•Jng

2.5K 235 29
                                    

||Jeongharu Area||
~~~~~~~~~~~~~~


















Dibalik pintu ruang rawat khusus yang kedap akan pantulan bunyi, suara teriakan saling bersahutan di dalam serta sesekali tangisan menyertai perkelahian yang saat ini tengah terjadi.

Junhoe, Ayah kandung Jeongwoo sedang dilingkupi amarah, karena sang Anak memaksa agar Haruto segera dipulangkan dari rumah sakit. Di saat kondisi tubuh Menantunya belum pulih total, bahkan terlihat masih mengenaskan akibat banyaknya luka di sekujur tubuh.

Ketika ia bertanya alasan mengapa Jeongwoo begitu kekeh, seketika ia merasa kecewa terhadap dirinya sendiri yang gagal dalam mendidik Anaknya.

Sebelumnya, ia bertanya. "Kamu gak liat, istrimu terbaring lemah begitu?"

Menunjuk pada Haruto yang hanya bisa diam tanpa berani menyahut, ataupun menyela dari pertengkaran seorang Ayah dengan Anaknya.

"Park Jeongwoo, saya punya hak sebagai mertua untuk menahan dan menjaga Menantu saya. Sekarang, beri tau saya alasan yang rasional?"

"Sudah saya katakan, bukan urusan anda!"

Jeongwoo memang menganggap Ayahnya sebagai orang asing, maka ia berinteraksi layaknya orang yang saling tidak mengenal.

"Saya akan beri izin jika dia mendapat perawatan intensif seperti di rumah sakit, asalkan kamu kasih tau saya alasannya."

Junhoe lelah membujuk, pasalnya ia baru saja menyelesaikan operasi tapi malah menghadapi kekeras kepalaan sang Anak.

"Sengaja, biar Anak si bajingan yang dikandungnya mati."

Tanpa terbebani Jeongwoo membalas dengan tenang, berbeda dengan sang istri yang merasa hatinya begitu tertohok.

Walau Haruto yang menyetujui sendiri atas keputusan Jeongwoo, tapi tetap saja tidak bisa menampik akan rasa sakit perihal ia harus menggugurkan Anaknya kandungnya sendiri.

Plak

Junhoe menampar Jeongwoo dengan sangat keras, hingga sudut bibir sang Anak mengeluarkan cairan merah pekat.

"Park Jeongwoo! Kamu tidak punya nurani atau akalmu itu memang tidak bermoral, hingga tidak berperikemanusiaan? Dan lagi, kalau kamu ingin menggugurkan janin dalam rahimnya, pertaruhannya nyawa istrimu sendiri Jeongwoo!"

Jeongwoo memang sudah tau resikonya tapi ia akan mengusahakan, jika diperkenankan hingga sampai ke titik darah penghabisan. Supaya Harutonya selamat dan tetap menjalani hidup berdua dengan dirinya.

"Bungkam mulutmu itu Pak, jangan sok memberi education pada saya. Dan saya peringatkan juga, untuk tidak ikut masuk ke dalam masalah privasi orang lain!"

Ia meninggikan suara, tersinggung karena ucapan Junhoe yang menurutnya tidak punya hak atas hal apapun yang menyangkut dirinya, setelah mereka memutuskan hubungan kekeluargaan dulu kala. Begitupun Jihoon, Kakak kandung Jeongwoo pun berlaku sama seperti dirinya.

Beralih pada Haruto yang sedari tadi hanya bisa menangis terisak, di sisi lain ia merasa sangat ketakutan ketika dua orang yang berdebat saling melayangkan tatapan tajam itu mengeluarkan aura penuh intimidasi.

Different WivesWhere stories live. Discover now