24. Godaan Reva

265 16 0
                                    

Reva mendengkus. Tampak berusaha untuk menunjukkan bahwa dirinya saat ini tidak percaya atau terpengaruh dengan perkataan Gina yang sudah ia katakan. Walaupun pada kenyataannya, saat ini hati Reva mulai terasa goyah. Ia kembali disadarkan, bahwa hal yang membuatnya berakhir berada di tempat tersebut adalah kepercayaan buta yang ia tujukan pada Esther. Karena kepercayaan itu, Reva terjebak dalam rencana jahat Esther.

Bisa dikatakan bahwa Reva masih terpengaruh dengan trauma yang ia dapatkan karena apa yang sudah dilakukan Esther padanya. Hanya saja, semua perlakuan penuh kasih dan ketulusan yang diberikan oleh Dario padanya, membuatnya dengan mudah melupakan semua trauma tersebut. Sayangnya, kini Gina dengan mudahnya membangkit trauma yang ia alami. Hingga Reva mau tidak mau, sedikit kehilangan kepercayaannya pada Dario.

"Tutup mulutmu. Sudah kubilang, jangan ikut campur pada masalah yang bukan urusanmu. Urus saja urusanmu sendiri. Contohnya saja, mulai dari kerjakan tugas yang sudah Dario berikan padamu. Jika kau masih saja memprovokasiku, maka aku tidak akan segan untuk segera mengadukan pada Dario semua tingkah kurang ajar yang telah kau lakukan," ucap Reva sama sekali tidak main-main.

Gina sebenarnya ingin memberikan provokasi lebih lanjut. Hanya saja, Gina sadar bahwa saat ini dirinya tidak bisa melangkah lebih lanjut, karena ia bisa merasakan kesungguhan dari ancaman yang sudah diberikan oleh Reva tersebut. Gina pun menarik diri untuk menjauh dari Reva. Ia menyeringai tipis ketika betatapan dengan Reva yang menatapnya dengan tajam.

"Baiklah. Aku akan berhenti. Tapi, aku ingin kau mempertimbangkan apa yang sudah kukatakan padamu. Sebab semua yang kukatakan sama sekali bukan omong kosong. Ini adalah kebaikan terakhir yang bisa kulakukan. Jadi, jangan membuangnya begitu saja, dan pikirkan apa yang sudah kukatakan baik-baik," ucap Gina sembari menyeringai.

Setelah itu, Gina pun beranjak mengambil kantung belanjaan dan mengerjakan tugasnya sendiri. Sementara Reva memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Tidak ingin sampai Gina melihat kegelisahan yang saat ini Reva rasakan. Jujur saja, Reva saat ini terpengaruh dengan apa yang sudah Gina katakan padanya. Ia benar-benar gelisah dan merasa takut hingga dirinya tidak bisa menahan diri untuk menggigiti kuku ibu jarinya.

"Aku harus memastikan semuanya sebelum memutuskan langkah apa yang akan kuambil nantinya," ucap Reva pada akhirnya memutuskan.

***

Dario memeluk Reva dengan sangat erat. Tampak sangat senang karena akhirnya ia bisa kembali menemui kekasihnya tercinta setelah seharian bekerja. Reva sendiri balas memeluk Dario dan menghirup aroma tubuh pria yang tanpa sadar kini sudah menempati posisi yang penting dalam hidup Reva. "Tunggu, aku mencium aroma masakan dari dapur. Apa mungkin kau memasak?" tanya Dario.

Reva mengangguk. Ia merenggangkan pelukannya dan menarik Dario untuk menuju ruang makan dan berkata, "Sebenarnya aku tidak percaya diri dengan hasilnya, tetapi sebisa mungkin aku mengikuti resep yang kulihat. Semoga ini masih bisa dimakan."

Dario melihat dua piring pasta aglio lio yang berada di meja makan. Tentu saja Dario bersiul dan berkata, "Tampaknya lezat. Kebetulan, perutku sangat keroncongan. Rasanya tepat sekali aku makan sebelum mandi."

Reva mengangguk menyetujuinya. Sebenarnya Reva sendiri belum mandi. Setelah bersusah payah memasak, Reva menunggu Dario datang ke lantai empat dan bisa makan bersama. Walaupun Reva sendiri tidak yakin dengan hasil masakannya. Reva dan Dario pun mulai menikmati makan malam yang memang sudah dipersiapkan oleh Reva. Saat itulah Reva mengernyitkan keningnya.

"Ugh, tidak enak," ucap Reva mengomentari masakannya sendiri.

Dario yang mendengarnya pun menggeleng. "Masakanmu tidak seburuk itu, Iris. Ini lezat, hanya saja terlalu asin. Dengan sedikit belajar dan berlatih memasak, kurasa kemampuanmu akan meningkat dalam waktu singkat," ucap Dario lalu kembali memakan masakan Reva yang memang sudah jelas terasa sangat asin.

"Jangan dimakan, nanti perutmu akan sakit," ucap Reva saat Dario masih saja memakan spageti buatan Reva.

Namun, Dario tidak mau menuruti perkataan Reva. Dario berkata, "Perutku tidak mungkin sakit hanya karena makan makanan yang terasa terlalu asin. Selain itu, ini adalah makanan yang sangat berharga, karena ini adalah masakan yang dibuat pertama kali oleh kekasihku."

Reva yang mendengar hal itu tentu saja tidak bisa menahan diri untuk tersenyum. Dario selalu saja memiliki cara untuk membuat Reva merasa berharga. Dario selalu memperlakukannya dengan cara yang begitu baik. Hingga membuat Reva merasa menjadi orang yang paling berharga dan spesial di dunia ini. "Kau selalu saja membuatku merasa bahagia, Dario," ucap Reva mengatakan hal yang sejujurnya.

Dario yang mendengar hal itu tentu saja tersenyum dan berkata, "Mendengarnya membuatku merasakan sebuah kebanggaan, Reva. Sebab menjadi sebuah kebanggan bagiku bisa membuatmu merasa bahagia seperti ini."

Dario mengecup tangan Reva yang ia genggam lembut. Lalu tiba saatnya Reva bertanya, "Rasanya kau selalu saja bisa mengerti diriku dan mengenalku dengan baik. Aku merasa sangat bersalah karena tidak mengenalmu sebaik dirimu mengenalku. Kurasa, aku perlu dekat dengan Fiona dan Gina. Bukankah keduanya sangat mengenal dirimu? Tapi sepertinya akan lebih efisien jika menanyakannya pada Gina, mengingat jika ia yang lebih sering kutemui."

"Bisa dibilang, keduanya memang sangat mengenalku. Karena kami tumbuh besar bersama-sama. Gina memang lebih banyak menghabiskan waktunya denganku, mengingat jika Fiona semenjak remaja mulai menempuh pendidikan di luar negeri dan merintis karirinya di sana," ucap Dario membenarkan apa yang sudah disimpulkan oleh Reva.

Hal tersebut membuat Reva seketika bimbang. Sebenarnya Reva masih bertekad untuk mengungkapkan identitasnya pada Dario. Sebagai salah satu cara untuk mengungkapkan bahwa dirinya percaya para Dario, sekaligus sebagai langkah bahwa dirinya benar-benar ingin menjalin hubungan yang serius degan Dario. Hanya saja dengan apa yang dikatakan Dario tersebut, Reva cemas jika apa yang sebelumnya Gina ungkapkan memang benar.

Reva takut pada akhirnya Dario juga akan melakukan hal yang sama seperti Esther padanya. Di mana Dario akan memanfaatkannya saat tahu latar belakangnya, dan membuang dirinya setelah selesai memanfaatkannya. Membayangkannya saja sudah terasa menakutkan bagi Reva. Hingga Reva pun tiba pada keputusan terakhir. Di mana dirinya menunda untuk mengungkapkan identitasnya dari Dario. Reva rasa, ia tidak perlu terlalu terburu-buru untuk mengungkapkan hal tersebut.

Reva balas menggenggam tangan Dario dan bertanya, "Bagaimana jika kita mandi bersama?"

Dario yang masih mencoba untuk menghabiskan masakan Reva pun tersedak. Tentu saja Reva bergegas untuk membantu Dario minum dan berkata, "Pelan-pelan. Ini pasti karena kau memaksakan diri, padahal sudah jelas masakanku tidak layak untuk dimakan."

Dario menggeleng. "Aku tersedak bukan karena masakanmu, Iris. Aku terlalu terkejut dengan ajakan tiba-tibamu itu, Iris," ucap Dario dengan ekspresi yang benar-benar menunjukkan bahwa dirinya sangat terkejut.

Reva malah tersenyum. Ia beranjak dari kursinya dan tiba-tiba duduk di atas pangkuan Dario tanpa ragu sedikit pun. Tentu saja Dario sendiri tidak merasa keberatan dengan hal tersebut. Ia mempersilakan Reva untuk duduk di sana. Namun, beberapa saat kemudian Dario menyeral dengan keputusannya tersebut. Sebab Reva yang duduk di pangkuan Dario saat ini, dengan nakalnya menggoda Dario dengan menggoyangkan pantatnya membangungkan gairah Dario. Tentu saja bukti gairah Dario mulai menegang sebagai respons dari godaan tersebut.

Tidak berhenti di sana. Reva yang kini memeluk Dario diam-diam berbisik, "Bukankah kau juga menginginkannya? Ayo mandi bersama sekaligus bersenang-senang Dario."

Seratus Hari Bersama Pria SeksiWhere stories live. Discover now