. . ⇢ ˗ˏˋ five; meet ࿐ྂ

452 60 1
                                    

Note; Dark mode please!

pagi ini indah. Langit masih kelabu. Udara sekitar terasa dingin menyentuh kulit. Burung-burung terdengar riang bernyanyi. Kicauannya menemani aktifitas manusia di pagi itu.

Terlihat beberapa orang berlari kecil untuk berolahraga. Disana juga terlihat lalu lalang sedikit sepeda motor. Mereka sepertinya orang kerja kantoran yang bekerja di perusahaan off jumpol.

"kosongkan jadwalku pagi ini" ujar off yg sibuk membenarkan letak dasinya.

"tapi nanti -"

"aku ada urusan dengan arm" potong off cepat, ia berjalan ke arah lemari dokumen nya disana dan memilih beberapa kertas penting untuk dibicarakan dengan sahabatnya itu.

tay hanya bisa menghela nafas, perintah off adalah mutlak baginya. jika tay menolak mungkin kepalanya bisa dijadikan hiasan dinding diruangan ini.

"ada urusan apa dengan arm?" tanya tay penasaran

"bukan apa-apa" jawab off cuek

"tentang kesehatanmu?" tay tak henti" nya memberi pertanyaan kepada off

"ck, diamlah"

"off, ayolah" nada tay yang sedikit merengek membuat off semakin kesal disana

"bajingan itu, dia mengibarkan bendera perang denganku"

tay terdiam beberapa detik, tangannya tiba-tiba mengepal erat menahan amarah. ia langsung berdiri dan ijin menyiapkan mobil yang akan mereka kendarai ke rumah sakit dimana arm bekerja.

off memakai jas kerja nya, serta jam tangan yang membuatnya terlihat lebih tampan dan berkarisma.

"kita berangkat" ujar tay yang menyetir didepan dengan tatapan yang sulit di artikan.

off hanya melihat jalanan melalui kaca yang membatasi pandangannya. mata indah kecoklatan itu tak henti-hentinya melirik jendela yang terbuka. awan-awan yang bergerumun cantik, langit yang begitu luas serta gedung pencakar langit yang menghiasi kota, tempat ia tinggal. Terdengar suara gaduh di luar, sorak-sorai anak-anak yang tengah bermain seperti mempunyai dunia sendiri.

perjalanan berjalan seperti biasanya, hanya ada suara ac yang menemani dua lelaki tersebut. tak ada yg bicara, tak ada yg memulai pembicaraan pula. hingga, akhirnya mereka pun sampai di parkiran rumah sakit milik arm. off turun duluan, tay dibelakangnya dengan mata yang selalu waspada menjaga tuannya disana.

saku off bergetar, off tanpa basa-basi mengangkat telpon tersebut.

"apa" ujar off cuek. ia juga mengabaikan sapaan" perawat disana yang membuatnya risih.

"ambil semua, lalu bakar" off melihat kearah sepatu hitamnya yg melekat, suara langkah kaki yg beradu di lorong rumah sakit bak seperti seorang raja dan pengawalnya.

"jika sudah - "

BRAKK!!

TAK!

"sialan kau" off geram, pasalnya telepon genggam yang ia gunakan untuk menelepon barusan terjatuh dan mati. ia langsung melihat si pelaku yg ternyata hanya orang cacat di kursi roda.

"apa liat-liat?" ujar si pelaku dengan arogan

off mencoba menahan amarahnya, sebab bocah ini tanpa rasa takut menatap kedua matanya dengan sombong. ia berjalan mendekat ke arah bocah itu. satu tangannya ia arahkan ke rambutnya dan menarik paksa.

"akh"

"dengar, minta maaf atau kupatahkan lehermu" ujar off dengan nada yang menahan amarah. tay yang melihat perbuatan off itu langsung memperingatinya, bahwa mereka sedang dirumah sakit.

"siapa namamu" off berucap dengan mata tajamnya

"bukan urusanmu, pak tua" off melihat anak itu menarik sudut bibirnya keatas menyeringai. off melepas tangannya yg berada di rambut bocah itu. ia berdiri tegak dengan kedua tangan yang berada di saku celana

"gun, gun atthapan" off berujar dengan nada meremehkan.

tay sedikit terkejut, sebab ia ingat. mereka pernah bertemu kemarin saat gun ini sedang tidak baik-baik saja. off berdecih malas, ia tak ingin membuang waktunya untuk bocah ingusan seperti ini

"kau harus bertanggung jawab anak kecil" ujar off didepan wajah sipelaku, dekat sungguh dekat. hingga gun bisa mencium aroma tubuhnya dengan detail. off melihat mata bocah ini, tajam. agar ia merasa takut dan memohon. tapi off sama sekali tak melihat rasa itu disana, off tersenyum sinis

"menarik" batin off

"berapa harganya? kukira kau orang kaya, hanya ini kau suruh aku untuk bertanggung jawab. dasar pak tua miskin" gun berujar dengan santainya, membuat off disana berkali-kali harus bisa menahan amarahnya.

"ya, kau harus bayar"

"apa? berapa?" ujar gun melipat tangannya didepan dada.

off mendekati wajah gun, dan gun entah kenapa menutup matanya dan sedikit memundurkan kepalanya kebelakang

"dengan tubuhmu, manis" ujar off berbisik, lalu ia meninggalkan gun yang terdiam mematung disana.

"kena kau" batin off senang

"kena kau" batin off senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hope u like it.
- see ya!

Gracias; offgunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang