•H

4.8K 547 44
                                    

Ey, gaes. Revisi book ini kesekian kalinya, tentu ada banyak perubahan dibandingkan sama mentahannya yang awal. Just, let's enjoy reading.



||Jeongharu Area||
~~~~~~~~~~~~~~
















Haruto tidak mengira, bahwa hukuman yang ia terima kali ini bisa sampai ke tahap yang mengguncangkan jiwa serta mentalnya.

Padahal ia tau jika Jeongwoo, suaminya itu mengetahui ia memiliki trauma akan kegelapan. Tapi ketakutannya itu diabaikan begitu saja, entah dengan sengaja atau tidak ingat karena Jeongwoo membawa dirinya ke suatu ruangan yang begitu sangat gelap.

Ruangan yang bahkan ia saja baru tau ada di dalam rumah mereka, terdapat dibalik rak besar berisi dokumen dokumen penting di ruang kerja Jeongwoo.

"G-gelap, gak mau masuk!"

Ia tengah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menahan tubuhnya yang terus menerus diseret Jeongwoo, ia bahkan sudah ketar ketir sebelum masuk.

Namun Jeongwoo tetap menarik dirinya, sampai mereka berdua masuk ke dalam ruangan gelap itu. Tidak memperdulikan ia yang sedari tadi berusaha melepas diri, kini malah meremat tangan Jeongwoo erat serta memastikan agar tidak tertinggal.

Ia akui, belum menerima penderitaannya saja dirinya sudah sangat begitu ketakutan. Rasa takut yang persis ketika berada di penghujung kematian.

Ruangan gelapnya terkesan seperti khusus untuk tempat mengeksekusi orang bersalah. Terlihat jendela yang begitu menjulang tinggi tertutup tirai hitam yang bersifat tebal, hingga cahaya enggan menyinari dalam ruangan tersebut. Dengan interior yang ventilasi, cahaya hanya bisa didapatkan ketika rak besar yang menghubungkan ruang kerja Jeongwoo dengan ruangan gelap ini terbuka.

"J-jewu ayo keluar, takut."

Suaranya bergetar disertai tubuh yang perlahan mulai ikut bergemetar, ia terus meremat tangan suaminya hingga tidak sadar bahwa kini kedua tangannya sudah diikat oleh rantai besi dari sisi masing masing.

Mereka berdua tepat berada di tengah ruangan tersebut.

"Gue harap dengan ini lo jera sama semua kebandelan lo, Ru." ujar Jeongwoo yang sebenarnya tidak tega jika meninggalkan orang terkasihnya di tempat yang paling dihindari, tetapi dengan sangat terpaksa ia melakukannya, tentu saja dengan tujuan tertentu.

Karena gelisah dengan mata yang sengaja Haruto pejamkan, ia tidak begitu menghiraukan apa yang Jeongwoo sampaikan. Saat dirasa Jeongwoo berbalik ke arah tempat awal mereka masuk lalu mulai melangkah, dengan segera ia mengikutinya. Namun baru saja beberapa langkah ia ambil, dirinya langsung tertarik kebelakang dengan tertahan.

Suara bising dari rantai yang menjuntai dari atas langit ruangan tersebut menyadarkan dirinya, bahwa kedua pergelangan tangannya telah diikat dan seketika ia paham maksud Jeongwoo membawanya ke tempat gelap ini. Maka sebelum Jeongwoo semakin jauh dari jangkauannya ia menarik baju Jeongwoo dengan kuat, lalu memeluknya dari belakang.

"L-lo gak akan tega, kan? Ninggalin gue sendirian di sini, Woo. Lo itu sayang banget sama gue, lo juga cinta sama gue." Ia bertanya dengan getaran pelan, lebih tepatnya melirih.

Jeongwoo yang tersentak karena perlakuan sang istri hingga mundur beberapa langkah, terdiam beberapa saat sebelum menjawab.

"Ini hukuman buat lo, biar lo tau dimana batasan lo!" Ia menekankan setiap kata yang terucap.

Mata Haruto gusar dengan pelupuk yang mulai menggenang air, menatap Jeongwoo penuh harap dari belakang. "Enggak! Lo tau kan gue takut sama gelap dan gue yakin lo gak bakal setega itu buat ninggalin gue sendirian di sini." sanggahnya, meyakinkan diri untuk tidak percaya pada perlakuan suaminya.

Different WivesWhere stories live. Discover now