~ Bagian 6 ~

71 38 9
                                    

- Halo-Halo Bandung! -

     HARIS mematung. Kedua matanya menatap Taleetha tak percaya. Bisa-bisanya seorang Taleetha membela orang lain selain dirinya. Dia bukan hanya membela orang lain, bahkan dirinya pun disalahkan.

Haris mencap, Taleetha berubah.

"Apa-apaan kamu berani nuduh aku sembarangan!?" balasnya tak terima.

"Nuduh? Emang itu kenyataannya, kan!?"

"Asal Haris tau, Haris yang sedari tadi ngerusak keadaan dan ngundang emosi orang. Fajar itu mau minta maaf ke Haris, tapi Haris yang terus ngejauhin dia dan berpikir yang enggak-enggak,"

"Fajar, orang yang udah ngebayarin Aletha waktu mau beli obat buat Aris, dia juga udah beliin Aris teh anget, dan itu semua saran dari Fajar duluan,"

"Dia itu cuman mau minta maaf ke kamu, Ris. Dia ngerasa gak enak udah buat kamu batuk-batuk kayak tadi,"

"Tapi kamu malah mikir yang aneh-aneh, bukannya berterimakasih,"

"Aletha cuman mau kita bertiga berteman baik, apa susahnya sih?"

Ucapan panjang lebar Taleetha tadi berhasil membuat Haris terbisu seribu bahasa. Mencoba mencerna kata-kata sahabatnya, apa mungkin dia sudah berlebihan?

Mungkin saja, itu yang dia rasakan.

Dan dia harus memperbaiki keadaan ini. Namun gadis itu sudah terlanjur kecewa, sepertinya.

"Udah lah, percuma ngejelasin panjang lebar. Capek. Aletha pulang duluan,"

Haris mencoba mencegahnya, khawatir jika Taleetha pergi kemana-mana sendirian.

"Gak usah dianter, Aletha sendiri aja."

Taleetha pergi menjauh, meninggalkan Haris yang terus terdiam ditempat.

"Argh!"

•|•|•|•

"Hmph!" Fajar menghela napasnya berat. Mengambil sebuah batu, melemparnya ke sungai dengan kasar.

"Meuni hese boga babaturan teh."

(Susah banget punya temen itu)

"Baru dapet temen satu udah kayak gini,"

"Lieur."

(Pusing)

Bingung sendiri, Fajar terlena dalam lamunannya. Membayangkan suatu hal.

"Fajar!"

Seseorang memanggil namanya. Suara itu terdengar dari belakang. Tanpa memastikan dan mencerna suara itu, Fajar salah mengira orang yang memanggilnya.

Itu semua karena lamunannya, membuat pikirannya travelling kemana-mana.

"Taleetha?" sahutnya.

Mencoba melirik kebelakang, namun..

Bugh!

Satu kepalan tangan yang berhasil menghantam perutnya terdengar sangat kasar dan menyakitkan, membuatnya terduduk lemas.

"Ri.. Rio?"

"Cie, udah masuk sekolah lagi? Berarti sekarang udah gak ngamen lagi dong?" tanya Vira, salah satu dari mereka.

Halo-Halo Bandung!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang