05

1.5K 234 24
                                    

Kelas 2-1...

Jay duduk di kursinya seraya meringis menahan sakit. Ia meringis karena Zophy mengobati lukanya, sudah saatnya luka Jay diberi obat lagi.

Karena tekanan yang Zophy berikan di luka lebamnya, membuat Jay memundurkan kepala beberapa kali.

Zophy tahu rasanya sakit, tapi ia mulai kesal kalau Jay begitu terus susah mau diobati.

Makanya sekarang Zophy mencengkeram leher Jay menahan kepalanya supaya tidak bisa mundur lagi.

Maksud Zophy baik, tapi caranya terlalu brutal. Justru kini, Jay bukan hanya meringis sakit karena lukanya diobati. Tapi juga lehernya sakit karena cengkeraman Zophy terlalu kuat, seperti mencekik.

Jay tidak berani berkomentar, pasrah kalau begini caranya ia mati. Jay sudah memejamkan mata, sungguh hampir log out.

Namun Tuhan masih menyayangi Jay, belum saatnya si Ketua Osis log out dari bumi. Tuhan mengirim Mia sebagai penolongnya dari log out terlalu dini.

"I-ini. Untuk lukamu," kata Mia sembari memberikan barang yang berguna untuk menyembuhkan luka Jay.

Mia menaruh hatinya juga di barang itu. Rona merah di pipi Mia saat memberikan barang itu pada Jay, sudah jelas ia menyukia si pria. Hanya orang bodoh yang tidak menyadarinya.

Dan mungkin Jay orang bodoh itu. "Aku nggak minta dibelikan ini," ujar Jay tanpa perasaan.

Mendengar respon sepupunya, spontan Zophy menganga kaget.

Jay ini tidak peka, tidak peduli, atau bagaimana? Oh, Zophy menemukan jawabannya. Itu karena Jay tidak memiliki perasaan khusus untuk Mia.

Walau begitu hargai sedikit apa susahnya? Kelewat kesal, Zophy semakin memperkuat cengkeraman di leher Jay. Hingga kini Jay mangap-mangap seperti ikan di daratan.

"Zo, kurasa kau mencekik Jay..." ucap Mia khawatir.

"Nggak, kok. Jay baik-baik saja, mungkin minusmu tambah?" balas Zophy menekan jakun Jay lalu melepas cekikannya.

Jay segera meraup napas sebanyak mungkin setelah lepas dari cekikan maut Zophy.

Seakan itu semua belum cukup menyiksa, kini giliran Dom menepuk keras punggung Jay hingga bisa terdengar suara tulangnya.

Dom merangkul Jay tanpa izin, terlihat sangat akrab sampai Yuna penasaran dan memutuskan bertanya.

"Bisa dibilang kami saudara semonitor. Hehehe...kan, Zo?" Dom mengatakannya sembari berkedip genit.

Penjelasan Dom ini justru semakin membuat Yuna dan Mia penasaran. Karena tidak bisa mendesak Jay untuk jawaban pasti, mereka berdua jadi mendesak Zophy.

"Aku nggak tahu! Jangan tanya aku!" jawab Zophy gugup, semakin menambah rasa penasaran mereka.

Mereka terus mendesak dan berhenti saat salah satu teman kelas datang menghampiri. "Jay. Kau ditunggu senior kelas 3 di koridor," katanya.

Siapapun yang memanggilnya adalah penyelamat bagi Jay. Dia sudah muak berada di antara orang-orang berisik ini.

Setelah Jay berdiri dan berjalan keluar, Mia dan Yuna kembali ingin mendesak Zophy tapi tertunda karena Dom berulah.

"Yuna~ mau berteman juga?" Ajakan Dom itu disambut dengan dirinya yang dilempar oleh Yuna. Kembaran Minu itu merinding melihat tingkah Dom yang seperti itu.

Melihat kesempatan, Zophy langsung pergi meninggalkan 2 orang penasaran tersebut. Terserah Dom mau diapakan, Zophy hanya bisa berdoa semoga si plester baik-baik saja.

Let's Break The Wind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang