20

5.7K 564 12
                                    

"Taeyong, buka pintunya!" Jaehyun membawa nampan berisikan makan malam, air putih, dan susu tentu saja. Oh, dengan buah apel merah disana!

Hening. Tak ada sahutan apapun.

"Taeyong, kau yang bersalah disini. Aku sedang memarahimu, mengapa kau yang memarahiku sekarang?!" Pria Jung itu benar benar tidak mengerti. Cepat sekali Taeyong memutar balikkan kejadian.

Jaehyun sudah menunggu hampir satu jam di depan pintu, membujuk Taeyong agar membuka pintu dan memakan makan malamnya. Namun tidak ada sahutan apapun dari dalam.

"Jika kau tidak ingin makan yasudah. Tapi berikan anakku makan. Aku tidak peduli kau sakit atau tidak, aku hanya memedulikan anakku." Jaehyun sedikit tidak tega mengucapkannya, tapi biarkan Taeyong mendapatkan sedikit hukuman.

Rumah terasa bergetar. Bisa Jaehyun yakini jika Taeyong sedang berjalan sambil menghentakkan kakinya.

Pintu sedikit terbuka. Perlahan dan perlahan, Taeyong muncul dari ambang pintu dan─ menangis!

Jaehyun panik jujur saja, tapi ia menahan agar tubuhnya tidak spontan memeluk, mengusap, dan mencium. Maksudnya, Taeyong harus dimusuhi setidaknya untuk dua jam.

"Makananmu." Jaehyun memberikannya pada Taeyong. Tercetak jelas wajah khawatirnya. Astaga, pria itu tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya.

Taeyong menggeleng. "Aku tidak ingin."

Pria Jung itu menerobos masuk ke dalam kamar, dan meletakkan nampan yang berisi makanan itu. "Kau lapar makan. Jika tidak lapar, tidak perlu disentuh." Tegasnya kemudian pergi turun ke bawah.

Ntahlah Taeyong makan atau tidak.

*

*

*

Terlihat Jaehyun yang sibuk berkutik dengan laptopnya. Taeyong menuruni tangga jam 1 dini hari, melihat suaminya yang masih sibuk mengetik file tanpa melirik istri manisnya.

Melirik kecil sebenarnya.

"Jaehyun.." gumaman terdengar. Itu adalah Taeyong yang baru saja mengambil minum dari dapur. "Maafkan aku." Lelaki manis itu meminta maaf dan duduk di samping suaminya.

Hening tanpa sahutan apapun. Jaehyun tetap fokus berkutat pada laptopnya, dan tidak menghiraukan Taeyong yang malang itu. Tidak, Taeyong harus dimarahi setidaknya agar tidak mengulanginya.

"Tidak apa kau memarahiku. Tapi aku menginginkan sesuatu.." oh, sekarang Taeyong sedang lapar. Persetan dengan apapun.

"Bukankah kau yang pergi keluar hingga lupa mengabariku. Lalu mengapa kau tidak membelinya sendiri?" Ujar Jaehyun dengan tanda tanya besar di kepalanya.

Taeyong menggeleng, "Kemarin aku benar benar minta maaf.." ia kemudian merampas laptop sialan suaminya. Pria manis itu meletakkan benda canggih tersebut agak jauh dari meja. "Letakkan sebentar." Titahnya.

Namun Jaehyun kembali meraih laptopnya, dan melanjutkan pekerjaannya. Hingga dapat ia rasakan, Taeyong menerobos naik ke dalam pangkuannya.

"Jangan menatap benda itu."

Pria Jung itu mengulum bibirnya, menahan untuk tidak tersenyum. Jaehyun sungguh ingin memeluk dan mencium istri cantiknya itu, namun tunggu sebentar. Jangan sekarang.

"Jaehyun, aku ingin dibuatkan susu hangat seperti kemarin. Perutku sakit lagi, Jaehyun." Ucapnya pada Jaehyun. Sungguh Taeyong ingin sesuatu yang bisa menghangatkan perutnya. "Ayo Jaehyun, cepat buatkan.."

[✓] Philosophy - JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang