HATI

86 3 0
                                    

Disclaimer: BoBoiBoy Monsta Studio. Terinspirasi dari komik Wimoha by Dhean de Nauli. Tidak mengambil keuntungan apapun dari pembuatan fanfiksi ini.

Warning: Typo(s), slight HaliTau, Fantasy!AU, death chara.

SELAMA MEMBACA!

.

.

.

Halilintar memasuki ruangan para tetua. Ekpresinya datar. Pemuda berumur 18 tahun itu dalam hati bertanya-tanya gerangan apa dia dipanggil kemari, walau dia sudah berkali-kali datang kemari sebagai perwakilan pengendali petir.

Halilintar punya dugaan, tapi dia berharap dugaannya tidak terjadi.

"Selamat datang, Halilintar."

Hang Kasa atau Tok Kasa, salah satu tetua menyambutnya. Dia duduk di salah satu kursi yang biasa diisi para tetua. Meja di depannya terdapat sebuah buku super tebal yang tampak masih baru.

"Ada perlu apa saya dipanggil kemari, Tok Kasa?" tanya Halilintar sambil duduk di kursi kecil (yang tampaknya sudah disediakan untuknya) dan berhadapan dengan Tok Kasa.

"Halilintar, kau pasti sudah tahu bahwa bulan purnama raksasa akan terjadi tiga tahun lagi, bukan?" kata Tok Kasa.

Ah, soal itu lagi...

"Ya, saya lama tahu tentang itu," ucapnya datar.

"Halilintar, ini serius," tegas Tok Kasa. "Dewan khawatir karena kau belum memiliki penerus generasi pengendali petir. Kalau begini, maka Pulau Rintis akan mengalami masalah serius dalam menghadapi siklus bulan purnama–!"

"Iya, saya tahu, Tok Kasa," potong Halilintar. Dia tahu dirinya tak sopan, tapi dia sudah jenuh mendengarnya. "Jadi Dewan ingin saya melakukan apa?"

"Umurmu sudah 18 tahun, Halilintar. Menurut hukum, kau sudah cukup umur untuk menikah. Jadi, Dewan sudah menyiapkan bakal calon untukmu."

Tok Kasa menyodorkan buku tebal itu pada Halilintar. Halilintar dengan enggan membukanya.

Isinya profil perempuan-perempuan yang tinggal di Pulau Rintis. Ada yang lebih muda atau lebih tua darinya, ada gadis biasa atau pengendali elemen sepertinya, dan lain sebagainya. Yang membuat Halilintar terheran-heran adalah jumlahnya sangat banyak, sampai-sampai dia mengira buku ini hanyalah daftar penduduk berjenis kelamin perempuan di Pulau Rintis.

"Ini... banyak sekali..." gumam Halilintar syok.

"Ini baru rekap awal, Halilintar," jelas Tok Kasa. "Dewan masih akan melakukan seleksi pada mereka. Tapi kau berhak untuk menentukan terlebih dahulu, Halilintar. Jangan khawatir, mereka semua gadis baik-baik dan berwajah cantik."

Wajah Halilintar masam, dalam hati merutuk kenapa harapannya tak terkabul.

"Tok Kasa... bagaimana jika saya menolak ini?"

"Apa alasan kau menolaknya?" tanya Tok Kasa dengan mata mendelik.

"Karena saya ingin menikahi orang yang jelas-jelas saya cintai," jawabnya.

"Hooo..." Tok Kasa tampak terkesan, "Apa orang itu sudah ada?"

Raut Halilintar mendadak tampak gugup. "I-itu..."

Tok Kasa menghela napas, "kalau begitu kau tidak punya pilihan, Halilintar."

Halilintar berdiri, dia menggertakkan giginya. Tampak berusaha menahan marah.

"Menyebalkan..." gerutunya. "Kenapa saya sejak dulu tidak pernah bebas menentukan apapun?!"

"Halilintar, ini semua demi Pulau Rintis–"

BoBoiBoy: Kumpulan FanfictionWhere stories live. Discover now