24

5.1K 453 6
                                    

Hari terus berganti, minggu, bahkan bulan sudah berlalu. Taeyong tidak berubah sama sekali; maksudnya tubuh mungil itu tetap cantik dan ramping. Hanya perutnya saja yang berubah.

"Aku tahu kau bisa melaluinya─"

Taeyong menggeleng, "Kita melaluinya. Kau yang paling lelah."

Sebenarnya, Taeyong juga lelah menahan rasa mual. Rasa sakit pada perut, terkadang lapar di tengah malam hingga menginginkan sesuatu khusus yang benar benar menganggu waktu tidur lelaki manis itu.

"Aku bangga padamu," Jaehyun mengucapkan kalimat yang terus pria Jung itu ucapkan. Membuat Taeyong merasa lebih kuat berkali kali lipat.

Jaehyun sedang menemani Taeyong. Di ranjang rumah sakit dengan bau yang khas; yah, bau obat obatan. Pria Jung itu benar benar mengambil cuti, dan sekarang ia terus lengket menemani istrinya itu.

Mereka sudah menyiapkan semuanya. Bahkan nama yang manis sudah menunggu.

"Mark Jung."

Jaehyun menoleh pada Taeyong. Ia tersenyum saat lelaki manis itu menggumamkan nama tersebut. Sebuah nama manis yang sudah siap seminggu sebelum mereka berada di sini.

Setelah kitab Matthew, Mark adalah kitab kedua dalam perjanjian baru menurut kepercayaan nasrani. "Dia harus memiliki pedoman hidup yang bergantung pada kitab injil."

"Juga hukum, bukan?" Jaehyun menyahuti.

"Dalam kepercayaan, Mark harus berpegang pada kitab injil. Untuk sebuah hukum nyata, Mark harus berpegang pada kitab undang-udang." Taeyong mengambil jalan tengah. Keduanya sama rata.

Jaehyun mengangguk, "Dan menjadi kakak yang baik untuk adiknya."

"Maksudmu?" Alis Taeyong bertaut, ia menatap bingung pada suaminya itu. Apa apaan? Adik apa yang di maksudkan oleh Jaehyun?

"Tentu saja Mark pasti memiliki adik. Jika tidak, dia akan kesepian."

"Tentu saja tidak. Hanya Mark."

Jung Jaehyun, jangan membalas ucapan Taeyong. Cukup melakukannya lalu ucapkan "Sorry babe, i wasn't aware." Then, Mark mempunyai saudara kandung. Nice idea!

*

*

*

"Diawali tangisan pertama.
Hadir sebagai lambang kebahagiaan.
Yang akan menapaki, kehidupan semesta.
Kehidupan panjang dengan lika dan liku.
Di bimbing guru sejati, sebagai perisaimu."

"Tidak perlu berbangga, dapat menatapi semesta dari semua arah. Sebab, tidak ada panen yang permanen. Aku merangkai diksi menjadi puisi untukmu Mark Jung, amanat terindah dari baiknya pencipta alam semesta pada kami."

"Timang timang kami menimangmu,
Kini kau berada dalam pelukan kami,
Dengan jemari mungil yang mengatup,
Senyum dan tangismu menyambut dunia.
Menangislah, tertawalah, tidurlah.
Warnai mimpi mimpimu dengan indah, nantikan hari esok yang cerah.
Bumi Massenrempulu menanti peluh usahamu kelak.."

[✓] Philosophy - JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang