Chapter 33

16 11 0
                                    




◇◇◇



"Silakan masuk, Tuan Puteri." Goda Nevan seraya membukakan pintu mobilnya untuk Ileana. Gadis itu terkekeh geli dibuatnya.

"Thank you, Pak Pol." Balas Ileana yang kini membuat Nevan juga terkekeh. "Ini mobil kamu?" Tanya Ileana begitu Nevan mulai menyetir. Sebelum berada di dalamnya, gadis itu sempat terpukau melihat betapa mewahnya mobil sport ini. Membuat orang-orang akan berpikir, betapa gagahnya orang yang mengendarainya.

"Hm." Jawab Nevan singkat. Tak ada kalimat lain yang ingin ia utarakan untuk menjawab pertanyaan Ileana selain gumaman singkat.

"Ah… rasanya aku jadi pengin nikah sama polisi." Gurau Ileana berandai-andai. Nevan tertawa renyah mendengarnya.

"Gaji Kapten Angkatan Laut lebih besar daripada gaji polisi pangkat rendah kayak aku." Ileana menoleh cepat pada Nevan yang tampak santai menyetir. Seakan kalimatnya barusan tak berefek apa-apa pada Ileana, seolah itu hanya gurauan biasa. Namun ada hal lain yang lebih menarik perhatian gadis itu dalam kalimat tersebut. Sekilas Nevan lirik Ileana yang menatapnya dengan mata membola.

"Kamu tahu dari mana?" Tanyanya penasaran.

"Emang kenyataannya kayak gitu, 'kan?" Jawab Nevan dengan nada penuh misteri. Membuat rasa penasaran Ileana semakin menggebu-gebu.

"Bukan, maksud aku-"

"Aku lihat foto kalian di rumah kamu. Kamu majang foto-foto kalian di setiap sudut dalam rumah kamu. Malah mungkin aku rasa di kamar mandi juga ada saking banyaknya. Haha!" Nevan tertawa renyah, tersenyum tipis kemudian. Tanpa Ileana sadari sahabatnya itu tengah menekan rasa sesak di dada. "Pada akhirnya kamu percayain hati kamu sama laki-laki yang kamu anggap gak waras." Ileana tertawa kecil. Teringat betapa seringnya ia mengumpati Dylan dulu. Ya, roda selalu berputar, perasaan manusia bisa berubah. Dan kita tak pernah tahu akan seperti apa kita di masa depan. Membenci bisa jadi mencintai. Mencintai juga bisa jadi membenci. Bisa jadi, orang yang paling kita cintai saat ini akan menjadi orang yang paling kita benci di masa yang akan datang. Who’s know?

"Itu yang namanya rahasia Tuhan, Van. Dan kamu sendiri, siapa gerangan cewek beruntung yang berhasil nyuri hati polisi ganteng kita ini?" Goda Ileana.

"Sejauh ini di hati aku masih terukir nama kamu, belum ada yang lain."

"Uwu… sweet banget sih..." Ileana semakin gencar menggoda Nevan. Lalu ia mencebik kemudian. "Cowok berseragam emang jago banget ngegombal, ya. Tapi kamu harus buru-buru cari pengganti aku. Kamu gak ada hak untuk milikin aku lagi. Haha!" Dan mereka tertawa bersama. Namun di sela tawanya Nevan sesekali melirik Ileana, membagi fokusnya pada jalan.

"Ya mau gimana lagi, kamu udah terlalu dalam ngisi hati ini." Mereka kembali tertawa, menertawakan ucapan-ucapan mereka yang mereka anggap hanya sebuah candaan. Namun tidak bagi Nevan. Ini bukan sebuah lelucon baginya. Ia hanya tertawa paksa. Di sela tawanya tersemat sebuah senyuman lirih di sana, tanpa Ileana sadari. Matanya menerawang jauh aspal di depan mata saat traffic light menjebak mobilnya di antara mobil-mobil lain. Menahan rasa nyeri di dada saat Ileana hanya menganggap ungkapan hatinya berupa gurauan.

"Sahabat sejati emang akan selalu di hati. Tapi suatu hari nanti, orang yang jauh lebih spesial dibandingkan sahabat kamu ini bakal nempatin hati kamu, menggeser posisi aku di sana. Dan aku cuma bakal dapat posisi di sudut hati kamu."

"Tapi gimana kalau orang yang udah menjadi orang spesial di hati kita ternyata malah sahabat kita sendiri?" Kendati sakit, sedikit demi sedikit Nevan mengungkapkan isi hatinya. Sekadar ingin tahu reaksi Ileana saja. Berharap ada celah yang bisa ia isi di sana.

One Man Million FeelingsWhere stories live. Discover now