Chapter XXIV

592 23 2
                                    

"Saya akan menuruti apapun keinginan anda, Aino-sama" ujar Rara penuh keyakinan

"Maafkan aku tuan, aku masih terbayang-bayang tentang kejadian itu" ujar Rara

"Kau yakin?" Tanya Akira

.
.
.


[MyHusbandisYakuza]


Setelah menjenguk neneknya, Akira langsung pulang menyusul Rara. Ia harus menyelesaikan semua yang bersangkutan dengan neneknya itu.

Rara menunggu kepulangan Akira. Tak lama kemudian Akira masuk kedalam kamarnya. Begitu Akira masuk, Rara langsung bersujud dan menangis sesenggukan.

"Hiks-hiks, maafkan saya tu-tuan. Ma-maaf, saya yang menyebabkan ne-nenek anda seperti itu. Sekali lagi ma-ma-maafkan. Hiks-hiks" ujar Rara sambil sesenggukan.

Sungguh Rara takut kejadian itu terulang lagi. Dimana dia melihat ibu tercintanya di bunuh di hadapannya. Tepat di depan matanya.

Akira melihat itu langsung iba. Ia ikut berjongkok untuk menyamakan tingginya. Ia menepuk pucuk kepala Rara.

"Sttt, don't cry... Obaa-san itu kuat, ini musibah, so, jangan menyalahkan dirimu sendiri" ujar Akira lembut, Rara menggelengkan kepalanya cepat tanda tak setuju.

"No, it's all my fault here" jawab Rara

Rara terus menangis. Akira membawa Rara ke tempat yang nyaman. Ia lalu memeluk tubuh istrinya. Untuk pertama kalinya dia memeluk istrinya yang notabenenya adalah budaknya dalam keadaan sadar. Ia bahkan berkali-kali mencium pucuk kepala Rara.

Tak lama kemudian, Rara tertidur. Akira menggendongnya dan menaruhnya di ranjang. Ia lalu pergi meninggalkan Rara.

Diruang kerjanya ada Akemi. Ia meminta pria itu untuk mengupas tuntas tentang neneknya. Ia akan menghabisi siapa saja yang berani mengusik keluarganya. Tak peduli bahwa itu melanggar perintah kaa-san nya. Untuk saat ini, ia berpendapat bahwa. "Hitam atau putih? Jangan abu-abu"

"Kau sudah datang?" Tanya Akemi, Akira hanya mengangguk.

"Bagaimana? Kau sudah mendapatkan informasi yang ku minta?" Tanya Akira
"Sudah, yang terlibat dengan kejadian tadi hanyalah mereka bertiga. Dan, dia telah menjadi abu. Karena aku menyuruh bawahan ku untuk membakar gudang tersebut." Jelas Akemi

Akemi sepertinya ingin mengatakan sesuatu, dan Akira menyadari itu. Ia pun bertanya padanya.

"Apa ada lagi?" Tanya Akira
"Ada" jawab Akemi

"Apa?"
"Atusthi telah bebas, kemungkinan besar karena Toriyama" jawab Akemi

"Ah, bocah itu, mau apa dia?"

"Akira, kau sepertinya harus waspada karena Atusthi telah bebas. Aku tak tau kenapa kau malah memberikannya kepada pihak berwajib? Tapi satu hal yang ku tahu bahwa. Nyawa istrimu sedang dalam bahaya. Atusthi itu terobsesi dengan Istrimu." Jelas Akemi

"Huft, untuk hal itu aku akan pikirkan nanti, tapi sekarang yang terpenting adalah kesehatan obaa-san. Dia tidak mau di operasi. Dia bahkan ingin bertemu Rara. Aku tidak tau apa yang direncanakannya." Ujar Akira

"Turuti saya perintahnya, bawa istrimu itu dan suruh dia membujuk obaa-san. Kemungkinan aku belum bisa menjenguk obaa-san hari ini karena jadwalku padat. Mungkin besok atau lusa." Terang Akemi

"Baiklah, lakukan tugasmu dan pergi dari ruangan ku sekarang. Kau telah menghabiskan bir yang ada" ujar Akira

"Eh? Bukankah kau tidak minum itu?" Tanya Akemi
"Aku memang tidak, namun jika kau disini aku harus memilikinya karena kau tidak tahan untuk minum kan?"
"Hehehe, thanks otouto" jawab Akemi

My Husband is Yakuza Where stories live. Discover now