Chapter IX : Brother Plans

36 9 0
                                    

Di ruang tamu istana dengan dekorasi khas abad 19 didominasi warna kuning keemasan, mereka berdua duduk berseberangan dan saling bersisih tatap dengan memasang guratan serius. Di satu sisi Panglima Ryan merasa was-was apabila yang ingin disampaikan sang ratu berkaitan tentang pencabutan pangkatnya sebagai kesatria lantaran tidak becus menjalankan tugas.

Di sisi lain Ratu Virginia merasa penasaran dan berhak tahu banyak hal mengenai Lord Vincent Flexington rencanakan bersama seluruh tim kesatria di Ackerley. Sebelum itu, Ratu Virginia harus menahannya terlebih dahulu agar lawan bicara tidak merasa terinterogasi secara langsung.

"Apakah Anda pernah mendengar kisah tentang Kesatria Templar?" tanya sang ratu, memulai percakapan dengan pembawaan yang anggun.

Selintas, seorang pelayan pria berjas hitam berjalan menyusuri meja di hadapan keduanya seraya membawa nampan berisi dua gelas ramping beserta sebotol sampanye ukuran besar yang kemudian dituangkan ke gelas mereka masing-masing.

"Saya pernah mendengar kisahnya di suatu tempat, tapi tidak terlalu mengetahuinya. Yang Mulia," balas pria muda itu sejujurnya.

Kini kekhawatirannya akan pencabutan pangkat berangsur lenyap begitu disuguhkan segelas sampanye oleh pelayan istana. Panglima Ryan setidaknya bisa menikmati momen ini untuk sementara waktu sebelum dia bisa kembali bertugas.

"Terima kasih, pelayan," ujar sang ratu sambil tersenyum. Sang pelayan hanya mengangguk sebagai jawaban. Membungkuk takzim, lekas meninggalkan ruangan.

Ratu Virginia mengangkat gelas sampanye miliknya ke hadapan pria muda berjambang yang duduk tepat di kursi panjang seberang kanan kursi sang ratu.

"Bersulang?"

Begitu pula dengan Ryan yang turut mengangkat gelas miliknya.

"Bersulang."

Gelas mereka lantas beradu cukup keras kemudian akhirnya masing-masing dari mereka menenggak minuman tersebut dengan nikmat. Bau-bau hasil fermentasi sari anggur merebak ke sekeliling mereka. Menusuk Indra penciuman.

"Wah ... ini minuman terlezat dari yang pernah saya minum, Yang Mulia," Ryan berseru tidak percaya usai meneggak habis isi gelasnya, hingga dia menganga penuh takjub. Selama menjadi kesatria, jika menghabiskan waktu bersantai, Ryan mengajak timnya untuk minum-minum di sebuah bar sudut kota Finlein yang hanya menyajikan bir dan anggur merah, karena mengingat minuman sejenis sampanye di Ackerley sangatlah mahal.

"Ini namanya sampanye, Panglima Ryan. Pasokan sampanye di istana ini diimpor langsung dari negara asalnya, Prancis. Kisah dimana Kesatria Templar tersebut bermula," ungkap sang ratu sembari menelisik setengah gelas cairan kuning kemilauan di genggaman, kemudian menatap lawan bicara di hadapan.

Meletakkan gelas ke atas meja lalu melanjutkan.

"Kesatria Prancis, Hugues de Payens, membentuk pasukan militer elite yang berjumlah delapan prajurit bernama Kesatria Kristus Papa di bawah naungan kuil Salomo. Lalu berganti nama menjadi Kesatria Templar pada era abad pertengahan. Tujuan pasukan militer elite itu dibentuk untuk melindungi kaum nasrani yang berziarah ke Yerusalem dari berbagai bentuk serangan musuh setelah terjadinya perang salib pertama."

Ratu Virginia memberi jeda sejenak, begitu melirik pria muda di seberang kanannya tengah menuangkan kembali botol sampanye ke dalam gelas. Tampak ingin sekali mencicipinya lagi hingga sang ratu menghela napas sedalam-dalamnya untuk tidak mencari keributan.

"Pasukan Permata Perang pun dibentuk karena terinspirasi dari kisah tersebut," tandasnya.

Pasukan Permata Perang adalah pasukan inti militer kesatria bentukan raja ke-I Ackerley yang memerintah dari tahun 1600-1630. Pada masa itu, situasi kerajaan tengah bersih tegang dengan kerajaan Inggris lantaran wilayah utara Ackerley dulunya masih jadi bagian dari wilayah Inggris. Untuk itulah Pasukan Permata Perang bertugas untuk mengamankan dan memblokade perbatasan kedua negara agar tidak terjadi perpecahan di antara keduanya.

Ackerley CaseWhere stories live. Discover now