9. Lima Persen

28 3 2
                                    

HAPPY READING

“Nih!”

Alfan yang sedang memainkan ponselnya tersentak kala buku terlempar kearahnya. Cowok itu menoleh menatap si pelaku.

“Apaan nih maksudnya?” tanyanya mengernyit bingung.

Moza, gadis itu melipat tangannya di dada angkuh. “Tadi pagi lo kan semangat banget mau jadi babu gue lagi. Nah, sekarang tugas lo bantuin gue ngerjain tugas Biologi.” katanya tersenyum manis.

Beberapa detik Alfan dibuat terpesona oleh senyum itu. Senyum yang memperlihatkan lesung pipinya. Namun seketika dia langsung tersadar.

“Apa? Ngerjain tugas Biologi lo? Gak salah?”

“Hmmm..”

“Sebenarnya gue gak masalah sih. Tapi—” cowok itu melirik Moza sekilas sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. “—Tapi jangan salahin gue kalau tugas lo nanti hasilnya nol.”

“Dih, enak aja nilainya nol.” Moza menggeplak punggung Alfan hingga terdengar ringisan dari cowok tersebut.

“Heh, Mozzarella! Lo dengar baik-baik ya. Gue itu gak pintar dibidang akademik begini. Kalau lo minta gue ngerjain, yang ada tugas lo nilainya nol! Nah, lo sendirikan gak mau kalau nilainya segitu.” ucap Alfan menjelaskan.

Bibir Moza mengerut, Alfan bahkan dibuat sedikit gemas oleh wajahnya yang lucu itu. Ingin rasanya cowok itu mencubit pipi Moza jika saja dirinya tidak mengingat gengsinya yang tinggi.

“Jelek itu muka lo. Mengkerut gitu bibir lo kayak bebek sumpah Za gue liatnya.” katanya berbeda dengan suara hatinya.

“Sembarangan lo jadi orang!”

Alfan terkekeh pelan. Cowok itu bangkit membuat Moza yang melihatnya mengekerutkan dahinya. “Lo mau kemana?”

“Latihan basket.”

“Lah, terus tugas gue gimana? Lo mau lari dari tanggung jawab lo sebagai babu gue?!”

Toyoran Moza dapatkan dari Alfan. “Kan gue udah bilang, gue itu bego! Gak papa lo minta gue kerjain. Asalkan kalau nilainya gak sesuai sama yang lo harapin jangan salahin gue.”

“Yaudah... Yaudah... Gak usah! Sebagai gantinya lo traktir gue! Harus mau pokoknya!”

“Traktir?” Alfan mengernyit bingung.

“Hmmm... Harus! Gue bilangnya paksa!”

Cowok jangkung itu terkekeh. Sial! Moza kenapa bertingkah menggemaskan seperti ini jadinya? Alfan jadi tidak tahan untuk mencubitnya.

“Iya. Gue traktir lo nanti. Sekarang gue latihan basket dulu. Bye!”

Alfan melangkah menjauh dari Moza yang masih berada ditempat tadi. Sesekali dia melihat kearah belakang dimana Moza yang melambaikan tangan kearahnya. Lagi-lagi cowok itu kembali dibuat terkekeh.

“Sikap lo sekarang aneh banget. Tapi gue suka.”

...

Farrel mendribble bola dengan peluh keringat yang sudah membasahi tubuhnya. Dirinya sudah satu jam berlatih untuk turnamen yang sebentar lagi akan dilaksanakan.

Merasa jika sudah bosan, cowok itu melempar bolanya asal sampai mengenai Punggung Alfan yang tengah melamun di pinggir lapangan.

Alfan yang kaget tersentak dibuatnya. Dia terlihat seperti orang linglung dan tersadar kala Farrel menepuk punggungnya.

“Ngelamun mulu lo! Kesambet setan gak tanggung jawab gue!”

KITA BERBEDAWhere stories live. Discover now