Chapter 11

60 16 0
                                    

"I got you!" Seru Dylan kala mendekap Ileana dari belakang, mengunci tubuh mungil itu erat-erat. Ileana tersentak kuat. Napasnya tertahan untuk beberapa detik, dan ia rasa jantungnya berhenti berdetak untuk sejamang, sebelum berdetak bertubi-tubi layaknya ia baru selesai lari marathon. Embusan napas hangat Dylan saat lelaki itu mendesis menggelitik tengkuknya. Tak bisa dipungkiri membuat tubuh Ileana meremang seketika. Jika dia mentega, mungkin Ileana sudah meleleh sekarang. Kakinya serasa tak sanggup lagi menahan bobot badannya yang tidak seberapa. Tubuhya mendingin. Dia benar-benar ingin tumbang rasanya.

Sementara Dylan di balik tubuh Ileana tersenyum lebar. Rasanya tidak pernah senyaman ini kala dia bersama seorang wanita. Bahkan tak sadar Dylan semakin mengeratkan dekapannya, lupa akan tujuannya memenjara gadis itu dengan tubuhnya. Wangi stroberi yang menguar dari tubuh Ileana memenuhi penciuman Dylan, wangi yang menenangkan. Ia hirup wangi itu dalam-dalam dan ia simpan dalam ingatan. Karena Dylan tahu, tidak mudah untuk bisa menghirup wangi ini lagi. Terlebih kala ia sudah kembali bertugas di markas kelak. Tubuh hangat Ileana juga membuatnya merasa sangat nyaman, bahkan matanya terpejam menikmati segala kenyamanan dan kehangatan yang berasal dari tubuh Ileana.

Mendadak hening tercipta, seolah Dylan memiliki time control dan menguasai perputaran waktu. Hening, tak ada suara apa pun selain suara kendaraan yang berlalu-lalang, dan satu lagi, suara detak jantung keduanya yang saling berpacu yang hanya mereka sendiri yang dapat mendengarnya.

Jovanka mengeluarkan ponsel dari tas jinjingnya. Dengan api cemburu yang membakar habis hatinya ia abadikan pemandangan itu, pemandangan di mana Dylan memeluk gadis pelayan kedai dengan begitu erat. Hal ini akan ia laporkan pada Harini agar tidak terulang lagi. Agar Dylan tidak menemui pelayan kedai kopi itu lagi. Dengan mata memerah dan perasaan yang berkecamuk, terburu-buru Jovanka masuk ke dalam mobil. Menaikkan gas, meninggalkan tempat terkutuk itu dengan penuh angkara. Tubuhnya terasa panas terbakar oleh rasa cemburu, iri dan dengki. Dalam hati Jovanka mengumpat berkali-kali, bertanya-tanya dan tak habis pikir mengapa Dylan bisa menyukai perempuan serendah pelayan kedai itu. Kendati Jovanka belum tahu pasti apakah Dylan benar-benar menyukainya atau hanya main-main saja, namun tindakannya terhadap perempuan itu sudah cukup menjelaskan bagaimana perasaan Dylan pada si karyawan kedai kopi. Apalagi Dylan juga terlihat sangat menikmati pelukannya pada gadis itu. Perempuan yang sama sekali tidak ada istimewanya, berbanding jauh dengan dia yang diliputi beribu kelebihan dan keistimewaan. Perempuan itu tidak pantas untuk Dylan, dia terlalu rendah. Dia gelandangan. Hanya Jovanka yang layak bersama Dylan. Dia istimewa, lebih dari segalanya. Tidak seperti gadis itu yang hanya berasal dari kalangan di bawah standar. Jovanka yakin, meliriknya saja Harini tak akan berminat, apalagi menjadikannya menantu. Hanya dia. Hanya Jovanka Isvara yang pantas bersama Dylan. Tidak ada perempuan lain di dunia ini yang pantas bersama Dylan selain dia.

Nevan hendak memindahkan serbuk kopi yang ia tinggalkan di meja kasir ke dalam botolnya. Ia keluar dari dapur sambil menghambung-hambungkan botol aluminium tempat menyimpan serbuk kopi menuju lemari penyimpanan yang terletak dekat dengan meja kasir. Botol itu terjatuh, menimbulkan suara bising yang mengejutkan. Sebab Nevan tidak sengaja menjatuhkannya. Bahkan ia sendiri turut terkejut akibat ketidaksengajaannya sendiri. Botol itu tak sengaja lolos dari tangkapannya setelah sesuatu yang tidak biasa tertangkap netranya. Tidak hanya Nevan, sepasang manusia di tengah-tengah kedai juga sama terkejutnya dengan dia, yang sontak membuat keduanya segera menciptakan spasi di antara mereka, saling berjauhan dengan rona merah samar-samar menghias wajah keduanya. Mereka saling salah tingkah, kehabisan ide sekadar untuk bertindak.

Dylan malu setengah mati sekarang. Berpikir; mengapa bisa dengan seenaknya ia peluk Ileana? Di mana ia letak harga dirinya sekarang? Pasti Ileana semakin membencinya. Jatuh sudah harga dirinya di mata Ileana.

One Man Million FeelingsWhere stories live. Discover now