20

1.1K 148 22
                                    

England
Hospital, ICU...

Tidak lama usai jemari putrinya menutupi kelopak matanya dan mengatakan, "Sudah waktunya bangun, Papa." Mr. Lin terbangun. Begitu membuka mata lagi ia sudah melihat cucunya yang berlinang air mata terlihat senang.

Pasalnya, perawat mengatakan kondisi Mr. Lin stabil lebih cepat dari perkiraan dan entah bagaimana Mr. Lin mendadak sadar dengan sendirinya, ini sungguh sebuah keajaiban.

Dia sempat berbincang singkat dengan Zophy sebelum menyuruh cucunya pulang dan beristirahat di rumah.

Belum ada 30 menit berlalu, kini ia sudah memiliki pengunjung baru.

Mr. Lin dan Sangho saling menatap satu sama lain dengan tatapan bermakna tersirat. Masing-masing memiliki pikiran yang tersimpan baik dan masing-masing pun berusaha membaca pikiran tersimpan itu.

"Kau datang menjengukku?" tanya Mr. Lin memecah keheningan yang sangat tidak nyaman.

Sangho berdehem. "Saya datang secepatnya setelah mendengar kabar bahwa Anda masuk rumah sakit."

"Secepatnya itu cepat sekali, ya? Padahal aku juga nggak bakal mati kalau kau datangnya besok."

"Saya hanya ingin melihat Anda yang masih bernapas jika memang ajal menjemput Anda keesokan harinya."

Percakapan apa ini? Ini adalah percakapan antara seorang CEO perusahaan dengan mantan atlet binaannya dahulu.

Hubungan mereka dekat untuk setidaknya bercanda mengenai kematian. Tetapi karena sudah lama tidak bertatap muka, pertemuan pertama sejak beberapa tahun lalu ini menjadi agak canggung.

Kwak kwak~

Burung gagak hitam terbang di antara mereka. Tidak nyata, hanya perumpamaan kecanggungan saja.

"... Ya, makasih."

Sementara itu, nasib Zophy dan Owen juga tidak kalah canggung. Mereka berdua berdiri di halaman luar rumah sakit setelah sadar akan perbuatan mereka semalam.

Owen mamalingkan wajah ke kanan dan Zophy menunduk malu─masih meratapi kegoblogannya.

"Mm... Ini ponselmu." Owen menyodorkan ponsel yang langsung diterima Zophy.

Zophy juga memberikan sepeda Owen kembali ke pemiliknya. Transaksi mereka berjalan mulus dan lancar.

Semua sudah selesai, tinggal Owen mengayuh sepeda pergi dari sana saja. Tapi kakinya mendadak kaku karena masih salting.

Kalau mengingat kejadian semalam, suap-suapan sampai tidur menyender satu sama lain... Ugh, apa yang merasuki dirinya waktu itu?

Kalau mau pergi juga kan harus pamit, dia jadi nge-blank bingung caranya pamitan kayak gimana. Otaknya kayak ke-reset.

Di tengah kebingungan harus ngapain, Zophy berteriak menarik atensi Owen padanya.

"GOD! DIA ULANG TAHUN!"

Ulang tahun? Kepala Owen menoleh sampai sepenuhnya menghadap Zophy. Dia memerhatikan perempuan itu yang sedang mencoba menelepon dan terlihat panik.

Seberapa besar kepanikan itu bisa Owen takar dari gerak gerik Zophy yang menggigit kuku jarinya sendiri.

Full panic.

Let's Break The Wind Where stories live. Discover now