apalagi? Apakah ini termasuk kejutan dari Kak Ayundita? Tapi kenapa raut kepanikan para dayang itu terlihat sangat natural? Orang-orang ini pasti bukan seorang aktris yang pandai dalam ber-acting 'kan?

"Kamu." Pradita menatap dayang pembawa berita tadi yang menyebabkan suasana terasa tegang seperti sekarang ini.

Dayang berkemben hitam itu menunjuk dirinya sendiri dengan ragu. "Hamba, Ndoro?"

Pradita mengangguk dan melangkah mendekat, membuat gelang kaki yang terpasang di kedua pergelangan kakinya menimbulkan suara gemerincing merdu. "Di mana Kak Ayundita? Apa dia juga ada di sini?"

Dayang dengan rambut hitam yang digelung rapi ke belakang itu langsung mengangkat wajah. Dia lalu menatap penuh kebingungan dayang yang baru saja dilewati Pradita.

Berdecak, Pradita melewati dayang yang ada di hadapannya begitu saja. Gadis itu membuka pintu kamar lebar-lebar, lantas keluar dari sana, tak menghiraukan dayang yang baru saja ia lewati tengah membuka mulut seakan ingin mencegah.

Baiklah, kalau mereka tidak mau memberitahunya, Pradita akan mencari Ayundita sendiri. Pradita rasa, ketiga gadis tadi sepertinya benar-benar menikmati peran yang tengah mereka mainkan hingga tidak ingin ini semua terungkap dengan cepat.

"Ndoro putri! Hamba mohon jangan keluar!"

Pradita menoleh ketika dayang minim ekspresi tadi berkata cepat. Bukannya menurut, Pradita malah menganggap enteng peringatan sang dayang sembari menampilkan ekspresi malas. Tentu saja Pradita tidak akan menurutinya. Kenal saja tidak.

Di lorong depan kamar, Pradita yang kembali menoleh ke depan kini tampak kebingungan. Keningnya mengkerut ketika melihat   pemandangan yang tersaji di halaman istana. Di halaman sana terdapat banyak prajurit yang masing-masing membawa tombak serta keris. Keningnya semakin terlipat dalam ketika menyaksikan kekerasan yang tengah terjadi.

Hei, bagaimana bisa para prajurit itu memaksa hingga mendorong seseorang agar bersimpuh di tanah?

Kemudian, kedua mata Pradita terbelalak. Gadis itu menutup mulutnya yang ternganga. Bagaimana tidak, para prajurit yang berpakaian berbeda itu menancapkan ujung tombak tepat ke dada salah seorang prajurit Prambanan yang tengah memberontak. 

Jantung Pradita rasanya ingin copot pada saat itu juga. Perutnya bahkan bergejolak sekarang. Ia bukan tenaga medis yang tahan melihat seseorang berlumuran darah. Apalagi kejadian penusukan itu tertangkap jelas di indra penglihatannya.

Pradita cepat-cepat menutup mulut. Ia beringsut mundur dengan langkah patah-patah.

Ya Tuhan! Sepertinya ini bukan rekayasa! Kak Ayundita juga tidak mungkin menyuruh seseorang untuk membunuh satu sama lain!

Pradita kemudian terpekik ketika tangannya tiba-tiba ditarik dari samping menuju lorong bagian kanan istana hingga pemandangan halaman tak lagi terlihat olehnya. 

"Kenapa Ndoro tidak mendengarkan peringatan hamba!" Dayang yang ada di kamar tadi berbisik dengan nada kesal. Ternyata dia tidak sendiri, melainkan bersama dayang gemuk yang tadi.

"Situasinya sungguh tidak aman, Ndoro. Sebagian pasukan kerajaan Pengging datang kemari bersama Pangeran Bandung Bondowoso!" Dayang gemuk kini ikut-ikutan.

Mereka bertiga saat ini bersembunyi di bawah tangga batu-bata yang menghubungkan ruang dalam istana dengan taman bagian belakang. Bisikan yang berintonasi tajam itu menandakan bahwa mereka tidak boleh bersuara keras-keras.

"Menunduk!"

Pradita menurut ketika dayang galak
menginterupsi saat ada beberapa prajurit melintasi tangga tersebut.

Jangan tanyakan apakah Pradita baik-baik saja atau tidak. Melihat raut panik yang tercetak di wajah kedua dayang yang memiliki kulit berwarna sawo matang itu sungguh membuatnya ingin berteriak frustrasi, sebenarnya apa yang telah terjadi?!

Mengusap keringat yang membasahi dahi, Pradita menatap satu per satu wajah dua dayang yang ikut bersembunyi dengannya. "Sebenarnya ada apa ini? Kalian siapa? Dan... aku berada di mana?"

"Apa Ndoro Putri benar-benar tidak mengingat kami?"

"Sepertinya ada yang salah dengan Ndoro Putri. Apa mungkin seseorang yang baru saja tidak sadarkan diri bisa kehilangan ingatannya?" Dayang bertubuh gemuk itu bertanya lirih.

Pradita yang mendengar hal itu pun hanya menatap mereka tak mengerti. 

Ya Tuhan! Di situasi seperti ini, tidak mungkin kan kalau ia sedang bercanda.

"Kenapa kalian terus memanggilku dengan sebutan Ndoro?" Pradita bertanya cepat. Ingin segera mendapatkan jawaban atas segala pertanyaan yang terus terngiang di kepalanya sejak ia membuka mata di tempat asing ini. "Dan sejak kapan aku berpakaian seperti ini? Siapa yang menggantinya?" Pradita menatap tajam keduanya.

"Jika Ndoro Putri lupa, hamba adalah dayang Batari." Dayang yang memiliki aura ketenangan luar biasa dan ekspresi datar itu yang pertama kali mengenalkan diri.

"Nama hamba Indurasmi." Dayang gemuk lalu menambahi, "Kami adalah abdi Gusti Ayu Roro Jonggrang."

"Lalu, apa hubungannya denganku?"

Dahi kedua dayang itu serempak mengernyit. "Ndoro adalah Gusti Ayu Roro Jonggrang itu."

Pradita menggeleng seraya tertawa renyah. Tidak mungkin. Mereka pasti bercanda. Sejak kapan ia memainkan peran menjadi Roro Jonggrang? Ini bukan pentas drama 'kan?

Iya 'kan?

Melihat Pradita tertawa, Batari berkata, "Kami sama sekali tidak berbohong. Ndoro memanglah Gusti Ayu Roro Jonggrang."

Kalian tahu apa yang ingin Pradita lakukan sekarang? Menangis. Ya, ia ingin menangis. Masih bingung dengan musibah apa yang tengah menimpanya hingga dipermainkan seperti ini.

Yang benar saja, Pradita tidak sebodoh itu untuk percaya jika ia adalah Roro Jonggrang. Dia bukan anak TK yang dengan mudahnya mengaku jika ia adalah seorang princess.

***

Selamat malam. Bagaimana pendapat kalian tentang part ini? Masihkah penasaran dengn kelnjutannya? Stay tune ya. Jangan lupa untuk vote, komen, dan follow, serta masukkan cerita ini ke reading list kalian ya...

Bye bye...

Minggu, 12 Juni 2022

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Minggu, 12 Juni 2022

Cinta Seribu Candiحيث تعيش القصص. اكتشف الآن