5. Balas Budi

386 32 1
                                    

Reva pun mencuci tangannya yang berlumuran darah. Pada akhirnya ia pun benar-benar memberikan bantuan pada orang yang tertusuk tadi. Sebab Dario memang tidak mengizinkan siapa pun untuk menghubungi ambulans. Jadi, Reva pun menggunakan semua kemampuan yang ia miliki, dan memberikan pertolongan yang seharusnya. Beruntungnya, Reva karena dirinya memang sudah memasuki masa di mana dirinya mulai magang di rumah sakit. Jadi, dirinya memiliki sedikit pengalaman untuk menangani pasien seperti itu.

Saat Reva duduk di ruangan istirahat, ia menghela napas panjang. Lalu berkata, "Aku tidak menyangka, ternyata aku melakukan praktik di tempat yang tidak terduga ini."

Meskipun sudah berhasil menyelamatkan orang itu, kini Reva malah merasa semakin gelisah.

Dario menyeringai. Sebenarnya dirinya sebelumnya tidak mengerti kenapa dirinya memberikan bantuan secara percuma pada Reva. Padahal ia sendiri adalah seorang pebisnis yang selalu menghitung untung rugi. Namun, kini Dario mengerti dengan tindakannya tersebut. Sepertinya itu memanglah insting Dario untuk menempatkan orang yang berharga di sekitarnya. Lalu Dario pun berkata, "Sepertinya aku sudah menemukan seseorang yang sangat berguna."

Ucapan Dario tersebut membuat Reva yang mendengarnya mengernyitkan keningnya dan berkata, "Entah apa yang tengah Anda pikirkan, tetapi aku tidak akan melakukan pekerjaan lain selain menjadi pelayan."

Dario mengangkat salah satu alisnya yang tebal. Lalu menghela napas. "Sebenarnya aku akan menyayangkan jika kau yang memiliki kemampuan sebaik itu tidak mempergunakannya dengan tepat," ucap Dario.

Reva menghela napas dan berdiri di hadapan Dario. "Kurasa, jika harus mempergunakannya pun, ada tempat yang lebih tepat daripada tempat ini, Tuan Besar. Sejak awal, aku juga tidak berniat untuk mempergunakan kemampuanku ini. Aku bekerja sebagai seorang pelayan, dan itu tidak akan lebih," ucap Reva.

Dario pada akhirnya mengangguk. "Baiklah. Aku tidak akan memaksamu. Kuterima keputusanmu itu. Namun, kau juga harus menerima bonus ini. Sebab kau sudah melakukan pekerjaan dengan baik, di luar tugas utamamu," ucap Dario.

Untuk sesaat, Reva termenung. Namun pada akhirnya ia pun menerima uang tersebut setelah mempertimbangkan banyak hal. Intinya kini dirinya memerlukan uang secepat mungkin untuk pergi meninggalkan kota ini. Sebelumnya prediksi kepergian Reva adalah satu minggu lagi, sebab itu adalah waktu dirinya mendapatkan upah dari kerjanya. Namun, ketika Dario memberikan bonus seperti ini, bisa saja dirinya pergi lebih cepat.

Setelah menerima amplop tersebut, Reva pun bergegas melihat isinya dan terkejut bukan main. Bonus tersebut lebih besar daripada gajinya selama satu minggu bekerja. Karena itulah, Reva pun bertanya, "Apa ini tidak berlebihan?"

"Tidak. Aku sesuai dengan kerja kerasmu," ucap Dario.

Lalu secara spontan Reva pun berkata, "Kalau begitu, aku akan berhenti bekerja. Uang ini sudah lebih dari cukup bagiku untuk pergi sesuai dengan rencanaku."

Perkataan Reva tersebut membuat Dario terkejut. Namun, Dario pada akhirnya memilih untuk mengangguk. Lalu berkata, "Kau bisa melakukan apa pun sesuai dengan apa yang kau inginkan."

***

"Kau bisa menyediakannya?" tanya Reva pada Axel.

Saat ini Reva dan Axel tengah membicarakan masalah mengenai transportasi yang aman menuju kota lain. Dario yang tahu bahwa Reva memang membutuhkan bantuan untuk pergi dengan aman tanpa diketahui identitasnya, maka menyarankan Reva untuk meminta bantuan Axel. Karena Axel memiliki banyak kenalan yang bisa dipercaya. Dario bahkan menjamin bahwa Axel akan membuat Reva sampai dengan selamat ke kota tujuannya.

"Bisa. Tapi biayanya akan sedikit lebih mahal. Mengingat kau ingin perjalanan privat dan tidak ingin mengantri," ucap Axel.

Reva yang mendengarnya pun mengangguk. "Aku tidak masalah dengan hal itu. Aku akan memberikan uang muka untukmu. Tapi aku ingin pergi besok malam. Tidak lebih dan tidak kurang," ucap Reva.

"Itu mudah. Aku akan mempersiapkannya," ucap Axel sembari menerima uang muka yang sudah diberikan oleh Reva.

Namun Axel menatap Reva dengan tatapan yang terasa mengganggu bagi Reva. Membuat Reva tidak tahan hingga bertanya, "Apa kau yakin akan tetap pergi? Bukankah lebih baik tinggal di sini? Tuan Besar bukanlah orang yang tidak bisa menghargai orang yang berbakat sepertimu. Jika sampai kau tetap tinggal dan menjadi bagian dari keluarga kami secara resmi, kau tidak akan mengalami kesulitan atau harus merasa cemas mengenai apa pun. Sebab Tuan Besar pasti akan melindungi orang-orangnya."

Reva tahu, jika Dario memang memiliki loyalitas. Ia tegas tetapi juga menyayangi orang-orangnya. Karena itulah, ia yakin jika perkataan Axel bukan omong kosong. Hanya saja Reva memang tidak merasa jika tetap tinggal di sana adalah keputusan yang tepat. Ia berpikir jika lebih baik segera pergi menuju tempat yang paling jauh agar menghindari cengkraman ayah dan ibunya lagi.

"Aku rasa, ini bukan waktu yang tepat untuk menjadi keluarga. Aku memiliki tujuan lain," ucap Reva membuat Axel menghela napas.

"Baiklah. Terserah kau saja. Aku akan menyiapkan semuanya, dan kau bisa mempergunakan waktu yang tersisa untuk mempersiapkan diri. Membeli pakaian atau semacamnya, kau bisa meminta bantuan pada teman-teman yang lain," ucap Axel. Reva mengangguk lalu menggumamkan terima kasih.

Saat keduanya kembali memasuki gedung rumah hiburan meninggalkan area belakang yang menjadi tempat mereka berbincang, tiba-tiba terdengar suara letusan senjata api yang membuat Axel seketika pucat pasi. Sementara Reva sendiri terkejut karena baru pertama kali mendengar suara senjata api tersebut. Axel seketika berlari seakan-akan ingin bergegas untuk memeriksa sesuatu.

Sebenarnya Reva tidak tahu apa yang tengah terjadi, tetapi dirinya secara refleks ikut berlari mengikuti Axel. Lalu saat mereka tiba di lantai VIP, mereka pun melihat kekacauan yang mengerikan. Ada bergitu banyak orang yang terluka karena pertarungan langsung, ceceran darah, hingga kerusakan properti di sana sini. Reva pun menahan napas, saat sadar jika ada banyak pasien yang harus segera mendapatkan pertolongan.

Namun, ternyata Axel sudah lebih dulu berteriak, "Reva tolong ke sini! Tuan Besar perlu bantuanmu."

Tentu saja Reva tergerak untuk mendekat ke sumber suara. Lalu ia pun terkejut melihat mayat dengan darah yang merembes dari kepalanya, sementara di sisi lain, dirinya melihat Dario yang mengalami luka tembak pada perutnya. Luka itu membuat darah mengucur dengan derasnya dan membuat wajah Reva pucat pasi dari waktu ke waktu. Reva segera membantu untuk menahan pendarahan tersebut dengan tangan bergetar.

Reva saat ini panik bukan main, karena ia belum pernah membantu menangani luka tembak selama masa magangnya. Reva pun menatap Axel dengan panik lalu berkata, "Aku tidak bisa menanganinya. Kita harus bergegas membawanya ke rumah sakit."

Namun, Dario menggenggam tangan Reva sebelum berkata, "Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu mencemaskanku. Tidak perlu terlibat dalam hal ini. Kau tidak bisa melakukannya, karena itu bisa membuatku pada akhirnya kembali menahanmu agar tetap berada di sini."

Reva yang mendengar hal itu pun menggigit bibirnya. Tentu saja dirinya tidak bisa mengabaikan Dario begitu saja. Terlebih ketika melihat wajahnya yang tampan sudah memucat seperti ini. Lalu Axel yang sebelumnya tengah sibuk menghubungi seseorang, kini sudah selesai dan segera berkata, "Tuan, tolong bertahan sebentar lagi. Sony sekarang tengah berada di perjalanan."

Lalu Axel pun menatap Reva dan berkata, "Akan ada dokter yang memimpin penanganan luka Tuan Besar. Tapi, orang ini memerlukan bantuan. Apa kau mau membantu? Jika iya, maka aku tidak akan mencari orang lain."

"Tidak, kau tidak boleh terlibat dalam hal ini. Kembalilah ke kamarmu," ucap Dario saat dirinya masih merasakan tangan Reva yang bergetar ketika menekan pendarahannya.

Namun, Reva menggeleng menolak perkataan Dario. Sebenarnya Reva tidak bisa membayangkan melakukan operasi besar di luar ruang operasi yang sesuai dengan standar. Terlebih ini adalah luka tembak yang belum pernah ia lihat atau tangani. Hanya saja, Reva juga tidak bisa membiarkan Dario yang sudah memberikan bantuan padanya berada dalam kondisi seperti itu. Setidaknya, ia harus membalas budi atas semua bantuan yang diberikan oleh Darion.

"Aku tidak senang berhutang budi. Karena itulah, aku harus membayar hutangku padamu," ucap Reva pada Dario.

Lalu Reva mengalihkan pandangannya untuk menatap Axel dan berkata, "Aku akan membantu. Sekarang mari pindahkan Tuan Besar ke tempat yang lebih bersih untuk penanganan selanjutnya."

Seratus Hari Bersama Pria SeksiWhere stories live. Discover now