Part 3 : Woodvilles

1.9K 289 126
                                    

pandora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pandora

PADA mulanya Aurie sempat setengah tak percaya pada realitas konyol yang didengarnya dari Jungkook beberapa saat lalu. Maksudnya, hei, coba bayangkan bagaimana reaksimu ketika kau mendapati sahabat kecilmu mengaku bahwa dia tidak se-spesies denganmu? Oh well, kalau Aurie, sih, nyaris ingin menyiram kepalanya dengan air dingin.

Tapi, serius. Aurie benar-benar merasa setengah dungu manakala otaknya seolah dikendalikan begitu saja sebab tahu-tahu menerima uluran tangan Jungkook untuk membawanya ke—tempat yang bisa memberi jawaban atas pertanyaannya—begitu mudahnya. Sempat mengira akan menyambangi seorang dukun kelas kakap atau gubug Madam ramal tersohor seantero jagad, kendatipun seluruh spekulasinya melenceng jauh.

Siapa kira? Mereka malah berada di tempat yang pijakannya ditumbuhi rerumputan hijau serta tanaman-tanaman liar, pohon-pohon pinus menjulang rindang di mana pendar baskara menyelusup melintasi celah-celah dahan, dan juga gemericik sungai di sisi timur. Hutan pinus merangkap taman nasional ini memang tarkesan indah untuk menikmati sunset.

Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk menikmati sunset, Aurie justru melirik ke arah Jungkook yang berdiri tegap macam galah bambu dengan kedua tangan berkacak pinggang. Pemuda itu sekonyong-konyong menoleh ke arah Aurie bebarengan senyum—yang membuat Aurie ingin mendorongnya ke dasar jurang.

"Kita sudah sampai!" Serunya.

Gadis itu mendengus, kemudian menatap kembali obsidian Jungkook lekat. "Jangan bercanda, Jung. Kita di tengah hutan."

"Aku tidak bercanda." tukasnya cepat.

"Oh wow! Jadi ini tempat yang bisa memberiku jawaban? Oke, serius. Apa aku harus bertanya pada pohon pinus di sana, atau... jangkrik kecil di atas—" Dia melebarkan mata. "Ih! Apa itu kotoran kuda?" Aurie bergidik jijik menunjuk gumpalan tanah cokelat kekuningan.

Jungkook semerta-merta merotasikan bola mata jengah. "Itu kotoran bayi Centaurus."

"Hah? Apa?!" Kontan si gadis bingung sekaligus terkejut bukan main.

Tanpa menghiraukan bagaimana wajah Aurie berubah macam tokek tercekik pintu, Jungkook sekonyong-konyong merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kantung kecil dan mengambil sesuatu dari dalam sana; sebuah bubuk. Aurie mengernyit, "Itu apa, Jung? Susu bayi?"

"Bukan, Bodoh. Coba lihat ini!" Jungkook tersenyum asimetris, kemudian mengambil ancang-ancang menjulurkan genggaman tangannya ke depan penduduk hutan (maksudnya pohon-pohon pinus itu.) Sementara itu Aurie justru menggerutu dalam diam.

Itu perkara lampau, lantaran kemudian Aurie justru dibuat terbelalak lantaran tatkala Jungkook meniupkan bubuk-bubuk dalam genggaman tangannya ke sekitar, tepat saat itu juga tanah mendadak bergetar, burung-burung beterbangan menjauh, gemerisik daun menggeram-geram, dan yang lebih mencengangkan adalah ketika pohon-pohon berarak mendekat, ranting serta dahan-dahan saling mengait satu sama lain, sampai pada menit kedua terbentuklah sebuah gapura pohon pinus dengan lapisan hologram pelangi di jalan masuknya.

Pandora : Secret of the BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang