18. Alfan Vs Helgaza

18 1 0
                                    

Selamat menikamati hari liburnya😊

Aku mau tanya nih. Emang cerita ini kurang menarik ya sampai kalian gak ada yang mau vote sama comen? Padahal yg baca udah banyak loh😢

Kalian jangan pada pelit dong, cuma vote dan komen doang kok... Aku gk nyuruh yg aneh-aneh

HAPPY READING

Wajah kusutnya kini sudah kembali segar setelah keluar kamar mandi. Rambut panjangnya yang basah dia biarkan tergerai dengan aksesoris bando biru yang menghiasinya.

Moza berjalan turun dari kamar. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah kedua orang tuanya yang sudah menunggu di meja makan.

“Sayang, ayo sini makan.” Tia tersenyum cerah menggandeng sang putri untuk bergabung.

“Mau makan apa, hmm?”

Mata Moza meneliti semua hidangan yang ada diatas meja. “Apa aja, Ma.”

“Oke, sebentar ya sayang.”

Sementara Damar, dikursi khusus untuknya menatap istri dan anaknya sekilas sebelum melahap makan malamnya.

“Sayang, gimana kamu di sekolah? Baik?” tanya Tia ditengah-tengah mereka makan.

Moza tersenyum canggung. “Baik, Mah.” ini rasanya mimpi. Kembali makan bersama dengan kedua orang tuanya? Ah, itu yang dia tunggu selama ini.

“Mamah sama Papah gak pergi lagi kan? Tetap disini temani aku?” tanyanya penuh harap.

Baik Damar maupun Tia sama-sama menghentikan aksi makannya. Keduanya sama-sama melirik. Bahkan hembusan nafas Damar terdengar.

“Maaf nak. Besok siang Papah dan Mamah akan landing lagi. Dan sekarang kami akan pergi ke amerika.”

Senyum yang tadi menghiasi bibir gadis tomboi itu langsung luntur begitu saja kala mendengar penuturan Damar.

Lagi?

Dalam hati, Moza terkekeh sinis. Berharap sekali dirinya agar kedua orang tuanya disini.

“Sayang?”

Terkesiap, dia menatap Tia linglung.

“Kamu gak papa kan kalau kami tinggal lagi?”

Moza merunduk. Memainkan sendok dan garpu digenggamannya. “Kalau aku bilang gak boleh juga kalian bakal tetap pergi kan?”

“Tapi gak papa, aku udah biasa.” dia kembali mendongak dengan menebarkan senyum palsunya. “Kalian berangkat siang kan? Maaf aku gak bisa antar.”

Tia ikut tersenyum. Wanita itu belum peka akan perasaan sang anak.

“Gak papa sayang. Oh iya, waktu pulang tadi kamu diantar cowok. Dia siapa?”

“Hah?” Moza mengerjap. Jadi, Mamahnya mengetahui saat dirinya diantar pulang dengan Alfan?

“Mamah liat?”

“Loh, iya. Papah sama Mamah liat kamu diantar sama itu cowok.”

Sial! Gadis itu merutuki dirinya karena lupa jika dirumah ada kedua orang tuanya.

“Siapa sayang? Pacar kamu?”

“Ah, enggak! Enggak! Mamah kata siapa?” dia buru-buru mengelak.

“Loh, terus apa?”

“Aku sama dia cuma sebatas Senior dan junior aja kok Mah. Gak ada hubungan lebih.”

“Masa sih? Jadi kalian gak pacaran?”

KITA BERBEDAWhere stories live. Discover now