22. Dilema

20 2 0
                                    

Haii, semua!! Puasa kalian masih aman kan?

HAPPY READING


“Pulang sekolah mau kemana Kay?”

Kayla yang tengah membereskan peralatan tulisnya kedalam tas nampak berfikir.

Tiga menit.

Belum ada jawaban membuat Moza yang menunggu dibuat gemas.

“Kayla!”

“Hah? Apa Za?”

“Dih, malah ngelamun lo?” Moza berdecak. “Gue tanya pulang sekolah nanti mau kemana?”

“Aku mau ke gramedia nanti.”

Sontak mendengar balasan temannya, Moza mendelik. “Orang pinter kalau jalan-jalan pada ke gramedia ya. Gak bosen apa lo ketemu buku-buku terus?”

“Enggak. Malah enak tau. Apalagi kalau udah masuk. Hummm... Bau bukunya tuh menguar banget.”

“Terserah. Btw, gue ikut ya kesana.”

“Katanya bosen ketemu buku-buku terus.” Kayla mendengus. Moza ini memang dasarnya plin-plan.

“Bosen gue Kay dirumah aja tuh.” ujar Moza menghentakkan kakinya kesal. “Dari pada sendirian dirumah, mending ikut sama lo kan?”

“Iya sih. Tapi Za—”

“Apa?”

“—Aku kesananya bareng Kak Alan.”

Rahang Moza jatuh mendengarnya. Apalagi ini?

“Lo bareng Kak Alan?”

Kayla mengangguk.

“Te—terus gue gimana? Lo tega sama gue Kayla?” Moza menatap temannya tidak percaya.

“Ish, ya maaf Za. Aku kan sebelumnya udah ada janji sama dia.”

“Parah lo. Mentang-mentang udah bucin jadi nempel terus.”

“Apasih! Gak jelas kamu.”

Moza mendelik. Dia yang sedang memegang sapu menyimpannya begitu aja dengan asal. “Terus gue gimana?”

“Naik ojek daring aja.”

“Ongkosnya mbak. Lo mau bayarin?”

“Ihh, gak mau! Aku kan nebeng sama Kak Alan biar gak ngeluarin ongkos.”

“Lah matre.”

“Enak aja. Kata Kak Alan ini namanya bukan matre. Sok tau kamu.”

“Dih.” Moza berdecih. “Tau ah! Parah lo gak setia kawan.”

“Aku mau berangkat sekarang. Kamu bener naik ojek daring kan?” tanya Kayla yang sudah bersiap keluar kelas. Diluar nampaknya juga ada Alan yang sudah menunggunya didepan pintu.

Moza mengintip terlebih dahulu kearah luar sebelum mengangguk malas. “Yaudah deh. Disana juga gue bakal jadi nyamuk kalian.”

“Ihh, enggak bakal. Aku gak bakal ngelupain keberadaan kamu.”

“Masa?”

“Iya. Percaya deh.”

Moza mendengus. “Gue pegang kata-kata lo.”

Kayla tersenyum cerah dan melambaikan tangannya sebelum pamit undur diri bersama Alan.

“Sampai ketemu disana Moza.”

“Dasar bucin.” gerutunya melihat kedekatan mereka yang semakin lengket tiap saatnya.

Setelah kegiatan piket dia sudah selesai, Moza bersiap untuk ke gramedia. Gadis itu berjalan keluar kelas dengan mengutak-atik ponselnya untuk memesan ojek daring.

KITA BERBEDAWhere stories live. Discover now