20. Pelajaran Dari Reva

145 17 0
                                    

Gina tampak berada dalam suasana hati yang baik. Mengingat saat ini Gina sangat percaya bahwa Reva sudah mengetahui posisinya. Dengan Dario yang tidak menegur dirinya, sudah dipastikan jika Reva sama sekali tidak mengadu pada Dario. Gina terlihat tersenyum manis, dan beranjak memasuki ruang makan dengan pelayan yang lainnya. Gina tidak membantu menyajikan makanan, tetapi dirinya melakukan peran yang sama dengan kepala pelayan untuk mengarahkan para pelayan lain.

Lalu tak lama, Dario dan Reva pun memasuki ruang makan. Gina tentu saja berpikir bahwa Dario dan Reva tidak terlalu mesra. Atau bahkan mereka tengah bertengkar, dengan Dario yang hanya muncul di ruang makan. Namun, Gina malah dibuat kecewa karena Dario yang saat ini tengah menciumi tangan Reva yang tengah ia genggam. Lalu saat keduanya sama-sama duduk di kursi mereka, suasana romantis masih belum menguap dari keduanya.

Makan malam pun dimulai, dan Gina mengambil tugas untuk menuangkan air minum untuk Dario dan Reva. Namun, saat itulah Reva mengambil kesempatan dengan mengusap paha Dario. Dengan posisi berdiri Gina saat itu benar-benar bisa melihat hal tersebut. Tentu saja Gina merasa sangat marah. Terlebih ketika Reva mulai membelai bukti gairah Dario yang memang sedikit mengeras di balik celana yang ia kenakan.

Lalu Dario pun menatap Reva dengan tatapan sayu, karena gairahnya yang tiba-tiba naik saat Reva merayunya seperti itu. "Sayang," panggil Dario dengan nada frustasi.

Mendengar hal tersebut, Reva tersenyum dan bertanya, "Ya? Kenapa?"

Dario merengut, merasa kesal karena jelas jika saat ini Reva tengah menggoda dirinya. Namun, Dario tidak mengatakan apa pun. Hanya cemburut dan melanjutkan makan malam mereka. Reva yang melihat hal itu malah terkekeh dan mengecup pipi Dario. Lalu Reva dengan sengaja berbisik pada Dario, "Tahan sebentar, nanti kita akan melanjutkannya setelah makan malam kita."

Meskipun itu adalah bisikan yang ditujukan pada Dario, tetapi perkataan Reva tersebut terdengar dengan sangat jelas oleh Gina. Tentu saja hal tersebut membuat Gina merasa sangat marah. Reva sendiri menyadari hal tersebut. Mengingat jika dirinya memang sengaja menggoda Dario secara terang-terangan di hadapan orang-orang terutama di hadapan Gina. Jelas, Reva merasa senang dengan reaksi tersebut. Sebab jelas itu adalah reaksi yang sangat menyenangkan.

Reva pun mengecup pipi Dario, dan hal itu kembali membuat suasana hati Gina semakin memburuk. Reva tersenyum dan menikmati malam malamnya. Saat ini, Reva tengah memberikan pelajaran pada Gina terkait masalah di mana Gina sudah berani memprovokasi dirinya. Reva tidak berpikir jika mengadukan tindakan Gina pada Dario, sebab hal itu tidak akan membuat dirinya merasa sangat puas. Reva perlu untuk memberikan pelajaran yang tepat pada Gina.

Pelajaran yang bisa membuat Gina sadar dari halusinasinya. Bahwa Dario bukan miliknya. Gina tidak bisa bermimpi terlau besar dengan merasa jika Dario akan menjadikan dirinya sebagai seorang istri. Terlebih berusaha untuk melukainya seperti tempo hari. Reva pun tersenyum dan menatap Dario lalu menyuapinya dengan makanan yang menjadi menu makan malam mereka.

Dalam hati, Gina yang tampak sangat marah, ia pun mengumpat. Lalu berkata dalam hati, "Dasar Jalang licik! Berani sekali ia memprovokasi diriku seperti ini? Apa ia pikir, aku akan kalah?"

Namun, setelah itu Gina benar-benar dibuat menangis darah oleh Reva. Sebab setelah menikmati makan malam, Reva dan Dario menikmati wine yang sangat lezat di balkon kamar utama. Tentu saja, keduanya kembali menikmati waktu romantis bersama. Di mana Reva duduk di atas pangkuan Dario. Keduanya membicarakan banyak hal dan terus bermesraan.

Seharusnya, saat tahu bahwa Reva dan Dario akan menghabiskan waktu di area balkon yang memang cukup terbuka, tidak ada yang akan berkeliaran di area yang bisa melihat ke arah balkon, atau sebaliknya. Namun, hal itu sama sekali tidak bisa dilakukan oleh Gina. Mengingat Gina memang sangat tidak senang dengan kebersamaan yang dilakukan oleh Reva dan Dario. Ia diam-diam bersembunyi di balik tanaman yang memang dibentuk seperti pagar tanamanan.

Reva lagi-lagi menyadari hal itu. Atau tepatnya ia bisa menebak bahwa Gina akan melakukan hal tersebut. Karena itulah, Reva tanpa basa-basi, segera memulai adegan panasnya dengan Dario. Benar, Reva dengan sengaja mengajak Dario bercinta di sana. Agar Gina bisa melihatnya, dan menyadari perbedaan status mereka. Di saat Gina hanya bisa membayangkan bisa bersama dengan Dario, maka Reva sudah menempati posisi tersebut. Reva sudah mengisi hari-hari Dario, berbeda dengan Gina.

Reva dengan sengaja membuat percintaan yang sangat panas, dengan Dario yang juga tidak bisa menahan diri dari godaan yang sudah ia berikan. Membuat erangan Reva dan geraman Dario terdengar beradu. Membuat siapa pun yang mendengar hal itu memiliki pemikiran yang sama, bahwa pasangan yang tengah bercinta tersebut tengah menghabiskan malam yang sangat panas. Tentu saja Gina juga menyadari hal itu.

Gina yang masih berada di tempatnya mengintip tampak menangis. Ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat, bahkan hingga semua kukunya menancap dalam pada telapak tangannya. "Dasar wanita licik, kau benar-benar akan mendapatkan karma karena sudah merebut kekasih orang lain," ucap Gina.

***

Dua hari kemudian, Dario pun memberikan perintah khusus pada Gina. Perintah tersebut adalah pergi ke rumah hiburan milik Dario, dan membereskan beberapa pakaian serta barang-barang pribadi yang dibelikan Dario untuk Reva. Saat ini renovasi memang sudah selesai, dan Dario ingin semuanya sudah beres termasuk barang-barang pribadi Reva sudah rapi, hingga ketika Reva tiba di sana, hal itu akan menjadi kejutan baginya. Namun, Dario tidak sadar bahwa perintahnya tersebut membuat suasana hati Gina menjadi semakin memburuk.

Tentu saja Gina tidak mungkin baik-baik saja, setelah melihat apa yang Reva lakukan dengan pria yang ia cintai. Namun, di sisi lain Gina juga tidak bisa serta merta menunjukkan kekekasalannya tersebut. Ia masih ingin menjaga reputasinya di mata Dario sebagai seorang gadis manis yang penurut dan baik. "Tidak perlu cemas, Kak. Aku pasti akan merapikannya dengan cantik," ucap Gina sembari tersenyum cantik.

Dario yang mendengarnya pun mengangguk. "Terima kasih, sebelumnya. Axel aka nada di sana, dan ia juga akan membantumu. Hanya saja, pastikan bahwa Axel tidak melihat barang-barang pribadi kekasihku seperti pakaian dalamnya," ucap Dario memberikan perintah tambahan yang membuat hati Gina terasa agak sakit.

Masih dengan senyumannya, Gina pun berkata, "Kakak sepertinya sangat menyukainya. Bahkan Kakak memperhatikan hal sekecil itu. Sungguh, membuatku iri. Aku juga ingin mendapatkan perlakuan seperti itu."

Dario mendengkus. Ia pun menepuk puncak kepala Gina dan berkata, "Kau juga pastinya akan mendapatkan seseorang yang memperlakukanmu sebaik ini."

Lalu Dario pun menghela napas dan menatap taman kediamannya yang memang dirawat dengan sangat baik. "Saat seorang pria serius dengan wanitanya, ia pasti akan melakukan hal yang sama dengan apa yang kulakukan ini, Gina," ucap Dario membuat Gina tersentak karena rasa tekejut sekaligus rasa sakit yang menghantam jantungnya.

"Serius? Apa maksudnya, Kakak akan menjalin hubungan yang serius dengannya?" tanya Gina.

Dario mengangguk. Ia pun tersenyum dan menatap Gina, sebelum menjawab, "Benar. Lalu mulailah membiasakan diri dengan memanggilnya sebagai kakak ipar."

Kali itu, Gina tidak lagi bisa mempertahankan senyuman palsunya. Senyumannya benar-benar luntur, dan Gina pun bertanya dengan tatapan kosong, "Kakak Ipar?"

Seratus Hari Bersama Pria SeksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang