04

8.4K 757 8
                                    

"Chittapon Leechaiyapornkul!" Taeyong mendekap tubuh sahabatnya dengan brutal. Ia sungguh merindukan sahabatnya itu. Setelah mendapatkan gelar hukumnya, mereka sibuk pada urusan masing masing.

Ten mendekap Taeyong tak kala erat, tangannya mengusap punggung Taeyong dengan lembut. Dua pria manis itu sudah lama tidak bertemu tau!

Johnny mengulurkan tangannya, matanya melirik Jaehyun. "Bro?" Pria dengan darah chicago itu memberikan kode agar uluran tangannya dibalas.

"Oh wassup!" Jaehyun membalas uluran tangan Johnny; mereka berjabatan sekaligus perkenalan kembali. Mereka sempat menjadi partner di kuliah dulu, tak terlalu dekat namun bisa dikategorikan lumayan.

Ten melepaskan dekapannya kemudian menatap Taeyong intens, dimulai dari mata kaki hingga ujung kepala. "Tidak ada tanda tanda akan menyusul?"

"Tidak."

Johnny hampir saja tertawa mendengar jawaban Taeyong. Sepertinya Jaehyun jarang mendapatkan haknya ya? Oh─ atau mungkin tidak pernah mendapatkannya? Astaga..

"Lalu ada apa dengan cara berjalanmu, Taeyong?" Tanya Johnny menggoda Taeyong.

"Jangan digoda, dia akan merajuk. Sulit membujuknya." Jaehyun berusaha menengahi kemudian mendekap istrinya itu.

"Jangan menyentuhku!" Taeyong menepis tubuh Jaehyun yang akan menenggelamkan dirinya pada dekapan Jaehyun. "Minggir!"

Oh sialan, kenapa juga ia menggoda Jaehyun tadi malam? Lihatlah dampaknya. Tak apa jika hanya bermain satu kali, delapan kali kalian tau!

"Dimana anakmu, Ten!!"

Ten langsung menghampiri Taeyong yang tergesa gesa itu, "jangan berisik!" Tegasnya pada pengacara galak itu. Susah menidurkan anaknya tau!

Digenggamnya gagang pintu itu lalu ia mendorongngnya hingga terbuka, ruangan sangat gelap. Jari jari Ten pun menekan saklar untuk menerangi ruangan, "di ranjang itu. Aku pikir dia tidur, lihat saja."

Taeyong buru buru mendekati ranjang bayi dengan gantungan bintang bintang di atasnya itu, "astaga! Dia hampir saja terjatuh!"

Dilihatnya anak mungil itu hampir terdorong keluar dari ranjangnya. Ntah bagaimana caranya─ sepertinya putra Ten itu sangat lincah! Umurnya belum ada satu bulan!

"Astaga ternyata dia tidak tertidur."

Taeyong memekik melihat bayi itu. Ukuran kepalanya hanya sekitar telapak tangan; mungkin bisa dikatakan kurang. Dan tangannya terus mengepal, kakinya juga terus menendang tanpa henti. Lincah sekali!

"Menggemaskan sekali! Boleh aku menggendongnya?" Tanya Taeyong. Sepertinya ia tak sabar, terlihat dari tangan Taeyong yang sudah mengulur; meminta bayi mungil itu.

Ten mengangguk kemudian memberikannya pada Taeyong, "nah. Pegang punggung dan bokongnya. Tahan lehernya dengan siku."

"Astaga, astaga, astaga menggemaskan sekali!" Taeyong memekik sambil menatap gemas makhluk mungil pada gendongannya itu. Terlihat sang bayi hanya mengerjapkan matanya tak mengerti.

Taeyong memerhatikan bayi itu. Hatinya terus memekik gemas karena wangi nafas si mungil yang harum. Sesekali bayi itu menguap, "siapa namanya, Ten?"

[✓] Philosophy - JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang