Part 16 : Bertahan

226 35 5
                                    

pandora

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

pandora

NAPASNYA hampir disedot habis. Tanpa berniat untuk berhenti sedetikpun, kedua tungkai kakinya senantiasa berderap. Mereka berlari. Terus berlari. Menjauh. Menolak berhenti kendati ujung-ujung ranting pepohonan berebutan menggores ujung kulit. Min Yoongi, pria tak sopan itu bahkan tidak terlihat menyimpan ragu sedikit pun. Pandangannya lurus, langkahnya terus melaju, fokusnya juga terpusat seolah tidak menyimpan pikiran apapun tentang apa yang tengah terjadi di belakang sana. Berbanding terbalik dengan pria yang tengah membawanya menyelamatkan diri, fokus Aurie justru tidak beraturan. Dia tahu ada yang salah di sini. Menggigit bibirnya dengan beberapa tekanan, dia samarkan buncahan perasaan yang berkecamuk di rongga dada. Jemarinya, jemari itu, dia terus menggenggamnya, erat, kuat, juga perih secara bersamaan. Bukankah ini salah?

Tidak... Harusnya bukan begini.

Sekumpulan kaset rusak di kepalanya mengirim reka ulang kejadian beberapa saat lalu ketika Holt berhasil menahan tubuhnya. Aurie masih mengingat bagaimana debarannya nyaris menjelma layaknya dentuman bom waktu. Kerusuhan yang terjadi di desa Nymph terasa mati di satu waktu, menyisakan napas tersendat dan tatap nanar kedua jelaga magenta milik Jeon Jungkook yang menusuk pandangan. Dia ingin lepas, dia ingin kembali, tetapi kekuatannya lemah. Entah energi jenis apa yang mengaliri seluruh tubuh Holt saat itu, yang jelas, tubuhnya terlalu berat untuk ditopang meski gerakannya begitu minim. Bahkan segalanya juga berubah mengerikan tatkala Jungkook menarik senjata logam miliknya keluar.

"Lepaskan dia!" serunya berusaha menghalau frekuensi yang saling bertabrakan di udara. Kendati seolah tidak mau mengambil pusing, lelaki tua itu tetap menahan Aurie dengan lengannya yang memalangi leher, sementara satu tangan lainnya menggenggam pedang api sepanjang 70 senti-yang muncul serta merta layaknya pedang gaib ketika dia menaikkan tangannya sebatas bahu. Mengetahui pedang itu terarah kepadanya, seketika membangkitkan risau dalam diri Jungkook. Manusia biasa juga paham, pedang itu bukan tempaan manusia apalagi Hekatonkheire penghuni dunia bawah. Bentuknya yang eksentrik, sedikit banyak mengingatkan Jungkook pada pedang petir milik Zeus. Alisnya mengerucut.

"Bukankah sebaiknya kau pergi saja? Kupikir tidak ada lagi yang harus kau lakukan untuk misi ini," katanya semena-mena seolah-olah penitah utama perutusan Jungkook sejak sepuluh tahun lalu itu adalah dirinya. Jungkook tentu tidak semudah itu mengikuti, justru benturan emosi di kepala dan hatinya saling berkonfrontasi secara brutal. "Tidak usah sok tahu! Kubilang lepaskan dia sekarang juga!" pekiknya seraya mengacungkan logam runcingnya sebagai pertahanan diri.

Mendesah lambat, Tetua Aloysius itu hampir dilalap jengah berkepanjangan kala harus menghadapi Jungkook. "Setidaknya kau tidak mendatangi wanita tua itu."

Sejujurnya, Jungkook tahu ada satu kejanggalan tersirat. Air mukanya seolah menyimpan sesuatu yang begitu mengena hati. Tetapi peduli setan! Jungkook lebih dulu naik pitam. Dia tidak memiliki banyak waktu untuk menduga-duga. "Jangan banyak bicara."

Pandora : Secret of the BoxWhere stories live. Discover now