•R

4.7K 474 34
                                    

Yo, gaes! Yang gak bosen baca ini berkali kali, ayok baca lagi untuk kesekian kalinya muehehee.



||Jeongharu Area||
~~~~~~~~~~~~~~















Haruto telah sadar kembali setelah beberapa jam yang lalu ia pingsan karena tidak kuat menahan rasa perih di dalam perutnya, saat ini ia masih marah pada Jeongwoo hingga sedari tadi merasa tidak sudi untuk menatap suaminya.

Dari hasil diagnosis, Dokter mengatakan bahwa Haruto memiliki magh akut serta mengidap penyakit bronkitis. Sehingga imun tubuhnya rentan dan menjadi begitu lemah, terlebih tidak dijaga dalam artian merawat diri supaya tetap dalam keadaan stabil. Maka dari itu, ia dianjurkan untuk tidak memaksakan diri dalam aktifitas yang sekiranya berat, lebih spesifiknya yang mengakibatkan dirinya kembali dalam kondisi seperti sekarang.

Namun berbanding terbalik jika disangkut pautkan antara kondisinya dengan pribadinya yang sangat tidak suka jika orang lain memandang dirinya lemah, selagi masih kuat serta tahan akan semua yang dihadapinya ia tidak pernah berpikir untuk berhenti apalagi menyerah.

"Minggir."

Berujar ketus ia berdiri tepat dihadapan Jeongwoo yang menghalangi dirinya untuk menuju pintu ruang rawatnya. Tentunya ia masih tidak ingin menatap langsung suaminya sendiri, bukan enggan hanya saja masih merasa sakit karena memendam kesal.

"Ru, lo gak denger apa kata Dokter? Lo boleh pulang, asalkan kalo tuh cairan infusan udah abis." tegur Jeongwoo dengan mengulangi salah satu peringatan yang sudah disarankan Dokter, setelah memeriksa Harutonya.

Semakin memuncak rasa kesal terhadap sang suami, karena itu Haruto lampiaskan dengan menyekram kuat infus stand.

"Gue gak mau di sini, gue muak!"

Bahkan giginya bergemeletuk sebab menahan amarah, tatapan yang dilayangkan begitu nyalang. Saking merasa muak ia tidak akan sanggup lagi, jika dirinya harus bertahan sampai beberapa jam ke depan hanya untuk menunggu cairan vitamin tersebut masuk seluruhnya ke tubuhnya.


"Kali ini aja Ru demi kesehatan lo sendiri, dengerin gue ya?"

Tangan Jeongwoo terulur untuk memegang bahu sempit sang istri, pun ia berusaha agar netra keduanya saling bersitatap. 

"Patuhi gue sebagai suami lo buat diri lo sendiri, bukan buat gue ataupun orang lain. Denger, di sini lo gak bakalan kenapa napa, ada gue Ru yang bakalan nemenim lo dan gue gak bakal ninggalin lo. Percaya, kan?"

Tetapi ia tidak menyadari, secara tidak langsung dirinya telah menyinggung hal yang bersangkutan dengan masa lalu Haruto yang sangat dihindari.

"Liat gue yang nyata wujudnya ada di depan lo, Ru. Lupain Ru, lagian itu semua udah berlalu dan harusnya lo udah berdamai sama masa lalu setelah bertahun tahun kejadian itu berlalu."

Ujaran yang Jeongwoo ucapkan dengan niat menenangkan psikis Haruto yang hampir terpicu, nyatanya malah membuat luka serta ingatan lama Haruto terbuka sepenuhnya kembali.

Tidak menutup kemungkinan, bahwa yang Haruto hindari seharusnya memang dihadapi dengan penuh keyakinan.

Namun tidak mudah bukan, bahkan sangat sulit hanya untuk memaafkan apalagi melupakan suatu hal buruk yang telah menimpa seseorang. Begitu pula dengan Haruto yang tentu akan sangat mustahil, jika bisa melupakan semua kejadian tragis di masa lalu, terkecuali jika ingatannya dengan sengaja dihapus.

Different WivesOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz