•W

2.9K 275 8
                                    

Alohaaa gaes? Tbh, Alin gak begitu sibuk malahan senggang banget loh. Tapi gegara rasa males nyerang nih, makanya mu up doang kek sulit banget. Walau begitu, selalu ngusahain musnahin kemalesan Alin biar bisa up.

Uhh, begini aja serasa proud of myself hihiii.

Okeyyy, enjoy reading ya gaes!



||Jeongharu Area||
~~~~~~~~~~~~~~~













Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lebih limapuluh menit. Bagi para pengusaha yang bekerja dengan begitu konsisten dan fleksibel, tentu saja saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk pergi ke tempat usahanya masing masing.

Begitupun dengan Jeongwoo yang seharusnya sudah pergi ke kantornya, tepat pada jam setengah tujuh tapi sekarang ia malah memilih untuk merawat Haruto.

Dengan telaten ia mengobati, serta menggantikan perban yang baru pada kaki Haruto bagian paha dalam yang masih terluka. Dan ia mengakui, bahwa dirinya terlalu posesif hingga tidak mengizinkan Yoonbin ataupun Jihoon untuk melakukannya.

Karena jika begitu, maka mereka berdua akan menyentuh istrinya. Sedangkan ia tidak akan pernah rela jika miliknya dilihat lebih dalam oleh orang lain, walaupun keluarganya sekalipun.

"Pelan..." Haruto meminta dengan lirih.

Sedari tadi ia tidak bisa menghentikan buliran yang mengalir dari pelupuk matanya, karena rasa sakit yang menjalar ke setiap bagian tubuhnya begitu terasa perih. Apalagi saat setelah cairan alkohol membaur di sekitaran lukanya.

Jeongwoo menyeka keseluruhan wajah Haruto yang basah. "Udah."

Lalu bergegas memakai jas hitam yang biasa dipakai, ketika pergi bekerja.

"Kak..."

Haruto memanggil dengan ragu. Sejujurnya ia tidak takut, hanya saja merasa permintaan yang akan ia ujarkan tidak yakin akan dituruti Jeongwoo.

"Hm?"

Kembali mendekati sang istri, lantas Jeongwoo mencium keningnya sekilas. "Kenapa, Ru?"

"Kak Jewu di sini aja, ya? Temenin gue."

Tanpa segera menjawab, ia menyambar tas kerja yang berisi laptop dan segala keperluannya yang akan sangat berguna ketika ia melaksakan pekerjaannya.

"Jewu aja, Ru."

"Iya, Jewu."

Tidak mengulang permintaannya, Haruto hanya mengoreksi kata yang membuat Jeongwoo tidak nyaman.

"Gue harus kerja, Ru. Lagian di sini ada Bang Ben sama Kak Jii yang nemenin lo, kan."

Jeongwoo menolak dengan nada halus tanpa ada tekanan sama sekali, sekilas menatap arloji yang melingkari pergelangan tangannya.

Haruto termenung, dengan segera ia menahan tangan suaminya saat akan pergi. "Gue gak mau, kalo lo kaya mama sama papa yang ninggalin gue setelah kasih gue siksaan."

"Skakmat, lanjutkan speak up-nya."

Jihoon yang sedari tadi hanya menyimak pergerakan mereka, kini menimpali sembari tersenyum miring penuh kemenangan.

Different Wivesحيث تعيش القصص. اكتشف الآن