PROLOG

143 48 28
                                    


🎶 Halo-halo Bandung.. Ibukota periyangan.. 🎶

Bandung, Kota Kembang. Menjadi saksi dimana empat ikatan tali persahabatan yang hebat dimulai. Erat, tak terlepas.

"Suatu saat nanti, kalo kita berpisah, mungkin ini yang bisa jadi penyatu kita lagi." tutur Aqillah, mengenakkan sesuatu di pergelangan tangan teman-temannya.

"Apa iya? Emangnya siapa yang mau misahin kita?" tanya Fajar polos.

"Takdir." tukas Haris.

Pun pujangga berkata, takkan tercipta makna persahabatan yang sesungguhnya antara Adam dan Hawa.

"Kita Four-Ever, empat selamanya. Udah pasti kita bakal terus bareng-bareng." Fajar menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Julukan itu bukan jadi patok alur kehidupan kita, Jar. Bisa aja lain." ralat Haris logis.

"Usaha, pasti bisa diubah." Taleetha turut berucap.

"Usaha gimana?"

Tolong biarkan jati diri ini yang akan berjuang tuk menyambungkan ikatan kami kembali.

"Kalo kita punya impian besar bersama, pasti itu bisa jadi salah satu pengerat kita." saran Taletha.

"Tapi sebelumnya janji dulu, kalo kita gak akan pernah ninggalin satu sama lain, dan janji tetap jadi teman terbaik apapun keadaannya."

Namun apa mungkin?

🎶 Halo-halo Bandung... Kota kenang-kenangan.. 🎶

"Qillah?" sahut Taleetha. Aqillah memeluk gadis itu hangat, sekedar melepas rindu. Namun Taleetha tak bergeming.

"Masih inget kan?" tanyanya pelan, senyumannya terus melekat.

Tak sesuai ekspektasi. Taleetha melepaskan pelukan itu lebih dulu. Aqillah dibuat bingung olehnya.

"Qil, biarin Alet pergi." pinta Taleetha, hendak pergi menjauh. Namun Aqillah menggagalkan aksinya.

"Taleetha, lo kenapa?" Aqillah menarik lengan gadis itu, namun berhasil ditepis.

"Qillah jahat, kenapa gak bilang dulu dari awal!?"

🎶 Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau... 🎶

"Ngomong-ngomong, masih inget gak ama impian kita dulu?" tanya Taleetha, membuat ketiga temannya berpikir. Dan dengan pasti senyuman kecil terukir di bibir mereka masing-masing.

"Ingetlah." serempak yang lain.

"Masih mau?" tanya Fajar.

"Pastilah, kan itu yang bisa nguatin kita, sebelum semuanya terlambat."

Itu yang diharapkan, lantas bagaimana jika seperti ini?

"Udah beres semuanya?" tanya Haris, bersiap menghampiri mobilnya.

"Udah, lanjutin aja besok kalo mau di sempurnain lagi." jawab Aqillah.

Halo-Halo Bandung!Where stories live. Discover now