2. Halte Sekolah

65 10 4
                                    

Hallo, gimana kabar kalian?

Walaupun part sebelumnya belum ramai tpi aku tetap usahain update...

Jangan lupa vote dan komennya adik-adik 😍

HAPPY READING

Teriknya sinar matahari tidak membuat seorang cowok dengan ikat merah yang selalu dipakai dikepalanya itu mengeluh. Justru dia terus melakukan aksinya mendrible bola basket dengan santai dan mamasukinya ke dalam ring.

Suara sorakan menggema, Alfan sudah biasa akan hal itu. Dia yang merupakan kapten basket disekolahnya sudah tidak diragukan lagi kemampuannya. Sungguh menakjubkan.

"Istirahat dulu lah! Gak cape lo main terus?!" Rendra - temannya itu menegurnya. Bukan apa sebagai seorang sahabat dia terlalu kasihan melihat wajah keruh temannya. "Dasar gembel!"

Rendra memekik kencang kala Alfan tanpa rasa bersalahnya melempar bola kearahnya.

"Ngomong apa lo barusan hah?! Gembel-gembel gini gue teman lo!" Alfan ikut duduk disamping Rendra tepatnya ditengah lapangan. Meneguk air mineralnya menampilkan jakunnya yang naik turun. Siapapun gadis yang melihatnya pasti akan memekik heboh.

"Iya, teman laknak maksudnya!"

Alfan mendengus. Pandangannya mendongak menatap langit yang begitu cerah hingga matanya menyipit karena matahari. Bayangan saat dirinya bertemu cewek saat malam itu terus berputar di benaknya.

"Ren, lo tau gak?"

Rendra yang tengah memainkan ponselnya menoleh. "Enggak? Apaan emang?"

"Waktu malam minggu gue keluar. Terus-"

"What? Malam minggu? Lo udah punya cewek sampai malam mingguan segala?!" Rendra berseru heboh memotong ucapan Alfan seenaknya. Rendra itu petakilan, namun cowok yang menjabat sebagai wakil osis itu akan serius juga tegas diwaktu bersamaan saat tidak bersama sahabatnya.

Dia terlihat profesional.

Plak!

"Dengerin gue dulu! Asal potong ucapan orang aja." dengan refleks tangan Alfan menampar punggung temannya itu. Cowok berkulit sawo itu paling tidak suka jika ucapannya dipotong.

Rendra berdecak kesal. "Oke, lanjut."

"Gue ketemu cewek disana. Dia aneh pakaiannya kayak cowok."

"Aneh dimananya? Btw, cantik gak ceweknya?" tanya Rendra menaik-turunkan alisnya.

"Halah, pikiran lo Ren! Kalau cantik kenapa? Mau lo embat?"

"Enggak sih. Gue kan anti namanya pacaran. Tapi kalau bener cantik boleh lah ya dicoba."

"Ck, teman gila lo!" cowok itu berdecak, malas mrlanjutkan ceritanya jika seperti ini. Alfan kembali berdiri memainkan bola kembali. Bermain bola seperti ini dia memang tak kenal waktu, padahal bel masuk sebentar lagi akan berbunyi.

Rendra menggeleng, sudah tidak heran lagi. Alfan akan sangat bersemangat dan serius jika menyangkut cita-citanya.

Ya, cita-cita menjadi seorang pemain basket terkenal.

Seperti biasa, Alfan mendribling bola tersebut dan melemparkannya masuk kedalam ring. Namun ternyata bola itu malah meleset dan terlempar kearah tribun pinggir lapangan.

Dukk!

"WOY!!"

"Mampus!" Alfan mengumpat kala bolanya mengenai salah satu murid disana. Tanpa berlama, cowok itu memilih mendekat.

KITA BERBEDAWhere stories live. Discover now