Chapter VII : King Darwin's Partner

28 8 0
                                    

Ratu Virginia kembali berkutak dengan tumpukan kertas di atas meja kerjanya. Beberapa saat lalu melakukan rapat investigasi, dia langsung ke ruangan kerja pribadi untuk membereskan sisa-sisa berkas yang sudah dia kerjakan kemarin yang sedikit membuatnya pusing tujuh keliling.

Terkhusus di kerajaan Ackerley, semua tugas pemerintahan adalah tanggung jawab dari kepala negara sekaligus kepala pemerintahan itu sendiri. Yaitu seorang raja atau ratu. Tidak ada kabinet pemerintahan (menteri-menteri) bahkan parlemen (dewan perwakilan) yang membantu menangani tugas-tugas tersebut. Mengingat bahwa Ackerley merupakan negara yang menganut sistem monarki absolut bukan monarki konstitusional.

Tak terbayangkan bagaimana susahnya Ratu Virginia menangani semua itu. Tapi dia tidak sendiri. Ada empat gelar bangsawan di bawahnya yang punya tugas dalam memimpin wilayah kekuasaan masing-masing dan kedudukan mereka bisa disebut pula sebagai gubernur yang memerintah di kotanya sendiri. Lalu kakak laki-laki sang ratu yang seorang kesatria dan kesatria yang ditunjuk lainnya punya tugas menjaga keamanan dan mengayomi masyarakat di daerah atau di kota mereka masing-masing pula.

Selepas mengurus tumpukan kertas terakhir, Ratu Virginia meregangkan tubuh lalu duduk dengan posisi ternyaman. Dia menghela napas panjang. Melirik ke sebuah pigura besar yang menampilkan sosok yang besar di antara pigura petinggi-petinggi lainnya yang rata-rata merupakan keluarga kerajaan terdahulu, memenuhi dinding ruangan kerja sang ratu.

Sesosok besar itu tersenyum penuh wibawa, berdiri dengan menapak sebelah kaki di atas sebuah batu ditambah mengenakan sebuah mahkota emas berkilauan, jubah berbulu merah kebanggaan dan tak lupa sebuah pedang tajam yang digenggam dengan gagah dan berani, sehingga membuat lukisan itu terlihat sangat filosofis.

"Aku tidak tahu lagi apa yang harus kuperbuat, Darwin." Ratu Virginia bermonolog tanpa mengalihkan pandangan dari lukisan di dinding sebelah kirinya.

"Kau pernah memberitahuku untuk memecahkan sebuah masalah besar harus diselesaikan secara bersama-sama, dan sampai kapanpun masalah besar itu tak akan bisa terselesaikan dengan mengandalkan diri sendiri. Dan aku sudah melakukan persis seperti yang kau lakukan."

Dia menatap nanar lukisan tersebut. Berharap ada jawaban yang keluar walau dirinya tahu bahwa lukisan tetaplah lukisan.

"Setiap kali kau mengadakan rapat dan membagikan tugas, Darwin. Dari situ aku mulai mengerti bagaimana cara bersikap layaknya seorang pemimpin sebenarnya."

Entah mengapa pula, Ratu Virginia merasa bahwa dia belum bisa memenuhinya apalagi menyamakan dirinya dengan Raja Darwin. Itulah salah satu akibat dari kecenderungan budaya patriarki di Ackerley, sehingga seorang wanita mudah terpedaya kemudian berubah pikiran dan berakhir percaya bahwa hanya seorang pria lah yang dapat melakukannya.

"Aku tak tahu, apakah aku termasuk pemimpin yang baik atau sebaliknya?" Monolog sang ratu agak merendahkan diri sendiri. Sementara lukisan Raja Darwin itu hanya menampilkan senyuman terbaiknya. Dia justru tersenyum kecut lalu beralih menatap tumpukan-tumpukan kertas di atas meja dengan lesu.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ackerley CaseWhere stories live. Discover now