14

5.3K 548 59
                                    

Taeyong membuka matanya. Peluh membasahi wajah manisnya itu, terlihat raut wajah yang bercampur disana. Takut, sedih, menyesal, kecewa, dan apapun itu.

Ia menangis. Mengingat Jaehyun yang pergi, memilih sosok lain yang baru saja masuk dan berhasil menenggelamkan Jaehyun ke dalam jurang kebodohan.

Taeyong meraih ponselnya di atas nakas. Ia menetralkan nafasnya, lalu kemudian mengusap air matanya. Ia tidak boleh menangis.

Ia menekan ikon kontak, mencari nama yang menjadi tujuannya─ Jung Jaehyun. Lalu menekan tombol panggil.

"Halo sayang?"

Pupil mata Taeyong membesar. Apa apaan. "Kau sudah memilih yang tepat. Temui gadismu, jangan membuatnya menunggu." Ujarnya sok perhatian. Ntahlah apa yang terjadi pada Taeyong..

"Hei apa maksudmu? Gadis apa? Aku masih disini bersama teman temanku. Jangan berpikir yang macam macam."

Mendesah lelah, Taeyong memutar bola matanya malas. "Berdamai saja. Kita jalani kehidupan masing masing. Maaf jika aku menganggu─"

"Jika rindu padaku, katakan saja. Menuduhku dengan tuduhan itu tidak membuat rasa rindumu berkurang.."

Pria manis itu menggeleng, "tidak. Tidak. Aku tidak sedang bergurau. Aku benar benar mengatakan ini." Ujar Taeyong gigih pada pendirianya.

Taeyong kembali menutup kelopak matanya. Ia menghirup udara dan mengingat kembali yang terjadi terakhir kalinya. Lelaki cantik itu merenung, membuka kembali ingatannya. Memang apa yang ia lakukan terakhir kali─ tertidur.

Oh, sialan! Sialan! Ia sedang bermimpi! Jaehyun tidak benar benar pergi. Namun rasanya semua seperti nyatanya! Sungguh Taeyong merasa seperti bukan mimpi.

Lalu mau ditaruh di mana wajah Taeyong nanti saat Jaehyun pulang? Ya Tuhan. Sialan, sungguh memalukan.

"Sudah tiga hari. Aku merindukanmu.."

Tergantikan sudah rasa malu Taeyong. Sekarang pipinya memerah padam, merasa salah tingkah dengan pengungkapan suaminya itu.

Seharusnya Taeyong tidak perlu merasa merona, bukankah Jaehyun sering mengucapkan kalimat itu? Mungkin ini adalah dampak tidak melihat suaminya yang berisik setiap hari.

"Ya, aku juga sedikit." Taeyong mengucapkannya dengan sadar. Jujur lebih baik, Taeyong memilih untuk jujur.

Dari sebrang sana Jaehyun terkekeh tampan. "Aku akan pulang besok pagi. Kemarin satu minggu hanya perkiraan."

"Kau masih memiliki waktu. Tidak ingin melihat lihat pemandangangan indah di Jepang?" Taeyong bertanya dengan kerutan dahi yang menandakan ia bingung; membuat Jaehyun tertawa gemas dari sebrang.

Jaehyun kembali menatap layar ponsel; memfokuskan pandangannya pada Taeyong. "Kau bahkan lebih indah dari pemandangan apapun. Lantas untuk apa aku berlama lama disini, jika sesuatu indah yang ingin kupandang itu berada jauh dariku?"

[✓] Philosophy - JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang