Chapter VIII : Knights Of Finlein

36 9 0
                                    

Pusat Ekonomi dan Perdagangan, Wilayah Finlein, Kerajaan Ackerley. Maret, 1801.

Antusiasme seluruh penduduk Finlein dalam menyambut musim semi yang tinggal menghitung hari, tak pernah surut sejak beberapa tahun terakhir. Malah festival musim semi yang diadakan tahun ini jauh lebih semarak dari tahun-tahun sebelumnya.

Sepertinya Marquise Hellen Quill selaku pemimpin di wilayah itu sekaligus penanggung jawab festival berhasil mendobrak pembaruan dari kebijakan yang dilakukan oleh mendiang suaminya, Marquis Rupert Quill. Dan laporan tersebut diterima oleh sang ratu selaku kurator selama festival itu berlangsung.

"Saya tidak menyangka, Marquise Hellen bisa mengkoordinasi semuanya dengan sangat baik," gumam Ratu Virginia dengan kagum. Sinar mentari pagi turut mencerahkan suasana hatinya.

Di festival kali ini, Ratu Virginia tampak muda dua puluh tahun ketika mengenakan terusan gaun merah muda dengan pernak-pernik bunga di bagian pinggiran gaunnya. Rambut oranye keriting dikuncir kuda, tak lupa bandana warna merah muda yang menghiasi kepalanya.

Dari kejauhan, netra hijau sang ratu melirik orang-orang yang lalu lalang yang bersinggah ke kios satu lalu ke kios yang lain sehingga menciptakan lautan manusia di antara tenda-tenda tersebut.

"Yang Mulia, menurut Anda berapa anggaran yang dihasilkan dari bazar festival musim semi tahun ini?" tanya Louis yang berdiri tepat di samping sang ratu seraya mencelupkan pena bulu ke botol tinta lalu mengapit gulungan perkamen.

Ratu Virginia berpikir sejenak kemudian berkata, "Mungkin sebesar 10.000.000 Dough yang setara dengan 500.000.000 Pound di Inggris, Louis."

Pria beruban itu menganga sekaligus memelotot dengan tidak percaya. Dia menoleh ke sang ratu dari samping yang terlihat santai setelah mengucapkannya kemudian kembali menoleh ke arah kerumunan warga yang semakin ramai setiap detiknya di bazar yang berjarak sekitar sepuluh meter di sana.

"Itu jumlah yang sangat banyak, Yang Mulia!" seru Louis sembari menorehkan pena bulu ke sebidang perkamen. Ratu Virginia tersenyum tipis, mengangguk pelan. Masih menatap kerumunan tersebut.

Ratu Virginia Wallenscoot beranggapan bahwa banyaknya perwakilan pengusaha-pengusaha daerah Reakstone, Nearvist, dan Yorefall yang dikirimkan untuk berinvestasi dengan pengusaha-pengusaha di Finlein tahun ini, justru hal itu akan menguntungkan banyak pihak terlebih lagi Finlein akan menjadi pusat ekonomi dan perdagangan berpengaruh di Ackerley.

Lalu hasilnya akan disetor ke Bendahara Kerajaan kemudian dimasukkan ke kas negara sebagai uang pajak yang nantinya digunakan untuk pembangunan nasional. Mengingat bahwa Ackerley merupakan sebuah negara (kerajaan) kecil.

"Namun, tidak menutup kemungkinan angka itu tidak bisa tercapai, Yang Mulia," celetuk Louis setengah yakin.

"Betul. Karena penyerangan beberapa hari lalu, perekonomian Ackerley sempat terimbas. Dari laporan Marquise Hellen, angkanya turun menjadi 56,7 % dari 69,4% sehari setelah penyerangan. Tiga hari kemudian angkanya naik menjadi 58,3% lalu turun lagi menjadi 52,9% sehingga festival bazar musim semi tetap diselenggarakan untuk memulihkan perekonomian Ackerley walau belum secara menyeluruh," jawab sang ratu dengan nada prihatin.

"Kenapa Anda tidak meminta bantuan ke negara tetangga atau ke kerajaan sekutu, Yang Mulia?" Ratu Virginia lantas menggeleng keras. Keputusan tersebut sangatlah buruk.

"Tidak bisa. Ackerley baru saja mengikat aliansi dua minggu yang lalu. Akan sangat aneh rasanya kalau kita meminta bantuan di saat kabar kematian Raja Darwin menyebar luas sampai ke para petinggi negara yang pernah mengikat aliansi dengannya, hingga surat-surat belasungkawa banyak berdatangan ke istana. Selagi perekonomian negara ini masih bisa dikontrol, sepertinya tidak masalah, Louis."

Ackerley CaseWhere stories live. Discover now