Part 39

16.8K 2.2K 131
                                    

Setelah mendengar kabar Anggara masuk rumah sakit. Bintang langsung mengantarkannya Bulan ke rumah sakit yang lokasinya sudah diberikan oleh Angkasa lewat chat.

Dewa dan Sarah pun berniat menjenguk Anggara setelah orang tua Freya datang. Karena kebetulan ia mendapat chat bahwa orang tuanya Freya datang lebih cepat.

Saat telah tiba di rumah sakit. Buru-buru Bulan menanyakan ruangan Anggara kepada suster, ia berlari mencari ruangan tersebut, diikuti Bintang di belakangnya. Cowok itu sedari tadi hanya diam, sesekali menenangkan Bulan dengan kata penenang. Tapi tetap saja membuat Bulan khawatir dengan Papanya.

Bulan membuka pintu itu dengan tergesa-gesa. "Papa!" panggilnya.

Hatinya terasa sakit melihat Anggara yang terbaring lemah di sana. Ia merasa tidak becus menjadi anak, harusnya dia menjaga Anggara lebih ketat lagi.

"Bulan?" ujar Anggara terkejut.

"Papa kenapa bisa gini?" isak Bulan. Ia menghampiri Anggara lalu memeluknya erat.

Bintang ikut masuk, namun ia hanya diam membeku.

Anggara mengelus punggung anaknya. "Papa cuma kecapean sayang, gapapa kamu jangan nangis dong," ucapnya sambil terkekeh.

"Gimana bisa Bulan santai aja ngeliat Papa kayak gini?" tanya Bulan dengan tangisannya.

Anggara mencubit hidung Bulan. "Ih, dibilangin Papa cuma kecapean sama kurang tidur. Abis ini juga Papa udah boleh pulang."

Bulan melepas pelukannya. "Abang ke mana? Dia ga jagain Papa?"

"Jagain dong." ujarnya sambil tersenyum. "Abang kamu lagi ketemu temennya sebentar. Di daerah sini kok."

Bulan mengangguk lalu duduk di kursi samping brankar. Ia menggenggam tangan Anggara. "Pa, jangan dibiasin kerja sampe larut malam. Bulan tau, Papa tengah malam masih natap laptop, Bulan juga tau Papa suka telat makan karena harus ke kantor,"

Bulan mengelap sisa air matanya kemudian melanjutkan ucapannya. "Papa harus jaga kesehatan Papa juga. Kalau Papa sakit siapa yang mau jagain Abang sama Bulan? Mama udah ga ada. Bulan ga pernah ngerasain kasih sayang Mama, tapi Bulan dapat lebih kasih sayang dari Papa. Bulan sayang Papa, maka dari itu Papa juga harus sayang sama diri Papa sendiri. Pekerjaan itu urusan kedua Papa, yang nomor satu itu kesehatan Papa," ucap Bulan panjang lebar.

Anggara sedikit menitikan air matanya mendengar ucapan dari anak perempuan satu-satunya. Jelas, ia sangat terharu. Dirinya memang sangat ceroboh dalam menjaga kesehatan, yang ia pikirkan hanyalah kebahagiaan anaknya dan pekerjaannya. Tak pernah sedikitpun memikirkan kesehatannya.

Meski begitu Angkasa dan Bulan tak pernah kehilangan kasih sayang dari dirinya. Sesibuk apapun Anggara pasti ia akan menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan anak-anaknya. Sungguh, Anggara sangat menyayangi mereka melebihi apapun.

Anggara mengusap kepala Bulan. "Maafin Papa, sayang. Papa cuma mau kalian senang dan hidup tercukupi, jadi Papa kerjanya terlalu semangat sampai lupa makan."

"Jangan gitu lagi," ucap Bulan pelan. "Kalau udah waktunya tidur itu tidur. Jangan malah kerja," pesan Bulan.

Anggara mengangguk. "Iyaa. Mulai sekarang Papa bakal atur waktu Papa biar tubuh Papa tetep sehat!" ucapnya sambil kedua kepalan tangannya ke atas.

Bulan tertawa lalu kembali memeluk Anggara. "Bulan sayang Papa."

"Papa juga say--"

Sroot!

Bintang mengeluarkan ingusnya lalu menyapunya dengan tissue. Ia sempat mengambil tissue yang terletak di meja tadi.

Anggara dan Bulan reflek menengok ke arah Bintang yang matanya memerah.

My Absurd Ex [END]Where stories live. Discover now