Bab 20 - Deadline Pernikahan

489 56 2
                                    

Deadline Pernikahan

Usai pesta pertunangan dan Tante Nenny pulang, orang tua Juna mengatakan jika mereka ingin bicara dengan Talitha dan Nathan. Maka, sementara Jia bermain dengan orang tua Nathan di kamarnya, dan Miko entah diapakan dan dibawa ke mana oleh Evita, Nathan dan Talitha pergi ke ruang tamu untuk mengobrol dengan orang tua Juna.

Begitu mereka duduk, mama Juna langsung bertanya, "Jadi, kapan kalian akan menikah?"

"Itu ..."

"Kami akan menikah begitu persiapan kami selesai," Nathan berkata, menyela kalimat ragu Talitha.

"Persiapan apa lagi?" tantang mama Juna. "Atau, kalian hanya ingin mengulur waktu?"

"Mengulur waktu untuk apa?" tanya Nathan dengan mata menyipit.

"Untuk berubah pikiran tentang mengasuh Jia," tandas mama Juna. "Karena, jika itu yang kalian pikirkan, sebaiknya kalian serahkan saja hak asuh Jia pada kami sekarang."

"Itu tidak akan terjadi," sambar Talitha. "Aku tidak bisa menyerahkan hak asuh Jia pada kalian."

"Kalau begitu, kalian harus segera menikah," tuntut mama Juna. "Kami akan memberi kalian waktu satu bulan. Jika dalam satu bulan kalian belum menikah, maka kami akan memperjuangkan hak asuh Jia."

"Tapi ..."

"Baiklah," Nathan menanggapi, lagi-lagi menyela kalimat Talitha. "Kami akan menikah dalam satu bulan. Tapi sebagai gantinya, setelah kami menikah, kalian tidak berhak lagi mengatur hidup Talitha dan Jia."

Mama Juna melotot tak terima. "Jia adalah cucu kami!"

"Tapi, saya dan Talitha yang akan menjadi wali Jia," tegas Nathan. "Kalaupun kalian ingin memperebutkan hak asuh Jia dengan kami setelah kami menikah, saya tidak akan mengalah semudah itu. Saya akan menggunakan tim pengacara terbaik dan saya akan mencari tahu semua tentang masa lalu kalian. Terutama, tentang kakak Juna ..."

"Jangan lancang kamu!" bentak mama Juna sembari menuding Nathan dengan wajah memerah karena murka.

Nathan masih tetap tenang ketika membalas, "Seharusnya itu kata-kata saya." Nathan menggenggam tangan Talitha dan melanjutkan, "Talitha dan Jia akan menjadi tanggung jawab saya. Saya tidak akan membiarkan siapa pun mengatur mereka dengan semena-mena. Baik Talitha maupun Jia berhak untuk memilih apa yang mereka inginkan.

"Tentu saja, nanti ketika Jia dewasa, jika dia memilih untuk tinggal bersama kakek dan neneknya, saya akan menghargai keputusan Jia itu. Tapi, sebelum itu, Jia akan menjadi tanggung jawab saya dan saya tidak akan membiarkan siapa pun menginterupsi Jia untuk memilih apa yang dia inginkan.

"Sebagai gantinya, saya akan memenuhi syarat untuk menikah dengan Talitha dalam satu bulan. Jika kalian merasa perlu, kalian bisa mengecek setiap bulan ke rumah kami setelah kami menikah nanti. Kalian bisa memastikan sendiri bagaimana Jia tumbuh bersama kami. Dan kalian bisa melihat sendiri bagaimana kami akan berjuang bersama untuk membahagiakan Jia."

"Tapi, jika sedikit saja kami menemukan kalian melalaikan kewajiban kalian merawat Jia, atau jika sesuatu yang buruk terjadi pada Jia karena kelalaian kalian, maka kami akan memperjuangkan hak asuh Jia," tegas mama Juna.

"Itu tidak akan terjadi," Nathan berkata tanpa ragu.

Mama Juna mendengus kasar. "Bagaimana kau bisa begitu yakin? Kau akan sibuk bekerja. Apa kau bahkan akan punya cukup waktu untuk menemani Jia di rumah?"

"Apa pun situasinya, di mana pun saya berada, Jia dan Talitha akan menjadi prioritas saya," balas Nathan tegas. "Tentu saja, saya akan membuktikan itu dengan tindakan saya dan kalian bisa mengawasi saya sesuka kalian. Tapi, jika kalian berusaha mendesak Talitha, memojokkannya, bahkan mengancamnya, saya tidak akan segan untuk bersikap tegas pada kalian."

The Baby's ProjectWhere stories live. Discover now