19

960 150 21
                                    

England,
Hospital...

Alam bawah sadar...

"Papa."

"Papa~"

"Open your eyes, Papa."

Kegelapan yang menyelimuti indra penglihatan Mr. Lin perlahan memudar dan tergantikan dengan cahaya putih menyilaukan.

Silau sekali, sampai rasanya netra Mr. Lin tidak ingin terbuka. Tetapi mendengar suara yang sangat familiar di telinga, mendorong Mr. Lin membuka paksa netranya.

Begitu netranya terbuka sayu, ia dapat melihat wajah seorang wanita tepat di depannya. Ia menunggu selama beberapa saat supaya pupilnya terbiasa dengan cahaya dan netranya dapat terbuka lebar untuk dapat melihat lebih jelas siapa sosok wanita itu.

"Zera?" Mulut Mr. Lin berucap begitu ia menyadari wanita itu adalah almarhumah putri tercinta─Zera Eve Lin.

"Halo, Papa. Long time no see, hehe."

Senyum Zera merekah tidak hanya di bibir, matanya pun ikut tersenyum. Senyuman manis sang putri yang hanya bisa ia lihat setiap hari lewat foto dan video dokumenter.

Betapa bahagianya Mr. Lin sekarang bisa melihat senyum itu secara langsung dan lagi ia bisa memeluk erat putrinya itu.

Tidak ada kata yang terucap, Mr. Lin hanya memeluk begitu juga Zera yang memeluk balik ayahnya.

Tidak perlu diucapkan, dari eratnya pelukan sudah menggambarkan betapa ayah dan anak itu saling merindukan sosok satu sama lain.

Sangat menikmati pelukannya, tiba-tiba Mr. Lin terpikir sesuatu. "Apa aku mati?" tanyanya seraya melepas pelukan.

Zera terkekeh geli mendengar pertanyaan ayahnya. Kepalanya lalu menggeleng sebagai jawaban melegakan hati Mr. Lin.

Hampir saja jantungnya copot.

"Jadi, kenapa kita bisa bertemu? Apa aku ketiduran? Ini mimpi?" tanya Mr. Lin runtut.

Zera menarik napas sebelum menjawab. "Sayangnya, ini bukan mimpi. Ini nyata. Papa kena serangan jantung."

Mata Mr. Lin membulat. "APA?!"

Zera berdehem. "Papa tiba-tiba kena serangan jantung dan tumbang. Untungnya bodyguard itu cekatan. Dia langsung memanggil semua bawahan dan membawa papa ke rumah sakit secepatnya. Kalau aja terlambat beberapa menit, mungkin sekarang papa akan bergabung bersamaku di sini," jelas Zera disisipi candaan.

Tidak seperti putrinya yang tertawa dan memiliki humor receh, Mr. Lin memasang raut wajah datar.

"Yang penting aku belum mati. Terus kapan aku bangun?"

"Rahasia Tuhan," jawab Zera mengendikkan bahu. "Kenapa buru-buru banget? Sini dulu, duduk sambil ngeteh."

Duduk sambil ngeteh? Di mana? Tidak ada apapun di sini sejauh mata memandang.

Mr. Lin hanya bisa melihat background putih dan tidak ada apapun lagi. Ia memutar kepalanya sejenak untuk melihat sekitar dan alangkah kagetnya, ketika ia kembali memandang putrinya sudah ada meja bundar dan dua buah kursi di masing-masing sisi meja.

Zera duduk di sana dan mempersilahkan Mr. Lin untuk duduk di kursi kosong berseberangan arah.

"Ada yang mau kukatakan, papa."

Sebelum masuk ke inti pembicaraan, Zera menjentikkan jarinya satu kali dan meja yang tadinya kosong sudah terisi banyak cemilan serta teh tersedia di depan Mr. Lin.

'Wow, magic.' Begitu pikirnya.

Let's Break The Wind Where stories live. Discover now