19. DEEP TALK

492 71 5
                                    

°°°

!Ini hanya fiksi dan tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan idol!

!Jangan membandingkan atau membawa cerita lain ke cerita ini!

!Idol hanya sebagai visual!

°°°

Ada baiknya vote lah terlebih dahulu

°°°

"Mereka yang melukaiku, namun aku sendiri yang harus menyembuhkan luka itu tanpa bantuannya."
-Rendy Marvian Ghalvaro-

°°°

Ting tong

Bel rumah Julian terus saja berbunyi sejak tadi.

"Lo selain jadi tamu mandiri, sekarang jadi tamu nyebelin ya, Cak," dumel Julian.

"IYE, IYE, SABAR."

Julian beejalan menuju pintu utama rumahnya.

"Tinggal buka pintu doang, terus ke dalem apa susanya, sih- E-eh, Kak Laksa. Kirain tadi si Cakra."

"Obatnya Nava, sama kunci motor lo," kata Laksa seraya menyerahkan barang barang yang ia bawa.

"Makasih, Kak. Tapi si Cakra nggak bilang buat beli obatnya yang sirup?"

"Nggak. Kenapa memangnya?"

"Si Nava nggak bisa minum obat pil."

Laksamana melangkah masuk ke dalam rumah Julian.

Julian menghela napas singkat. "Sama-sama tamu mandiri ternyata." Laki-laki itu menutup pintu, lalu mengekori Laksa.

Saat ini Laksa kembali melihat sisi Nava yang lugu, polos, dan terus merengek kepada Buna-nya, persis seperti anak kecil yang sedang sakit. Tidak sama dengan terakhir kali ia melihat.

"Nava udah makan?" tanya Laksa.

"Udah, Kak," jawab Nava.

"Sekarang minum obatnya ya." Laksa menyodorkan pil paracetamol yang sudah dihancurkan dan segelas air putih.

"NOOO!! HUAA, BUNA, NAVA NGGAK MAU MINUM OBAT YANG KAYAK GITU." Nava langsung melemparkan ponsel milikya, lalu berlari mengelilingi rumah Julian.

"Na, ayo minum obatnya biar cepet sembuh," bujuk Rendy.

Rendy dan Julian terus mengejar Nava.

"NGGAK MAU! RASA OBATNYA PAIT!"

"Pait dikit aja." Julian ikut membujuk Nava.

"NGGAK MAU POKOKNYA!"

Rendy merasakan kepalanya seperti diremas dengan sangat kuat. Ia memutuskan untuk duduk sejenak di sofa, sembari memejamkan kedua matanya.

"Nava, diminum dulu obatnya, biar cepet sembuh." Laksa ikut membujuk.

"Ndak mau, Kak. Obatnya ndak enak!" kata Nava dengan wajah memelasnya.

"Kalo yang enak mah namanya permen," sahut Julian.

"POKOKNYA NGGAK MAU!" kata Nava yang terus berlarian ke sana ke mari.

"Ren, santuynya nanti dulu! Sekarang kejar Nava dulu!" ucap Julian yang sudah kewalahan mengejar Nava.

Tak ada sahutan apapun dari Rendy. Hanya terdapat kerutan seperti menahan sakit yang terlihat jelas di wajahnya.

CAKRA DAN DUNIANYA | NCT DREAM 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang