~ Bagian 8 ~

75 36 8
                                    

-Halo-Halo Bandung!-

        SAAT jam istirahat tiba, ramai murid-murid yang sudah keluar meninggalkan kelas mereka, hanya tersisa beberapa saja didalamnya.

Fajar memandang sekelilingnya, mencari sosok gadis yang telah membuatnya penasaran untuk mengenalnya lebih dekat. Gadis itu berhasil membuat dirinya antusias untuk berkenalan dengannya. Tak lebih, dia hanya ingin tahu permasalahan gadis pendiam yang sangat pemalu itu.

Apalagi mengingat gadis itu pun adalah rekan kerjanya, ia pun harus bisa berbaur dengannya agar tetap dalam visi dan misi yang sama.

Ingin sekali Fajar mengajaknya pergi ke kantin bersama, namun sepertinya batang hidung gadis itu tak kunjung terlihat. Bukan hanya itu, tempat duduknya pun ia lupa.

"Dimana, ya?" sahutnya pelan sembari mondar-mandir kesana-kemari, berlalu lalang melewati beberapa kursi yang berjajar rapi didalam kelasnya. Matanya menyapu seluruh sudut ruang kelasnya. Membuat orang-orang yang masih berada dikelas menatapnya aneh.

"Kalo gak salah, tas dia warna ijo, tapi yang mana, ya?"

Fajar tersenyum sumringah, melihat sebuah tas berwarna hijau terduduk diatas kursi yang berada di pojok, bahkan paling pojok.

"Ah iya, lupa. Dia kan duduk disitu."

Tak bertahan lama, senyumannya memudar, melihat kursi itu tak berpenghuni. Pasti dirinya yang sudah di-gosting duluan. Entah pergi kemana gadis itu, intinya kalo udah ke kantin duluan dada Fajar akan terasa sesak, sakit sekali rasanya.

Lagian suruh siapa gak kompromi dulu? Janjian, ketemuan, atau bahkan mengobrol berdua pun tidak pernah. Ini pun kesalahannya sendiri.

"Ah, kemana coba orangnya? Capek aku. Jadi orang kenapa harus nekat duluan, ya?"

"Kan ujung-ujungnya aku yang ditinggalin."

•|•|•|•

Berbeda dengan Fajar, Haris dan Taleetha sudah lebih dulu pergi ke kantin. Mereka sudah mengajak Fajar, namun Fajar bebal. Dirinya terlalu bersemangat tuk mendekati gadis yang ditolongnya tadi pagi. Andai saja Taleetha dan Haris tahu, kenekatan Fajar pudar begitu saja karena targetnya yang sudah menghilang sendiri.

"Ris, mau beli apa?" tanya Taleetha, sebenarnya basa-basi meminta saran. Karena ia kebingungan apa yang harus dibeli olehnya sekarang.

Sedangkan, di area kantin sekolah SDN Panca Bakti ini bukan hanya menyediakan kantin umum dari sekolahnya, melainkan para pedagang luaran pun diizinkan tuk berjualan disini. Karenanya, membuat ramai murid sekolah ini dilema apa yang harus mereka beli tuk menghabiskan uang jajannya. Dan barang yang dijual pun tidak sedikit, hampir memenuhi kategori komplit dalam jenis yang beragam.

"Gak tau." Haris menggeleng pelan, ia pun bingung. Ia terus memutarkan bola matanya, menyusuri para pedagang yang tengah heboh mengobral disekitarnya, serasa di tanah abang.

"Eh! Aaah! Itu diaa!" seru Taleetha, membuat lelaki yang disebelahnya risi. Dia kan sudah pernah bilang, suara Taleetha bak toa.

"Apaan sih?" tanyanya, semoga ada sesuatu yang menarik yang Taleetha lihat, dan bisa menjadi rekomendasi untuknya juga agar ia bisa menghabiskan uang sakunya.

"Aris! Anterin yuk!" ajak Taleetha tiba-tiba,  bukannya dijawab dulu pertanyaan dari Haris. Gadis itu menyikut lengan Haris spontan, membuat Haris menatapnya malas.

Halo-Halo Bandung!Where stories live. Discover now