Sana berhasil membawa kedua adik nya ke tempat yang sedikit jauh dari ruang rawat Jungkook. Terlihat dari raut wajah Tzuyu dan Yuna seperti nya mereka sudah menahan kesal.
"Dengarkan Unnie, Tzu-ya dan Yuna. Kalian tidak boleh bicara seperti itu pada keluarga kandung Jungkook." Ucap Sana dengan intonasi rendah dan lembut. "Bagaimana pun mereka adalah keluarga kandung kan? Kita siapa Jungkook coba?"
Tzuyu dan Yuna terdiam. Entahlah mereka mendengarkan atau tidak, tapi mereka terlihat masih kesal.
"Sayang dengan Jungkook boleh. Boleh sekali. Unnie bahkan tidak melarang sedikit pun, tapi kalian harus ingat satu hal, Jungkook bukan sepenuhnya milik kita."
"Kalian mengerti kan maksud yang Unnie katakan?" Tanya Sana setelah bicara panjang lebar. Kedua adiknya masih diam tidak ada yang membuka suara.
"Hey, jawab Unnie. Kalian mengerti kan?" Tanya Sana sekali lagi. Tzuyu dan Yuna akhirnya memilih untuk mengangguk.
"Bagus. Kalian memang anak-anak yang pintar dan baik." Ujar Sana dengan usakan lembut pada kedua kepala adiknya.
"Kajja, kita bertemu dengan mereka. Ingat, jangan sampai menyudutkan keluarga kandung Jungkook. Tahan kata-kata berlian kalian berdua."
Sana, Tzuyu, dan Yuna kembali ke depan ruangan Jungkook. Disana terlihat kedua orangtuanya seperti sedang membicarakan yang cukup serius.
"Oh kalian sudah kembali?" Yoona menyadari kedatangan ketiga anak perempuannya. "Kemari," Menepuk nepuk kursi yang kosong di samping nya, ketiga anak perempuan Yoona terduduk disana.
"Bagaimana? Apa yang Sana Unnie katakan pada kalian berdua?" Tanya Yoona lembut.
"Bukan apa-apa. Tidak penting juga." Kata Yuna dengan sedikit ketus.
Yoona mengusap kepala Yuna dengan lembut. Berusaha menyalurkan rasa tenangnya pada anaknya.
"Yuna, ini kakak-kakak kandung Jungkook. Mereka katanya ingin menjenguk kakak mu. Boleh kan?"
Yuna melirik pada kelima orang yang diam. "Asalkan jangan membunuh nya saja aku izinkan." Celetuk Yuna tanpa sadar. Sana dan Yoona terkejut dengan ucapan Yuna.
"Yuna!" Sana memberi tatapan tajam nya. Yuna yang melihat itu sedikit menciut nyalinya.
"Maaf." Kata Yuna singkat.
Joon-Ho langsung memberikan izin mereka berlima untuk masuk tanpa ribut. Jam jenguk nya sebentar lagi habis, maka dari itu mereka segera melakukan apa yang ingin dilakukan.
***
Kelima kakak kandung Jungkook sekarang sudah berada di ruangan. Melihat bagaimana tubuh adiknya yang terbaring lemah. Hati mereka tiba-tiba merasa nyeri.
"Kau kesakitan ya? Maaf Hyung tak ada disaat kau merasa sakit..." Sang kakak tertua itu duduk di kursi yang berada di samping brankar. Tangan nya menggenggam telapak tangan sang adik yang dingin.
"Hyung senang bisa melihatmu lagi. Kau tahu? Hyung merasa bersalah karena membuatmu diabaikan."
"Kau ingin memaafkan Hyung kan?" Tanya Min Seokjin.
Suasana hening mengisi ruangan itu. Hanya ada suara monitor yang aktif. Min Seokjin hampir saja menangis, jika saja suara seseorang tidak membuyarkannya.
"Kau lupa dia koma Hyung? Mau kau bicara sampai akar-akar pun dia tak akan menjawab." Itu Min Yoongi. Si tertua kedua yang mempunyai sifat dingin akhirnya berbicara.
"Benar, dan kau membuat air mata ku tak jadi keluar.” Ujar Seokjin kepada Yoongi, Yoongi hanya mengedikkan bahunya tak perduli.
“Kau merasa bersalah? Ku pikir kau tidak akan pernah merasa bersalah.” Min Hoseok datang dari belakang. Ia berjalan ke samping kiri ranjang adik bungsunya.
“Hyung! Jangan memojokkan kami. Kami juga mempunyai hati, tapi kau menganggap kami seakan tak punya hati?” Jimin memprotes karena kesal. Hoseok selalu memojokkan mereka semua.
“Kurasa tebakan mu itu benar, Jim.”
Ingin sekali Jimin memukul kakak satunya ini agar sadar. Namun, dia seketika ingat bagaimana perlakuan yang diberikan pada Jungkook.
“Kami tahu kami salah. Kami telah membohongimu, dan membuat adik bungsu kita kesusahan seorang diri. Tapi apa kau tidak ingin memaafkan kami?” Seokjin berbicara. Setelah melihat bagaimana Hoseok berusaha memojokkan mereka, kini dirinya membalas memojokkannya.
Hoseok diam membisu. Bingung harus membalas apa. Disatu sisi dirinya kecewa, namun, disatu sisi lagi mereka adalah keluarga.
“Nee. Aku maafkan kalian untuk saat ini. Awas sampai Jungkook sakit lebih parah, aku tidak akan memaafkan.”
Seokjin, bahkan saudaranya yang lain ikut tersenyum. Mereka bahagia, dan refleks mengangguk kompak. Namun, detik berikutnya mereka terdiam. Canggung begitu mereka rasakan kala perdamaian itu baru saja terjadi.
“Aku keluar dulu. Titip Jungkook.” Hoseok keluar dari ruangan. Tidak ingin mengganggu momen kakak adik yang sudah lama tidak bertegur sapa.
Dan kini, di ruangan itu menyisakan Min bersaudara -Hoseok, dengan si bungsu yang belum sadarkan diri. Dan... Entah anak itu akan sadar atau justru tidak.
_______________________________________
Halo! Halo! Halo!
Gimana part yang ini? Asli ya, kalau boleh jujur, ini part dikit banget. Eh tapi kayaknya emang dari kemarin pun dikit yaa :))
Maaf banget cuma bisa up segini. Btw bentar lagi aku mau endingin, biar apa? Biar aku cepet-cepet bisa lanjutin yang sebelah, terus kalau bisa bikin new work (kalau ya).
Mungkin sekitar beberapa chap lagi kali, dan akan aku sedikit percepat. Pokoknya tunggu aja!
Maaf kalo cerita ini ngebosenin dan ngegantung mulu :((

Buat Rematcha (Readers matchazz)
VOUS LISEZ
I'm Done ✓ {Hiatus Lama}
FanfictionBTS fanfic [Brothership] Sejak kejadian itu, Min/Park Jungkook tidak pernah merasakan bahagia. Dirinya selalu dikelilingi rasa bersalah. Bahkan senyum manis dengan gigi kelinci nya sudah jarang sekali terlihat sejak kejadian itu. Entah bagaimana akh...
