29

4.3K 402 12
                                    

"Mark, ini akan sulit. Tolong bekerja sama dengan daddy, ya?"

Jaehyun menatap putranya dengan sangat amat memohon. Kali ini mereka harus sama sama mengerti jika bubunya sedang sakit. Mereka harus memikirkan cara agar semuanya berjalan aman.

Mark hanya menatap tak mengerti pada sang ayah. Apa yang dia katakan? Tapi rautnya sangat terlihat terkekan.

"Bubumu sedang demam tinggi. Mark jangan rewel ya?"

Bayi tujuh bulan itu tertawa kecil. Dia sangatlah pintar dalam mengartikan keadaan. Ayahnya sedang sulit, jadi artinya tidak boleh rewel dan menambahkan beban ayahnya.

Terlihat Jaehyun yang sibuk mengambil air kompres, memasak bubur, dan juga mencari obat penurun panas. Ayah satu anak itu benar benar lupa jika Mark masih berada di samping istrinya. Jaehyun hanya memerhatikan Taeyong.

Hingga akhirnya Mark mengerti, jika sang ayah mengabaikannya. Bocah tujuh bulan itu menangis keras. Ia merasa haus tahu! Ayahnya benar benar tidak peduli!

"Mark, sebentar ya.." Jaehyun menyodorkan bubur pada Taeyong yang tertidur lemas. Bahkan Taeyong membutuhkan waktu beberapa menit untuk membuka mulutnya. Membuat Jaehyun tersenyum dan memaklumi.

Taeyong bangkit dari tidurnya. Sebisa mungkin ia memaksa untuk bangkit; dibantu Jaehyun tentunya. "Jaehyun, berikan Mark susu di dalam kulkas. Aku bisa menyuap sendiri."

"Tapi sayang, kau sangat lemas."

Lelaki manis itu mengangguk, "Tidak apa. Pergilah, ambilkan susu Mark."

Jaehyun mengangguk patuh dan mulai menuruni tangga. Walaupun sedikit ragu meninggalkan Taeyong untuk beberapa waktu singkat. Namun Mark sangat lapar. Dan Taeyong menjadi alasan Jaehyun untuk mematuhi perintahnya.

"Berikan Mark. Dia juga lapar."

Jaehyun menurut. Tangannya mulai memegangi dot yang masuk dan di hisap oleh Mark. Untung saja, Mark bukan anak yang berisik.

"Kau sudah?" Jaehyun menoleh dan menatap Taeyong.

Taeyong menggeleng. Jika boleh jujur, kepalanya sangat pening bukan main. "Perhatikan Mark, Jaehyun. Dia bisa tersedak nanti."

Bagaimana bisa Jaehyun memegangi botol susu namun pandangannya pada Taeyong?

"Kau tidak bekerja, Jaehyun?"

Yang ditanya menggeleng. "Aku mengambil cuti lagi." Lelaki Jung itu kembali menatap Mark, memerhatikan posisi botol susu yang masuk ke dalam mulut putranya itu.

Tenang saja, harta Jung itu tidak mudah habis. Bahkan saat mereka libur berbulan bulan atau bertahun tahun pun. Mungkin juga ketika mereka menjadi pensiun dan pengangguran tidak dapat membuatnya menjadi miskin.

"Lanjutkan tidurmu. Aku akan menidurkan Mark. Setelah itu akan tersedia susu hangat dan pijitan lembut." Ucap Jaehyun, mengundang tawa lembut dari Taeyong.

*

*

*

"Aku sudah mengatakannya!" Taeyong mengangkat Mark dari pasir pasiran kotor yang berada di depan matanya. "Jangan menjadikan Mark sebagai bahan eksperimenmu!"

Hei, pasir pantai saja harus dipikirkan lebih dulu. Terlebih lagi pasir kotor itu. Lagipula darimana Jaehyun mendapatkannya sebanyak itu?!

Jaehyun tertawa kecil. Lelaki tampan itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dan membereskan bekas pasir yang berserakan itu. "Aku pikir aku salah, ya?"

[✓] Philosophy - JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang