9. Keyakinan

647 30 2
                                    

"Sudah kubilang, ini pasti akan terbuka lagi. Seharusnya kita tidak terburu-buru dan sedikit lebih sabar," ucap Reva menggerutu saat dirinya melihat luka Dario yang kembali terbuka. Padahal luka dan jahitannya pun belum mengering atau dilepas, tetapi kini lukanya sudah kembali terbuka.

Dario yang mendengar gerutuan tersebut meraih tangan Reva dan mencium jemari Reva yang lembut. "Bagaimana mungkin bisa diundur? Sepertinya kita sama-sama tidak akan tahan jika harus mengundur kegiatan itu," ucap Dario lalu menggigit ujung jari Reva hingga membuat Reva berjengit terkejut.

Reva bahkan melotot. Namun, Dario hanya menyeringai penuh goda pada Reva. Dario juga hampir menarik Reva kembali jatuh ke dalam pelukannya. Namun, Reva bisa mengantisipasinya. Ia segera menarik tangannya tepat pada saat Sony masuk ke dalam kamar. Meskipun Reva bisa kembali menjahit luka Dario, tetapi lebih baik Reva menyerahkan hal tersebut pada Sony yang lebih berpengalaman. Terlebih Sony yang memang memimpin operasi Dario tempo hari.

Sony duduk di kursi yang ia tarik hingga ke dekat ranjang. Ia mulai bersiap untuk melakukan penanganan pada Dario. Berikut dengan Reva yang secara alami mengenakan sarung tangan bedah dan membantu Sony untuk mempersiapkan alat-alatnya. Sony sendiri tampak mengamati ruangan yang masih sama seperti sebelumnya. Hanya seprai yang jelas harus diganti karena sudah benar-benar kacau dan dipenuhi oleh jejak percintaan Reva dan Dario.

Sony menghela napas ketika mulai menangani Dario. "Kau tau, aku hampir mati karena lukamu ini. Fiona mengamuk padaku," ucap Sony saat dirinya memegang jarum dan benang untuk menjahit ulang luka Dario yang terbuka. Sebelumnya ia tentu saja sudah membersihkannya kembali dan memastikan tidak ada infeksi apa pun.

Dario yang mendengar hal itu pun mengernyitkan keningnya. "Aku yang tertembak, kenapa kalian semua yang heboh? Aku tidak akan mati hanya karena satu peluru," ucap Dario.

Merasa kesal, Sony pun mulai menjahit bahkan tanpa menggunakan anastesi terlebih dahulu. Tentu saja Reva yang melihatnya terkejut bukan main. "Dokter, Anda belum menganastesi!" seru Reva.

Sony mendengkus. "Dia tidak akan mati hanya karena tidak dianastesi saat mendapatkan jahitan seperti ini," ucap Sony.

Sebenarnya Sony sendiri tahu bahwa Dario tidak akan tersiksa rasa sakit saat tidak mendapatkan anasteri untuk jahitannya. Ini bukan kali pertama Dario mendapatkan jahitan. Namun, Dario tiba-tiba mulai meringis dan mengadu pada Reva dengan berkata, "Reva, pukul saja kepala Bajingan ini dengan kaki kursi. Dia memang gila. Bagaimana dirinya bisa menyiksaku dengan cara yang kejam ini? Aku benar-benar kesakitan."

Sony yang melihat hal itu pun mendengkus. "Hal tidak masuk akal apa yang kulihat ini?" tanya Sony jelas mencibir.

Namun, Sony pun melanjutkan tugasnya. Setelah menutup lukanya, Sony pun melepaskan sarung tangannya dan Reva pun bergerak dengan teratur untuk merapikan semua alat dan sisi kotoran yang ada. Sementara Sony melipat kedua tangannya di depan dada dan melihat Dario yang tampak tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Reva. Sony kembali mendengkus kasar.

Dario adalah orang yang rumit. Apa yang ia pikirkan lebih sering tidak bisa dibaca, dan tidak ada yang bisa menduga langkah apa yang ia ambil. Mungkin, itulah yang membuat Dario berada di titik sesukses ini. Titik yang membuat Dario pada akhirnya berada di posisi yang lebih tinggi daripada yang lainnya. Hanya saja, terkadang di suatu waktu, Sony merasa bahwa Dario seperti anak kecil. Di mana apa yang ia pikirkan bisa terbaca dengan mudah.

"Aku tau kalian sangat bersemangat. Terlebih, kau Dario. Hanya saja, untuk beberapa saat, atau tepatnya hingga lukamu kering, kalian harus menahan diri. Hindari kegiatan panas di atas ranjang, karena aku tidak mau lagi menjahit luka sialan itu lagi," ucap Sony membuat Reva hampir saja menjatuhkan peralatan medis yang akan ia bersihkan. Jelas Reva merasa sangat malu dan bertanya-tanya, mengapa Sony bisa mengetahui hal tersebut dengan tepat?

Sementara Dario yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. Tampak tidak suka. "Jangan ikut campur dalam urusan itu. Lalu, aku tidak senang dilarang, Sony. Aku malah semakin bersemangat dan berpikir untuk tidak membiarkan Reva melangkah satu langkah pun dari kamar ini," ucap Dario sukses membuat Reva ingin mengubur dirinya sendiri saat itu juga karena rasa malu yang luar biasa.

***

"Ini salahmu! Dia pasti mendengar apa yang sudah kau rencanakan hingga pada akhirnya melarikan diri seperti ini!" seru Helga sembari menangis. Tampak begitu cemas karena putrinya yang berharga sudah menghilang dan tidak bisa ditemukan.

Jayson yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. Tampak kesal karena Helga menyalahkan dirinya. Namun, ia sadar bahwa tidak ada gunanya berdebat dengan istrinya di situasi saat ini. Helga yang melihat suaminya tidak bereaksi apa pun bertanya, "Apa kau tidak mencemaskan Reva? Dia menghilang, dan kini entah berada di mana, dan apa yang terjadi padanya. Apa kau hanya akan berdiam seperti ini? Apa kau tidak akan berusaha lebih keras untuk menemukan putri kita yang malang?"

Jayson pun bertanya, "Apa kau tidak melihat apa yang sudah kuusahakan beberapa hari ini?"

Jelas beberapa hari ini, Jayson berusaha untuk melakukan pencarian putrinya. Begitu dirinya menyadari putrinya tidak berada di kamarnya, Jayson segera melakukan pencarian bahkan dirinya mengeluarkan begitu banyak uang untuk mendapatkan rekaman cctv untuk menemukan jejak Reva. Sayangnya, semua itu belum berhasil membuat mereka menemukan keberadaan Reva. Putri mereka yang selama ini selalu berada di bawah perlindungan, kini menghilang dengan begitu bersih. Hingga membuat Jayson merasa curiga.

"Aku rasa, ini terlalu mencurigakan. Ia tidak mungkin bisa melarikan diri terlalu jauh dengan uang yang ia miliki, terlebih tanpa meninggalkan jejak apa pun," ucap Jayson.

Helga sendiri berharap putrinya memang belum pergi terlalu jauh. Helga cemas ada hal buruk yang terjadi putrinya itu. Mengingat selama ini dirinya tidak pernah menghadapi keras dan sulitnya hidup di dunia luar. Helga dan Jayson selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi Reva. Melindungnya hingga tidak perlu hidup dalam kesulitan. Jadi, wajar saja Helga merasa secemas ini dengan keadaan putrinya yang beberapa hari ini bahkan tidak diketahui di mana dirinya tinggal.

"Aku rasa, aku hanya perlu memeriksanya lebih detail dan menghubungi teman-teman putri kita. Jadi, tenanglah," ucap Jayson menenangkan Helga dengan menggenggam tangannya lembut.

Helga masih menangis. "Tetap saja, aku tidak bisa merasa tenang membayangkan putri kita berada di luar sana seorang diri tanpa perlindungan apa pun."

Jayson tampak sangat serius ketika berkata, "Justru itu bagus. Biarkan dia tahu, sebera sulit hidup tanpa perlindungan kita. Selama ini, dirinya selalu hidup tenang dan nyaman karena mendapatkan perlindungan kita hingga tidak perlu menghadapi kesulitan apa pun. Namun, dengan bodohnya, ia memilih untuk melarikan diri dari rumah. Sungguh, aku merasa tidak pernah mendidiknya hingga bisa mengambil keputusan sebodoh itu."

Helga yang mendengar hal itu pun menarik tangannya sebelum memukul dada suaminya dengan kuat. "Berhenti berkata seperti itu! Kata-kata itu sama sekali tidak pantas untuk disampaikan di situasi ini. Ingat, kita bahkan masih belum mengetahui keberadaan putri kita!" seru Helga masih berderai air mata.

Jayson meminta maaf. Lalu dirinya berkata, "Intinya, sekarang aku hanya perlu menghubungi teman-teman Reva. Aku yakin, Reva bisa bersembunyi sejauh ini pasti karena meminta bantuan salah satu dari temannya. Putri kita yang tidak memiliki pengalaman di dunia luar, tidak mungkin bisa melarikan diri terlalu jauh. Ia sudah jelas tengah bersembunyi di suatu tempat atas bantuan salah satu temannya."

Lalu Jayson pun meninggalkan kamarnya dan sang istri yang sudah beristirahat. Ia pun menatap taman kediamannya dengan sorot matanya yang terlihat sangat dingin. "Reva, kau pikir hidup sendiri tanpa perlindungan orang tuamu lebih baik daripada menikahi pria yang kami pilihkan? Sudah tentu itu adalah pemikiran yang sangat bodoh," ucap Jayson sebelum menghela napas panjang.

"Kau tidak mungkin bisa bertahan di tengah dunia yang kejam ini, Reva. Pada akhirnya kau akan sadar jika kau tidak bisa hidup tanpa mendapatkan perlindungkan kami. Bahkan sangat besar kemungkinan bahwa kau akan kembali sebelum kami menemukanmu karena tidak tahan dengan sulitnya kehidupan yang kau jalani," ucap Jayson lalu memilih untuk pergi menuju ruangan kerjanya.

Seratus Hari Bersama Pria SeksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang