06

1.3K 203 12
                                    

"Aku menyelamatkannya dari rasa bersalah saat dia sadar nanti..."

Alis Vinny terjun ke bawah, netra tajamnya menelisik Zophy. Tidak tahu apa maksud dari si perempuan. Vinny memilih diam saja, lagipula itu bukan urusan dia.

Pria bersurai merah tersebut lalu menaiki sepeda meninggalkan Zophy sendirian di gelapnya malam.

Setelah dipikir ulang, untuk apa menghabiskan sisa malam mendengarkan cerita one sided love.

"Heh! Aku tahu kau brengsek, tapi masa meninggalkan cewek sendirian?" teriak Zophy yang hanya mendapat lirikan dari manik merah Vinny.

"Kayaknya matamu bermasalah. Coba periksa ke dokter mata," balas Vinny lanjut mengayuh sepeda hingga punggungnya tidak lagi terlihat.

Zophy mengedarkan pandangan ke sekitar usai mendengar ucapan Vinny. Rupanya dia sudah sampai di depan rumah. Dia tidak ditinggal, Vinny mengantarkannya tepat di depan rumah.

Yang perlu ia lakukan sekarang adalah masuk ke dalam, lalu menyalakan lampu teras supaya tidak gelap dan rumahnya bisa terlihat saat malam hari.

Vinny itu tidak kejam, kok. Dia hanya butuh sedikit arahan saja.

"Nggak ada orang ya di rumah? Kay belum pulang les?" monolognya memperhatikan rumah yang terlihat kosong tersebut.

Lalu Zophy menyadari sesuatu. Ia menjadi berseri-seri ketika tahu Jay belum pulang.

Ia kemudian bergegas masuk, memarkirkan sepeda di tempat awal, menyalakan lampu teras, berganti baju, lalu masuk ke dalam kamar.

Dengan begini, Jay tidak akan tahu ia baru saja mengikutinya keluar.

°°°

Di Sisi Lain...

Minu, pria itu terpaksa pergi dari rumah setelah bertengkar dengan sang ayah. Dia menyalakan ponsel dan melihat kontak yang ia miliki.

Hampir semua isinya adalah wanita. Bahkan Minu tidak memberi nama dengan benar. Ia hanya menuliskan 'wanita 1, wanita 2'.

Ia merenungi nasib sialnya ini, apalagi melihat sebuah keluarga yang melintas di depannya. Minu teringat akan masa lalu yang bahagia.

Tidak ada yang bisa Minu lakukan selain menangis dan bertanya pada diri sendiri. 'Kenapa...jadi begini?'

Di tengah pilunya, ia teringat satu orang lagi. "Zophy..." gumamnya berhenti menangis.

Minu hendak menelepon Zophy namun terhenti karena Jay datang menghampiri. Bukan menghampiri dia, melainkan menghampiri vending machine di sebelahnya.

"Kau nangis gara-gara kalah?" tanya Jay usai mendapatkan minuman dari vending machine.

"NGGAK! AKU NGGAK NANGIS!" pekik Minu mengelak.

"Oh..oke.." Jay sih sebenarnya tidak begitu peduli. Makanya ia beranjak pergi tapi dihentikan Minu.

Daripada minta tolong Zophy supaya bisa menginap semalam, lebih bagus minta saja pada Jay. Kalaupun Zophy setuju, belum tentu Jay akan setuju. Mending langsung ke bosnya saja, begitu kira-kira pikiran Minu.

Seperti yang bisa diperkirakan, tentu Jay menolak.

Jay bilang pada Minu untuk meminta tolong teman lainnya saja. Justru itu masalahnya, Minu tidak punya teman sungguhan yang bisa ia mintai tolong.

Sebenarnya ada Zophy. Namun Minu merasa sungkan. Setelah didepak begitu masa sekarang minta menginap, kan sangat tidak keren.

Karena itu, sekarang Minu duduk di depan Kediaman Jo layaknya gelandangan. Belum lagi hujan mengguyur tidak lama setelahnya.

Let's Break The Wind Where stories live. Discover now