~ Bagian 2 ~

88 40 17
                                    

-Halo-Halo Bandung!-

     "HARIS." ucap anak laki-laki yang memiliki nama kelahiran 'Haris' itu.

Ya, dia Haris Yusuf Raditya. Anak keempat dari keluarga dosen terkenal di lemburnya, Jakarta. Yakni sang ayah, Dr. Jefri Jusuf Raditya, M.E. Selain terlahir dari keluarga yang kaya raya, ia juga memiliki kemampuan diatas rata-rata, Haris sangat pintar. Mungkin karena otaknya terbawa keturunan dari sang ayah, sangat encer. Dia adalah sosok lelaki yang cuek, irit, judes, dingin, namun memiliki hati bak malaikat. Sebenarnya dia memiliki pribadi yang sangat lembut dan penyayang, cuman Harisnya saja yang terlalu jaim.

Hobinya adalah belajar dan belajar. Kalau dia bosan dia akan belajar, bukannya melamun atau melakukan suatu hal yang bisa menghiburnya. Karena baginya hiburan yang paling nikmat dan bermanfaat itu ya, belajar. Selain belajar, dia juga menyukai musik. Hobinya pun ialah mendengarkan musik, makanya ia selalu menggantungkan headphone kesayangannya dilehernya setiap saat. Dan ternyata dia juga suka membawa cadangan earphone di saku celananya, dasar rakus.

Dia tinggal di Bandung ini karena mengikuti jejak ayahnya yang juga mulai mengajar di salah satu universitas di kota Kembang ini. Apalagi sejak kecil, Haris sudah tidak memiliki seorang ibu. Makanya ia tinggal bersama sang ayah dan juga dua adik perempuannya yang masih kecil. Bagaimana dengan kabar kakak dari Haris? Sebagian ada yang sudah menikah, ada juga yang masih kuliah dan menjadi anak kos. Makanya Haris tak tinggal dengan mereka.

"Salam kenal." ujar Taleetha mengajak Haris untuk berjabat tangan dengannya.

Jelas, Haris menolaknya.

"Ya." balasnya singkat.

"Udah belum headphone nya?" tanya Haris.

"Ah, iya. Ini punya kamu ya. Hehe, maaf." Taleetha membuka headphone itu dan memberikannya lagi kepada pemiliknya.

"Emangnya masih mau dengerin musik?" Haris menggantungkan kembali headphone-nya dilehernya.

Taleetha tersenyum, memberi kode.

"Ya udah, bentar. Aku juga pengen dengerin musik."

Mencoba mencerna kata-kata Haris tadi, refleks Taleetha mengangkat sebelah alisnya.

"Emangnya headphone bisa dibagi dua?"

"Mau dipotong kah?" tanya Taleetha polos.

Haris terdiam sibuk sendiri.

"Jangan banyak nanya." ia pun merogoh saku celananya.

"Tapi kan Aletha pengen dengerin musik, terus Haris juga pengen, terus gimana caranya? Kan headphone nya cuman satu?"

"Nih." Haris memasangkan sebelah earphone-nya di sebelah telinga Taleetha, dan sebelahnya lagi untuk dirinya sendiri.

"Kalo pake ini, kita bisa dengerin bareng-bareng." jelas Haris yang terduduk disamping Taleetha.

"Emang beda ya? Yang tadi sama yang sekarang?" tanya Taleetha mulai penasaran, lumayan ilmu masa remajanya nanti biar gak kudet.

"Beda lah." jawab Haris sembari sibuk memainkan hapenya, mencari lagu yang enak untuk didengar.

"Apa bedanya?"

"Kalau tadi itu headphone, itu yang dipake di kepala terus tempelin ke telinga. Nah kalo ini earphone, itu dipake nya langsung ke telinga. Tinggal masukin aja ke dalam lubang daun telinga kita." jelas Haris yang terus fokus mencari lagu.

"Oh. Iya ya." Taleetha mengiyakan saja, walau masih bingung.

"Yang tadi headphone."

"Hm."

Halo-Halo Bandung!Where stories live. Discover now