Chapter 17

18 2 0
                                    

18+
Terdapat adegan kekerasan yang eksplisit. Harap bijak membaca.

***
Beberapa jam yang lalu ....

Joko memarkir motor kawasaki antiknya di sudut pabrik kemudian melangkah memasuki gudang di samping pintu utama. Ia menaikkan tuas berwarna merah yang berada di kotak listrik, seketika bunyi genset terdengar, lampu-lampu dalam ruangan akhirnya menyala.

Kondisi pabrik masih sepi, ia melirik jam tangan kulit yang melilit pergelangan tangan kirinya, masih pukul 4 pagi. Ia memang selalu datang sangat awal untuk memastikan semua peralatan dan mesin dalam kondisi yang baik. Pekerjanya akan datang pada pukul delapan, mereka akan langsung bekerja tanpa perlu mengecek kondisi mesin terlebih dahulu.

Joko merupakan mandor sekaligus teknisi pabrik, ia yang bertanggung jawab untuk semua  urusan yang berkaitan dengan pabrik. Ada empat buah mesin gergaji di dalam pabrik, semuanya dalam kondisi baik. Hampir sepuluh tahun ia bekerja di pabrik kayu yang awalnya milik orang tua Herman ini, sejak lepas SMA ia langsung menjadi buruh pabrik kayu di sini, seiring berjalannya waktu ia menjadi mandor saat pabrik menjadi milik Herman.

Pabrik kayu ini sebenarnya beroperasi secara ilegal karena masuk dalam kawasan hutan lindung milik Perhutani, tetapi kuatnya kekuasaan milik keluarga Herman membuat pabrik ini tetap berjalan. Joko sendiri tak mempermasalahkan persuratannya, yang penting ia bisa mendapat pundi-pundi rupiah yang lebih banyak setiap bulannya.

Kehidupan Joko sebenarnya sangat menyenangkan sejak bekerja di pabrik, ia betah melajang karena tak ingin memiliki tanggungan istri dan anak, menyusahkan katanya. Uang penghasilannya sebagai mandor ia gunakan untuk berfoya-foya, main perempuan dan berjudi. Penghasilannya sangat banyak apalagi ia sering berbuat curang dan menjual kayu milik hutan lindung secara ilegal pula.

Semua kelakuan buruknya memanng untuk pribadi sendiri, tetapi sebagai karyawan, Joko patut diacungi jempol, ia pasti akan memastikan pabrik berjalan sesuai dengan keinginan Herman. Mungkin itu alasan Herman tetap menjadikan Joko sebagai mandor di pabriknya walaupun sifat buruknya sudah lama tercium olehnya.

Setelah memastikan peralatan kontrol listrik di gudang beroperasi dengan baik, Joko berjalan menuju pintu utama pabrik dan membuka grendelnya. Lampu-lampu seribu watt menyala tergantung di langit-langit ruangan pabrik, membuat kondisi pabrik tak ubahnya seperti siang hari. Joko tak pernah merasa ketakutan walaupun pabrik dalam keadaan sunyi dan berada di tengah hutan, baginya pabrik ini seperti rumah ke duanya.

Joko memeriksa kondisi mesin-mesin pemotong yang satu persatu ia lewati, menyalakan, melihat perputaran roda gergaji, dan mematikannya kembali setelah ia anggap baik. Saat berjalan menuju mesin ke dua, Joko merasa seseorang sedang mengamatinya dari balik kegelapan hutan dari gerbang pabrik yang terbuka. Sejenak ia berbalik memastikan jika memang tak ada orang selain dirinya, ia menatap ke arah pintu pabrik yang terbuka lebar, dan hanya menampilkan kegelapan hutan di sana.

Joko menggelengkan kepala, tiba-tiba mendadak angin dingin meniup tengkuknya, membuat bulu kuduknya meremang. Ia mengusap tengkuknya yang terasa dingin dan kembali berjalan menuju mesin ke tiga.

Namun, Bunyi langkah diseret kembali menghentikan aktifitasnya.

"Siapa?! Siapa di sana?!" teriak Joko mengamati sekeliling pabrik.

Ucapan Joko hanya mendapat jawaban desau angin dan bunyi mesin yang berderit, tetapi entah mengapa Ia yakin ada seseorang yang bersamanya saat ini.

"Aku hanya cemas! Ya, cemas! Tak ada hantu di dunia ini!" gumam Joko menyemangati dirinya sendiri.

Ia meraih sebotol obat dari kantong celananya, ia membuka tutupnya dan mengeluarkan dua butir tablet berwarna jingga kemudian langsung meminumnya. Botol yang ternyata telah habis itu ia buang ke sembarang tempat, botol obat penenang. Hidup Joko berubah drastis setelah pulang dari acara reuni SMAnya beberapa minggu yang lalu. Hidup yang biasanya menyenangkan, bermandi peluh dengan wanita malam dan tidur di atas meja judi kini tak lagi ia lakukan, melainkan menjadi pengkonsumsi obat penenang dan obat tidur agar ia bisa terlelap dan menghilangkan rasa ketakutan yang kerap datang.

KinantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang