09

244 47 12
                                    

19.06

Malam terakhir bertepatan hari sabtu, setelah menjalani tiga hari-tiga malam pelatihan LDKS. Semua sedang sibuk berkemas untuk pulang di jam 21.00 nya, terkecuali (name) yang saat ini gabut berkeliling serta menonton kesibukan yang sedang berkemas.

(Name) berhenti berjalan, melihat seseorang yang tidak asing baginya. "Hai, nama mu hinata kan?" Ah, (name) berhasil mengejutkan orang itu. "E-eh, maaf, aku tidak bermaksud mengejutkan mu."

"Fyuh, aku kira siapa, hehe." (Name) terkekeh, lalu duduk di samping adik kelas lucu ini.

"Kamu kok gak berkemas?"

"Kakak sendiri kok gak berkemas?" Tanya balik Hinata membuat (name) gemas sendiri. "Hehehe, bercanda kak. Aku gak bawa barang banyak, jadi cepat berkemas nya." (Name) mengangguk sebagai balasan.

"Kamu manis banget sih, mau gak jadi adik ku!" Wajah Hinata merah padam saat mendengar lontaran (name).

"A-ah, i-itu, b-boleh aja kak." Hinata menunduk, terlihat kesedihan di matanya. membuat (name) heran. "Dulu saya juga punya adik, adik saya lucu banget!"

"Wah, kapan-kapan, kakak mau ketemu dia, boleh gak?" Hinata menatap kakak kelasnya yang berbinar, membuat dirinya terkekeh geli.

"Tapi dia sudah meninggal kak," Keheningan melanda, (name) yang merasa tidak enak langsung meminta maaf pada lawan bicara nya.

"Gapapa kok kak, saya udah ikhlas." Tetap saja itu membuat (name) tidak enak, sampai kecanggungan ini melanda. Membuat (name) tambah tersiksa. "Kakak gak penasaran, penyebab adik saya meninggal?"

(Name) belum sempat menjawab, tapi Hinata langsung menerobos bercerita. "Waktu saya kelas enam SD, Keluarga saya, terkena musibah kecelakaan beruntun saat hendak menjemput saya di bandara. Keluarga saya Tidak ada yang selamat, semua tewas, bahkan sebelum saya mengantarkan oleh-oleh."

"Padahal waktu itu, saya udah janji ngasih oleh-oleh dari jakarta, tapi mereka malah lebih dulu dapat oleh-oleh dari Tuhan. Gak asik." Hinata terkekeh, setiap tawanya seakan menyayat hati (name).

Hening, pikiran (name) terselip pertanyaan, bagaimana Hinata sangat santai menceritakan itu semua. Apakah dia sudah benar-benar berdamai dengan masalalu nya?

"Kamu hebat Hinata, bisa bertahan sejauh ini." Aku iri padamu, dengan susah payah (name) menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Maunya sih kumpul bareng keluarga di atas sana kak, tapi masih ingat kalo dosa saya masih banyak, hehe." Ucapan Hinata mampu mencairkan suasana. Keadaan tidak se canggung tadi, berkat adik kelas manis ini dapat mencairkan suasana seperti sedia kala. Mereka kembali berbicara dan tertawa, membuat siapa saja yang melihat ikut gemas sendiri.

"Yaudah, aku tinggal dulu ya, sampai ketemu di lapangan." (Name) berdiri, melambai pada Hinata sebelum menjauh.

"Lu kemana aja (name)? Di sini lagi ribet lu malah ngilang!" Tegur seseorang, menatap kesal ke pelaku.

"Maaf Shir, healing bentar tadi." Shirabu hanya memutar bola mata malas sebagai jawaban. Kembali melanjutkan pekerjaan nya yang tertunda. Tentu (name) yang masih hati nurani ikut membantu.

***

20.42

"Setelah kita melewati tiga hari masa LDKS, akhirnya kita selesai menjalani nya, walaupun ada sedikit kendala. Tapi akhirnya kita bisa melalui ini semua. Terimakasih untuk--" Kak kita berpidato sebagai penutup acara ini, dan di akhiri doa. Selesai itu, semua peserta langsung keluar dari hutan LDKS, di pintu depan sudah ada orang tua bahkan keluarga yang menunggu anak mereka.

vampire [ Haikyuu x  Reader ]Where stories live. Discover now