15. Pulang telat

24 5 0
                                    

Assalamualaikum... Alhamdulillah akhirnya update lagi:)

Ada yg nunggu cerita ini gak? Aku liat cuma pembacanya aja yg ningkat tpii kenapa vote nya enggak ya:(

Vote sama komen gratis kok... Tolong yaaaa bantu votenya❤

HAPPY READING

Dibawah langit berwarna jingga, seorang laki-laki berbaring dihamparan rumput hijau. Matanya menyipit karena sinar matahari juga helaan nafas yang terdengar beberapa kali.

Disamping laki-laki itu berbaring, ada sebuah kamera yang selalu menemaninya disaat dirinya merasa hampa.

Moza.

Hanya itu yang berada dipikiran Alfan sekarang. 2 hari ini dia tidak bisa tertidur dengan tenang karena gadis tomboi yang berhasil mengambil hatinya.

Iya, nyatanya selama seminggu menjalin hubungan sebagai majikan juga pembantu abal-abalan, Alfan menaruh rasa padanya. Tapi entah kapan rasa itu datang. Yang pasti saat didekat Moza, cowok itu merasa nyaman dengan debaran jantung yang begitu kencang.

Namun, setelah mengetahui fakta dari Alan, dia menjadi ragu akan perasaannya. Ini menyakitkan, sungguh. Kenapa dirinya harus jatuh cinta kepada seseorang yang berbeda keyakinan kepada kita?

"Kenapa?" gumamnya pelan. Pusing melanda pada kepalanya yang berdenyut. "Kenapa rasa ini harus ada?"

Disebuah danau dengan pepohonan yang rindang dan ditemani langit senja yang sepi membuat dirinya luas untuk mencurahkan semua isi yang ada dikepalanya. Dia bisa bercerita dengan langit yang menjadi saksi bisunya.

Sepulang sekolah, dirinya langsung menuju kesini mumpung tidak ada latihan untuk turnamen yang akan dilaksanakan seminggu yang akan datang. Tempat yang begitu jauh dari keramain juga tempat tinggalnya.

Cekrek!

Lebih baik dia memotret apa yang ada disekitarnya dari pada harus memikirkan Moza terus menerus.

"Cantiknya. Udah lama gue gak pegang kamera karena jadi babunya Moza." katanya tersenyum tipis menatap hasil jemperetannya yang menurutnya sangat aestetik.

Suara bising mulai memasuki indra pendengarannya. Alfan mendongak melihat kearah depan saat seseoarang berani-beraninya merusak kedamaian yang baru dia rasakan.

Nyeri hati kembali menggerotinya saat melihat pemandangan tidak mengenakan. Alfan melihat Moza juga cowok bernama Helgaza itu tengah bermain sembari bercanda ria.

Alfan tersenyum kecut. Padahal niat hati ingin melupakan namun mengapa seolah takdir menyuruhnya untuk melihat hal menyakitkan.

"Tembok penghalang kita terlalu tinggi Za."

...

Moza melangkah masuk kedalam rumah dengan perasaan bahagia. Sepulang sekolah Helgaza memberikan kebahagiaan yang selalu ada untuknya. Bahkan sedari kecil, laki-laki itu tidak membiarkannya terluka sedikitpun.

Helgaza benar-benar memperilakukan dirinya seperti ratu.

"Jam segini baru pulang?"

Suara bariton menggelegar didalam rumah. Moza yang baru satu kangkah menaiki anak tangga menoleh kebelakang secara perlahan.

Matanya langsung membola ketika melihat pria dengan balutan kemeja putih duduk dengan wibawa di atas sofa. Jangan lupakan terdapat koran ditangannya.

KITA BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang