~ Bagian 10 ~

47 30 9
                                    

-Halo-Halo Bandung-

     HARI demi hari berlalu, pastinya dengan cerita baru. Lantas bagaimana kabar si empat sejoli yang akhirnya bisa saling merangkul satu sama lain? Takdir Tuhan membuat skenario terindahnya, seiring berjalannya waktu mereka semakin dekat dan bahkan semakin akrab. Saling menempel satu sama lain, hingga ramai orang bermonolog, "Kalo ada si ini, pasti ada si ini, ini, ama ini. "

Begitulah akhir dari rumitnya perjalanan mereka yang akhirnya bisa disatukan dalam sebuah ikatan erat, bagaikan sepasang sendal dan sepatu.

Eits, ini bukan akhir dari segalanya. Nyatanya perjalanan kisah mereka lebih panjang daripada yang kalian duga, hahaha.

Ning Nong ~

"Eh Haris? Ayo masuk ke dalem dulu, Aletha nya masih sarapan."

Haris mengangguk, tersenyum simpul. Dan masuk ke dalam.

"Aris! Mpm.. S-ini-sini!" seru Taleetha dengan mulut yang dipenuhi roti, ia turut menepuk-nepuk kursi di sampingnya.

Haris yang melihatnya hanya menggeleng-gelengkan kepala pelan. Dari dulu sampai sekarang mereka mau lulus SD, Taleetha tidak ada bedanya, masih kekanak-kanakan.

Haris terduduk di samping gadis itu, memperhatikan gadis itu makan. Sangat lahap dan rakus. Bisa-bisanya membuat Haris tergiur, karena modelan seperti Taleetha kalau sedang makan sesuatu berasa ASMR Mukbang di Youtube, bikin nagih.

Taleetha berhenti mengunyah sejenak, menatap Haris heran. Ia sadar, sedari tadi pasang mata lelaki itu terus tertuju padanya.

"Mau?" tawar gadis itu dengan mulutnya yang belepotan karena selai coklat, tak sungkan-sungkan membuat Haris terkekeh pelan.

"Enggak." lelaki itu menggeleng.

"Yakin? Enak loh, buatan bunda Alet."

"Lagi gak laper." alibi Haris.

"Berarti tadi kamu gak sarapan dong?"

"Sa-sarapan, kok."

"Ah bohong, katanya gak laper. Udah sini-sini."

Taleetha mendekatkan tubuhnya pada Haris, salah satu tangannya meraih dagu lelaki itu dan dengan paksa menariknya kebawah, alih-alih untuk memasukkan potongan roti yang ia ambil agar Haris memakannya.

"Aaaaaa." lirih gadis itu berangan-angan tengah bermain pesawat terbang dengan anak kecil.

"Tut tuttt pesawat terbang meluncurrr!!"

Tepat di bagian mulut Haris yang terbuka, Taleetha berhasil memasukkan sebuah potongan roti kedalamnya.

Dengan senang hati Haris mengunyahnya perlahan dan menelannya sampai habis.

"Lagi gak?" Haris terdiam, ia sedang fokus menelan rotinya.

"Nah, diam berarti mau. Aaaaaa.. Buka mulutnya, pesawat terbang mendaratttt tut tutttt!" lagi-lagi Taleetha mengulang aksinya.

"Itu suara kereta, cantik." komen Haris, menahan tangan Taleetha.

"Hah? Emang iya? Terus suara pesawat gimana?"

Haris bungkam, jujur ia pun tak sadar dengan suara transportasi itu, walau selama ini ia sering bolak-balik menaikinya. Namun, sesuatu terlintas di pikirannya, kemudian ia pun refleks membulatkan mulutnya.

"Wuuuuushhhh."

Taleetha yang melihatnya hanya tertawa gemas, tak sangka sosok Haris yang dingin selama ini ternyata bisa membuatnya sakit perut juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Halo-Halo Bandung!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang