17. Mencari Istri?

1.6K 253 61
                                    

Di atas adalah gambar Candi Borobudur, sengaja sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di atas adalah gambar Candi Borobudur, sengaja sih. Bagus soalnya.

***

Just random question:

Legenda Indonesia apa yang pengen banget kalian jadi pemeran utamanya?

Legenda Indonesia apa yang pengen banget kalian jadi pemeran utamanya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam sudah mulai larut. Pradita sudah lelah menari, ditambah Batari yang terus mengingatkannya untuk segera kembali ke istana.

Di jalanan yang masih ramai oleh orang-orang yang asyik membeli dagangan pinggir jalan, Pradita berhenti melangkah dan berbalik menghadap dua dayang yang sejak tadi setia mengekorinya. Kedua matanya kini menyipit penasaran. "Sejak keluar dari istana, aku tidak melihat ada orang yang mengenaliku. Bukankah aku Roro Jonggrang, anak dari raja mereka?"

Indurasmi menatap Batari, enggan menjawab pertanyaan tersebut, takut salah bicara.

"Bukankah aneh tidak dikenali rakyat sendiri?" Pradita melanjutkan langkahnya sambil bermonolog dan berpikir untuk mencari jawaban atas pertanyaannya.

Pradita kemudian berbalik seraya menunjuk wajahnya sendiri. "Apa wajahku berbeda dari yang sebelumnya?"

"Itu karena Ndoro Putri tidak pernah keluar dari istana dan berbaur dengan rakyat."

Pradita langsung menatap Batari penuh selidik. "Apa aku separah itu?"

Indurasmi kali ini mengangguk. "Ndoro putri sebelumnya sangat dingin, galak, sering memarahi kami hanya karena membawa bunga untuk berendam kurang banyak, buah yang kulitnya dikupas terlalu tipis, tempat tidur yang dibereskan kurang rapi-"

"Sebaiknya kita ke istana segera." Batari memotong, menghentikkan kalimat Indurasmi yang mengalir seperti air, membuat Pradita hanya bisa mengerjapkan kedua mata.

Saat di ujung jalan mendekati gapura istana, kedua mata Pradita menangkap dagangan dari seorang nenek tua yang sepi pembeli. Tak mengherankan karena dagangannya berupa candi tiruan yang berasal dari kayu yang dipahat. Untuk masyarakat zaman itu, benda pajangan bukan benda prioritas yang harus dibeli.

Cinta Seribu CandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang