•U

2.9K 302 94
                                    

Double up nih, ya walaupun beda waktu sih eheheee.

Owkeyyy enjoy reading and don't forget to follow my acc. Thanks, anyway.

Kalo boleh maruk sih, follow akun IG Alin yang baru juga yaaa? Gow mutualan, yuk!



||Jeongharu Area||
~~~~~~~~~~~~~


















Hal apapun yang dimulai, tentunya harus diselesaikan atau diakhiri sampai tuntas. Tetapi, jika diawali dengan cara menentang takdir yang sudah digariskan. Maka tidak akan ada batasnya, dalam artian berakhir dengan musnahnya harapan.

Begitu pula dengan apa yang Jeongwoo dan Haruto mulai sedari awal, merajut kasih serta berani melangkah untuk merangkai berbagai perjalanan kisah hidup bersama.

Sebenarnya, persoalan cinta itu tidaklah rumit. Hanya saja tergantung dari, bagaimana cara setiap manusia menyikapi persoalan cinta itu sendiri.

Masih di hari yang sama dengan waktu berbeda sedikit, karena detik terus melaju tanpa henti. Kini atmosfer di sekitar keduanya begitu sangat mencekam, saking menguar lebat hingga menekan adrenalin satu sama lain.

Sungguh, berbeda dari biasanya. Terasa diselimuti kabut yang terkesan kelam, jika di ilustrasikan dalam imajiner.

Jeongwoo termangu mangu, ia bungkam masih tercengang atas permintaan Harutonya yang tidak akan pernah sanggup untuk ia laksanakan. Dengan tekat yang dileburkan begitu mudahnya, ia berbalik sepenuhnya pada sang istri. Bukan menatap tidak percaya, melainkan tatapan penuh akan amarah.

"Lo gila?!"

Haruto mengikis jarak diantara mereka.

"Ruru izinin Jewu pergi, asal..." Ia arahkan bibirnya tepat pada indera pendengaran Jeongwoo.

"Bunuh Ruru dulu." bisiknya tanpa ada keraguan sedikitpun. Karena, jika disiratkan hanya akan ada makna kepedihan serta kesedihan yang begitu mendalam.

"EGOIS BANGSAT!"

Jeongwoo mendorong Haruto hingga tersungkur, tanpa sengaja menggunakan tenaga terlalu berlebihan. Kepalang emosi, amarahnya melebur tanpa tertahan lagi.

Lantas Haruto bangkit berdiri, ia kembali mendekati Jeongwoo dengan sedikit jarak yang tersisa. "Jewu... Bukan salah satunya, tapi satu satunya alasan Ruru bisa bertahan sampe di titik ini, cuman karena Jewu. Kalo Jewu pergi, apa gunanya Ruru terus bertahan?"

Jangankan untuk diselami, bahkan netra Haruto saat ini terlihat sangat sulit untuk ditembus. Jeongwoo tidak bisa sekedar menebak apa yang dipikirkan istrinya, setidaknya perasaannya pun ia seakan menjadi buta.

Di sini seharusnya ia yang terpuruk, karena ia lebih hancur dibandingkan Harutonya yang telah melakukan pengkhianatan pada hubungan mereka berdua, sebagai sepasang suami istri.

Tidak bisa dipungkiri kalau ia sekarang merasa, menempatkan Haruto dibagian yang pantas untuk ia benci. Namun sialnya, terhalang oleh rasa cinta yang begitu teramat besar.

Menurut dirinya, cinta itu memang tidak akan pernah bisa diukur. Ia tidak bisa mendeskripsikan, seberapa besar ukuran rasa cinta yang ia miliki untuk Harutonya. Yang ia sadari, tentu rasa cinta tersebut melebihi mencintai dirinya sendiri.

"Gimana sama lo, Ru? Bisa gak, kalo bunuh gue?"

Bukan hanya memastikan, sejujurnya ia sungguh lelah dan habis pikir untuk menghadapi Haruto. Jadi, bukankah lebih baik jika memilih seperti apa yang Haruto inginkan sebagai permohonan?

Different WivesWhere stories live. Discover now