Bab 5 - Calon Mempelai Pria

1.7K 228 40
                                    

Calon Mempelai Pria

"Vi, apa-apaan kau ini ..." erang Nathan kesal ketika tiba-tiba adik sepupunya menerobos masuk kamarnya dan menarik selimutnya dengan kasar. Nathan mengecek jam yang masih menunjukkan tengah malam.

"Kau harus membantuku, Kak," kata adik sepupunya itu, membuat Nathan semakin kesal.

"Seingatku, kau berada di sini untuk menjaga aku yang sedang tidak enak badan, bukan menggangguku seperti ini," protes Nathan.

"Ya, tapi ada yang lebih penting lagi sekarang. Urgent, Kak!" seru adik sepupunya yang cerewet itu. "Ayo ke ruang tamu, kita harus bicara." Gadis itu menarik lengan Nathan.

"Evita!" seru Nathan, tak lagi bisa menahan kesalnya.

"Apa?!" balas adik sepupunya itu tak kalah kesal. "Sudah kubilang, ini urgent!"

Nathan akhirnya duduk dan melotot kesal pada Evita. "Baiklah, kita akan bicara. Tapi, besok. Jadi, malam ini jangan ganggu aku!"

Nathan kembali berbaring dan hendak menarik selimutnya, tapi Evita malah menarik selimutnya itu pergi bersamanya. Nathan menggeram kesal dan menyusul Evita yang keluar dari kamarnya setelah mencuri selimut.

"Evita, kesabaranku ada batasnya, jadi ..."

"Ini tentang Talitha," sebut Evita, memotong kalimat Nathan.

Begitu mendengar nama itu, kantuk dan kesal Nathan lenyap seketika, berganti rasa penasaran. Ia berdiri di pintu kamarnya dan menatap Evita yang menyeret selimut di depannya.

"Talitha ... teman SMA-mu itu?" Nathan memastikan.

Evita mengangguk. Akhirnya ia mendekati Nathan sambil menyeret selimut, lalu melempar selimut itu kembali pada Nathan.

"Dia sedang dalam keadaan yang sangat sulit," beritahu Evita.

Nathan mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

Evita menarik napas dalam. "Aku sudah menceritakan padamu kan, tentang Talitha dan keluarganya?"

Nathan mengangguk. "Dia sekarang tinggal bersama keluarga kakaknya. Terakhir kali tinggal sendiri, dia nyaris membunuh dirinya sendiri, katamu."

Evita mengangguk. "Jadi intinya, dia memang tidak bisa hidup dengan baik tanpa kakak dan kakak iparnya itu. Kau juga sudah tahu itu, kan?"

Nathan mengangguk. "Lalu, apa yang membuatmu merasa perlu mengganggu tidurku selarut ini?"

Evita kembali menarik napas dalam. "Kak Juna dan Kak Nania ... kemarin meninggal. Kecelakaan."

Selama beberapa detik, otak Nathan memproses itu. Tidak mungkin. Evita selalu bercerita jika Talitha tak bisa hidup tanpa mereka. Bagaimana bisa ...?

Nathan menggeleng, tak percaya.

Namun, di depannya, Evita mengangguk. "Ya, mereka meninggalkan Talitha dan putri mereka, Jia."

Nathan mengerjap, semakin tak percaya. Tidak cukup hanya meninggalkan Talitha yang tidak bisa mengurus diri sendiri, mereka juga meninggalkan putri kecil mereka untuk diurus gadis yang bahkan tak bisa mengurus dirinya sendiri itu.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan," desah Evita lelah. "Dan masalahnya tidak hanya sampai di situ. Saat ini, orang tua Kak Juna ingin mengambil hak asuh Jia atas Talitha. Talitha berkata, bahwa meskipun dia tidak bisa mengurus dirinya sendiri, dia akan belajar dan berusaha keras mengurus Jia.

"Dia sudah berjanji untuk menjaga Jia. Itu adalah permintaan terakhir Kak Nania dan Kak Juna padanya. Ia harus menjaga Jia, apa pun yang terjadi. Mereka berdua tidak ingin Jia diasuh orang tua Kak Juna yang keras itu. Mereka lebih memercayakan Jia yang masih berusia satu tahun itu pada adik mereka yang bahkan tidak bisa mengurus dirinya sendiri, daripada pada orang tua Juna yang keras.

The Baby's ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang