Part 13 : Lebu

1.3K 165 49
                                    

pandora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pandora

MEMPERTANYAKAN bagaimana isi kepala Aurie saat ini, jelas saja ia tidak bisa berpura-pura tersenyum kepadamu sambil mengatakan, tidak perlu khawatir, semua akan baik-baik saja kok, seraya menyuguhimu secangkir teh hangat atau barangkali setoples kue kering cokelat manis. Kumohon jangan berharap banyak. Sebab mau diceritakan sepanjang sejarah kerajaan Goryeo pun pada kesimpulannya dia cuma bisa mencebik sambil menggerutu, mampus, tamat sudah riwayatku.

Seluruh pintu perpustakaan tertutup. Baik librarian maupun pengunjung kelas atas lainnya telah diorganisir untuk meninggalkan perpustakaan dan menyisakan wanita bergaun kamel polos dengan secuil delegasi demigod plus gadis bersurai sebahu yang sedikit gugup. Aurie mungkin tidak bisa membaca pikiran orang lain, namun menilik gestur Nyonya Daphne yang memijit pangkal hidungnya frustasi, paten menjelaskan bahwa apa yang baru saja mereka lakukan adalah hal yang cukup krusial.

"Kalian sungguh-sungguh membuatku terkejut. Aku tak pernah menyangka jika kalian akan sampai sejauh ini." Daphne memperhatikan mereka satu persatu. Bertanya kelewat intens, "Sekarang katakan darimana kalian tahu informasi ini?"

Kemudian hening. Hanya itu yang tersisa.

Bukannya Aurie mau berdiam atau berdusta, permasalahannya atmosfer telah mengungkung nyalinya dalam lembah keraguan. Bibirnya mengatup rapat, sementara Daphne menyembur napas pelan seraya menyedekapkan tangan ke atas meja perpustakaan.

"Apakah Melione yang memberitahu kalian?" tanyanya.

Kening Jungkook mengerut bingung. "Melione?"

Kepala Daphne mengangguk. "Wanita tua bergaun gothic yang sebelumnya berada di sini. Sebagai info saja, dia adalah orakel¹ kami. Gua beberapa petak dari perpustakaan ini adalah rumahnya."

Pikiran Jungkook seketika bergulir memproyeksikan kejadiaan beberapa saat lalu kala nenek tua di ujung rak filsuf melepaskan ramalan kepada Aurie. Omong-omong, wanita bernama Melione itu sudah dibawa pergi oleh beberapa penjaga kembali ke tempatnya. Lagi pula memikirkan penjelasan Daphne, agaknya terasa eksentrik perihal mengapa peramal macam dia bisa berkeliaran di perpustakaan seorang diri.

Tahu bahwa apa yang dituduhkan itu mengandung kebenaran sebesar nol persen, Jungkook menggeleng pasti. "Kami tidak mengetahuinya dari peramal itu."

"Lantas?" Daphne menyahut setengah tak sabar.

Aurie jadi ingat dulu saat sekolah menengah ia pernah menjadi pusat perhatian karena Jungkook menempelkan kertas bertuliskan anak Mama di punggungnya (iya, Aurie tahu itu mengesalkan). Memang sih berakhir ditertawakan beberapa anak yang kedapatan melihat tulisannya, namun kendatipun begitu setidaknya ia masih bisa membalas dengan cubitan maut di perut Jungkook. Hanya saja, situasi saat ini jelas berbanding terbalik dengan keadaan saat itu. Tatapan yang ditujukan bukan lagi tatapan bercanda teman-temannya. Itu pandangan mendesak. Aurie tahu, Aurie mengerti dengan sangat. Maka mau tidak mau ia mendesah pasrah. "Sebenarnya aku mengetahuinya dari seseorang melalui mimpiku," jelasnya.

Pandora : Secret of the BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang